Kini Terjerat Dugaan Suap, Bos Lippo Sebut Meikarta Dibuat Untuk Mengantisipasi Investor Asing

Sabtu, 08 Desember 2018 | 17:00
kompas

Kondisi terkini Meikarta

IDEAonline -Pemberitaan mengenai Meikarta dihebohkan dengan dugaan suap yang melibatkan Direktur Operasional Lippo Group, Billy Sindoro, Bupati Bekasi Neneng Hassnah Yasin serta sejumlah Kepala Dinas di lingkungan Pemkab Bekasi dan sejumlah pegawai Lippo Group.

KPK telah menetapkan Billy, Neneng dan tiga lainnya sebagai tersangka.

Meikarta sendiri dikembangkan oleh PT Mahkota Sentosa Utama (MSU) sebagai anak usaha PT Lippo Cikarag Tbk (LPCK).

Walaupun terbelit dugaan suap, namun mega proyek Meikarta ini masih terus dilanjutkan.

Harga properti yang relatif murah membuat pasar Indonesia menarik bagi para investor asing.

Chairman Lippo Group James Riady menyebut apartemen Meikarta di Cikarang dibuat untuk bisa menampung permintaan investasi properti dari luar negeri tersebut.

"At the end of the day kami mengantisipasi booming asing masuk termasuk Singapura dan Hongkong," ujar James di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (1/11/2017) pada Kompas.com.

Baca Juga : Sempat Minta Maaf Pada Cut Tari, Ternyata Ariel Punya Spot Khusus Untuk Koleksi Gundam di Rumahnya!

James menuturkan, harga sewa gedung kantor milik Lippo di Hongkong saat ini mencapai 35.000-45.000 dollar Amerika Serikat per meter persegi.

Kondisi di Singapura juga tidak jauh berbeda. Meski tidak menyebut angka pasti, James menilai harga properti di negara kota itu sangat tidak terjangkau lagi.

"Di Singapura sudah enggak ada barang yang tersedia, karena terlalu mahal. Karena itulah, sekarang pasar terbaik ada di Indonesia. Still very cheap," jelas James.

Meikarta sendiri dijual Rp 7 juta per meter persegi. Sebelum menetapkan harga tersebut, James mengaku ada beberapa pertimbangan dan tes pasar yang dilakukan.

Baca Juga : Dulunya Hanya Tukang Cuci Kini Koleksi 16 Mobil Mewah, Begini Tampilan Rumah Ajik Krisna yang Sukses Jadi Pengusaha Kaya!

Pada tes pasar pertama, ia mengaku menjual Meikarta dengan harga Rp 12 juta per meter persegi.

Hasilnya, dalam setahun hanya terjual 400 unit. Kemudian, James mengetes pasar kembali dengan harga Rp 10 juta per meter persegi dan terjual 1.000 unit.

Pada akhirnya, harga yang ditentukan adalah sebesar Rp 7 juta per meter persegi.

"Kami find out dengan Rp 7 juta per meter persegi, volume (yang terjual) luar biasa. Kami testing dulu karyawan kita sehari jual 16.000 unit," jelas James.(*)

Tag

Editor : Pipit

Sumber properti.kompas.com