Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum saat ini sudah menyiapkan tujuh mobil pelatihan dengan nilai masing-masing sekitar Rp 400 jutaan. Tahun depan, badan tersebut sudah menargetkan jumlah yang sama agar di tiap-tiap provinsi di Indonesia tersedia setidaknya satu mobil layanan pelatihan.Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Herdiyanto W Husaeni, Selasa (8/10/2013), mengatakan, untuk meningkatkan nilai jual para pekerja pihaknya bersama-sama Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJKN) berupaya secara konsisten mengusahakan persiapan kompetensi pekerja konstruksi.
Hingga saat ini, dari 6,9 juta tukang atau pekerja konstruksi di Indonesia, menurut Herdiyanto dan Direktur Eksekutif LPJKN Dedi Runiana, baru 400.000 tenaga yang memiliki sertifikasi. Selain itu yang tercatat pun baru 4,6 juta orang."Kami ingin buat pusat data pekerja konstruksi," ujar Herdiyanto. "Kalau punya pusat data, masing-masing pekerja punya kartu, data mereka masuk website,semua bisa lihat. Ini akan sangat membantu para pekerja. Selain itu, kami juga mempercepat pelatihan ke daerah. Caranya, pemerintah buat mobil pelatihan. Mobil tersebut akan datang ke proyek, kita lihat tukang yang belum terampil, kita latih di tempat," tambahnya. Herdiyanto mengklaim, sektor konstruksi nasional memberikan persentase sumbangan yang besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2012. Jumlah itu terus meningkat, hingga diproyeksikan mampu melewati kontribusi sektor pertanian di tahun-tahun mendatang. Menurut dia, sektor konstruksi menyumbangkan 10,45 persen, sementara pertanian 14,4 persen, dan industri 23,9 persen. Meski sulit menyusul kontribusi sektor industri, masih ada kesempatan untuk mengungguli sektor pertanian. Sayangnya, Herdiyanto tidak ingat data pasti PDB Indonesia pada 2012 tersebut. Sebagai catatan, menurut data yang dipublikasikan IMF, PDB Indonesia pada 2012 sebanyak 852,242 miliar dollar AS.Herdiyanto mengingatkan, karena memberikan kontribusi cukup besar, negara dan penduduknya selayaknya tidak melupakan tenaga konstruksi. Para tukang yang bekerja dalam sektor ini merupakan garda depan dalam pembangunan. Namun, penghargaan terhadap mereka masih kurang. "Kita belum berhasil membuat tukang punya penghargaan yang patut. Kalau kita ingin maju, bagaimana, sekarang banyak yang belum terdaftar, terverifikasi. Belum lagi masalah keamanan mereka, jaminan sosialnya belum cukup. Padahal, mereka pahlawan pembangunan," ujar Herdiyanto.
Sumber: http://properti.kompas.com