Manusia Menghabiskan 80 Persen Hidupnya di Dalam Ruangan, Ini Alasannya!

Senin, 10 Desember 2018 | 15:00

Menyeseuakan tirai dan jendela rumah

IDEAonline - Selama ini, penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan belum dianggap sebagai hal utama oleh masyarakat Indonesia.

Padahal, Chairman of Green Product Council Indonesia Hendrata Atmoko mengatakan, aktivitas manusia lebih banyak dilakukan di dalam ruangan.

"Kami mengikuti bahan bangunan yang ramah lingkungan. Kami ingin mempopulerkan penggunaan bahan bangunan ini karena 80 persen hidup manusia berada di dalam gedung," ujar Hendrata saat peluncuran produk baru Gyproc di Jakarta, Rabu (2/8/2017) dilansir dari Kompas.com.

Dia mencontohkan, seorang pegawai berangkat setiap pagi dan bekerja di dalam kantor.

Kemudian, pertemuan bisnis juga dilakukan di dalam gedung. Setelah selesai bekerja, setiap orang akan menuju rumahnya untuk beristirahat.

Oleh karena itu, bahan bangunan yang sehat dan bagaimana kenyamanan di dalam gedung harus diperhatikan.

Baca Juga : Tak Lagi Gunakan Batu Bata, Negara di Eropa Lebih Memilih Gunakan Gipsum Sebagai Tembok, Ini Alasannya!

"Secara umum, bahan bangunan yang ramah lingkungan itu antara lain dilihat dari apakah berkelanjutan dan bisa didaur ulang atau tidak," sebut Hendrata.

Menurut dia, mungkin pada awal penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan ini memang membutuhkan dana yang lebih tinggi daripada bahan bangunan konvensional.

Namun, dalam kehidupan jangka panjang, bahan bangunan yang ramah lingkungan cenderung bisa bertahan lebih lama.

"Konsep bangunan itu sebenarnya harus menyehatkan. Mungkin kita baru menuju green building. Tapi di negara maju, mereka sudah menganut healty building, jadi 2-3 langkah lebih maju," tutur Hendrata.(*)

Tag

Editor : Pipit