Follow Us

Ciptakan Arsitektur yang Sesuai Konteks, Pusat Teknologi Pertanian Ini Dibangun dari Bahan Lokal

Rebi - Minggu, 10 Februari 2019 | 14:20
Pusat Teknologi Pertanian
Squire & Partners/SAWA

Pusat Teknologi Pertanian

Ruang kelas dinaikkan untuk mengurangi risiko banjir, sementara celah di batu bata memungkinkan aliran udara melalui ruang, dan layar bambu meredakan sinar matahari.

"Kami telah melihat banyak ruang kelas yang dibangun di Afrika dan Asia yang gelap dan atau sangat panas, prioritasnya adalah menciptakan ruang yang terang dan berventilasi baik," kata Gledstone.

Pusat Teknologi Pertanian
Squire & Partners/SAWA

Pusat Teknologi Pertanian

Baca Juga : 4 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Memilih Properti pada Kamar Anak

Bersamaan dengan bangunan ruang kelas utama, fase pertama dari pengembangan situs juga termasuk bangunan pembuatan blok, pintu masuk, toilet biogas dengan atap bambu spiral, rumah bertengger ayam, dan blok sistem resapan air dan sistem penyaringan.

Green Shoots Foundation berencana untuk memperluas lokasi dengan membangun ruang kelas lebih lanjut sehingga total 200 siswa dapat diajar di sekolah.

Meskipun sekolah telah dirancang dan dibangun agar se-ekonomis mungkin, Gledstone meyakini bangunan itu masih memiliki kelebihan arsitektur.

"Dalam pandangan saya, arsitektur terbaik datang di mana setiap bahan diizinkan untuk melakukan tugasnya, bersama dengan perhatian pada detail dan komitmen terhadap kegembiraan. Jika Anda mengikuti aturan ini, kualitas akan mengikuti," katanya.

Pusat Teknologi Pertanian
Squire & Partners/SAWA

Pusat Teknologi Pertanian

Baca Juga : Instalasi The Baker's House di Rumah Antik Ini Turut Meriahkan Stockholm Design Week

Seluruh proses mendesain dan membangun sekolah membutuhkan waktu enam bulan.

"Program singkatnya sangat bagus karena kita dapat dengan cepat melihat manfaat yang dapat dihasilkan arsitektur. Biasanya bangunan yang kita desain memerlukan waktu empat hingga lima tahun untuk diwujudkan, tetapi ini selesai dalam enam bulan," tambah Gledstone.

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya

Latest