IDEAonline -Studio Bark merancang sebuah bangunan taman yang hampir seluruhnya terbuat dari gabus.
Bangunan yang dinamakan Cork Studio ini dirancang sebagai prototipe bangunan yang dapat sepenuhnya didaur ulang, digunakan kembali, atau dibuat kompos.
Untuk menantang ketergantungan industri arsitektur pada "bahan sekali pakai yang tidak sehat", arsitek yang berbasis di London ini berusaha menunjukkan bagaimana satu bahan ramah lingkungan dapat digunakan untuk membentuk keseluruhan bangunan.
"Sebagai masyarakat kita membuang banyak waktu, energi, dan sumber daya dalam mendekorasi, mendekorasi ulang, menghancurkan dan membangun kembali bagian-bagian bangunan kita, dan menggunakan bahan sekali pakai yang tidak sehat," ujar arsitek yang dikutip IDEA dari Dezeen.
Baca Juga : Ramah Lingkungan, Rumah Ini Terbuat dari Sampah Botol dan Ban, Loh!
Baca Juga : Mampu Kurangi Stress Penggunanya, Kursi Ayun Ini Dibanderol dengan Harga Puluhan Juta Rupiah!"Kami membangun Cork Studio untuk menunjukkan bahwa ada alternatif," tambahnya.
Mengikuti serangkaian percobaan yang menguji ketahanan terhadap air, api, dan degradasi, Studio Bark memilih untukmenggunakan gabus.
Gabus dinilai berbahan kuat dan tahan lama yang dipanen secara berkelanjutan langsung dari kulit pohon Cork Oak.
Baca Juga : Sejuta Penyimpanan Tersembunyi, Berikut Inspirasi Desain Apartemen Seluas 120 Meter Persegi
"Semua elemen dalam bangunan gabus padat ini dapat dibongkar pada akhir masa manfaatnya, dan komponen individu dapat sepenuhnya biodegradable atau dapat didaur ulang," lanjut arsitek.
Baca Juga : Berkonsep American House, Intip Dapur Klasik Seharga Rp 25 Juta Ala Desainer Interior Ini
Cork Studio dibangun menggunakan butiran yang dibuang dari produsen gabus anggur.Butiran diubah menjadi blok padat melalui proses pemanasan, yang memicu mereka untuk memperluas dan melepaskan resin alami yang terikat menjadi satu.
Setelahnya, blok dipotong menjadi ukuran slab yang diinginkan, dan bergabung di situs."Tidak ada cladding, rainscreen, rongga, plester atau cat, pelat lantai dasar atau pondasi. Hanya ketebalan gabus tunggal, yang melakukan semua fungsi struktur, kedap air, akustik, api, kedap udara, dan estetika," jelas arsitek.
Baca Juga : Rayakan Bersama Keluarga, Contek 4 Dekorasi Pesta Tahun Baru di Rumah
Dipilih untuk properti termal tinggi, gabus kepadatan rendah digunakan untuk pelat lantai.
Kemudian gabus tersebut dikombinasikan dengan kualitas bahan yang tahan air, hal ini membuat gabus tak memerlukan screed beton atau membran anti lembab.
Jenis gabus yang sama telah digunakan untuk membuat atap yang datar, didukung dengan serangkaian balok kayu yang membantu memperkuat strukturnya.
Untuk memberikan ketahanan yang lebih baik terhadap beban lateral seperti angin, dinding Cork Studio dibangun menggunakan pelat kepadatan yang lebih tinggi yang dipasang bersama dengan sekrup insulasi yang dapat didaur ulang.
Baca Juga : Inspirasi Desain Kamar Tidur Dengan Sentuhan Khas Peranakan Di seluruh studio, setiap permukaan memiliki sentuhan alami, tanpa pernis beracun, yang berarti setiap bagian dapat dengan mudah didaur ulang setelah masa pakai bangunan.
Sebuah pohon Sycamore yang sudah tumbuh di lokasi juga sengaja dibiarkan tumbuh di dalam bangunan.
Ringannya struktur memungkinkan Studio Bark untuk membangun di atas akarnya tanpa merusak pohon.
Baca Juga : Warna Tren 2019, Contek 5 Inspirasi Desain Interior Bernuansa Coral
Cork Studio dikelilingi oleh gasket karet pada langit-langitnya yang memungkinkan air menetes ke bawah pohon sehingga dapat "menyirami" sekaligus mencegah hujan lebat.
Baca Juga : Inspirasi Desain Interior Nuansa Peranakan, Dengan Sentuhan Rantang
Dengan jendela polikarbonat yang dapat didaur ulang, pintu kayu lapis, dan jendela geser internal, yang bertindak sebagai penyangga tambahan terhadap suhu, sekaligus mengendalikan tingkat cahaya di dalam ruangan. Penasaran dengan harganya, IDEA Lovers?
Bark studio menghabiskan uang Rp 8 juta per meter persegi untuk pembangunan Cork Studio.
Proses pembangunannya juga terbilang mudah. Bark Studio mengklaim bangunan bisa selesai oleh dua orang dalam dua hari.
Baca Juga : Inilah Alasan Porselen Tiongkok Dipakai Sebagai Elemen Dekorasi Peranakan
The Cork Studio bukan prototipe berkelanjutan pertama dari Bark Studio.
Pada tahun 2017, studio ini juga mengembangkan rumah mikro sebagai bagian dari inisiatif yang disebut Proyek SHED, yang bertujuan untuk memberikan alternatif untuk perwalian properti, di mana orang membayar sangat sedikit uang sewa untuk tinggal di bangunan yang ditinggalkan.Prototipe memungkinkan perakitan mudah hanya dalam satu hari menggunakan palu dan bor, dan juga dapat dibongkar, diangkut ke lokasi lain dan dibangun kembali.
Menarik ya, IDEA Lovers? (*)
Baca Juga : Peringati Hari Anak Sedunia, Intip 3 Inspirasi Desain Kamar Anak Ini