Divonis Mati, Pengusaha Kaya Ini Serahkan Seluruh Hartanya untuk Mendirikan Masjid Hingga Madrasah di Afrika!

Rabu, 02 Januari 2019 | 18:00
Surya Tribun

Kisah haru Ali Banat yang rela menyumbangkan seluruh kekekayaannya untuk masjid

IDEAonline -Pembicara di satu pengajian di London, Inggris pada awal Juni menyebut nama Ali Banat yang ia katakan harus menjadi sumber inspirasi sekaligus menjadi pengingat bagi Muslim.

Ali Banat, nama yang ia sebut, adalah pengusaha sukses asal Sydney, Australia, yang menyumbangkan seluruh harta yang ia miliki untuk kaum miskin di Afrika.

Baca Juga : Vessel, Bangunan Menyerupai Sarang Lebah yang Berada di New York

Langkah ini dilakukan Banat sebelum meninggal dunia pada 29 Mei 2018, tiga tahun setelah didiagnosis mengidap kanker stadium empat.

Pada masa hidupnya, sebelum total menggeluti kegiatan sosial, Banat dikenal sebagai pebisnis yang berhasil, yang memungkinkannya untuk menjalani gaya hidup yang mewah.

Ia adalah kolektor mobil, jam tangan, sepatu, topi, dan kacamata mahal.

Baca Juga : Bisa Terinfeksi Jamur Hingga Virus, Benda di Rumah Ini Sebaiknya Tak Dipinjamkan ke Orang Lain!

Ia punya mobil sport seharga US$600.000 atau sekitar Rp8,3 miliar dan gelang US$60.000 (Rp833 juta).

Keputusan drastis untuk menyerahkan kekayaan kepada kaum duafa ia ambil setelah dokter mengatakan ia terkena kanker dan hanya punya waktu tujuh bulan untuk bertahan hidup.

dok. Kompas.com

Ilustrasi Masjid

Banat menyebut kanker yang menggerogoti seluruh badannya sebagai hadiah dari Allah.

Baca Juga : Kartika Putri Tepis Kabar Nikah Siri Bersama Habib Usman dengan Unggahan Foto, Kamar Mewahnya yang Transparan Jadi Sorotan!

"Ini hadiah karena Allah memberi kesempatan bagi saya untuk berubah...," ia tak kuasa menahan air mata saat menyampaikan jawaban ini melalui video yang diunggah ke YouTube.

Banat menambahkan bahwa kanker yang ia derita membukakan matanya atas banyak hal di dunia ini.

Baca Juga : Irish Bella Habiskan Tahun Baru Bersama, Warganet: Tiap Sinetron Ganti Pacar, Intip Ruang Tamu Milik Ammar Zoni

Pergi ke Afrika

Ia menyadari besarnya karunia ia terima, seperti menghirup udara secara gratis, sesuatu yang tak terlintas di benaknya selama ini.

"Begitu tahu saya terkena kanker, saya melepas koleksi mobil, jam tangan, bahkan pakaian. Saya bawa semua pakaian saya dan saya serahkan ke orang-orang yang memerlukan ketika saya bepergian ke luar negeri," kata Banat.

Baca Juga : Vessel, Bangunan Menyerupai Sarang Lebah yang Berada di New York

"Saya ingin meninggalkan dunia tanpa satu pun harta benda," katanya.

Ia mengatakan tak lagi punya keinginan untuk mengejar kenikmatan dunia.

Thousand Wonders

Kukeldash Madrasah

"Ketika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa Anda sakit dan hanya punya waktu beberapa bulan untuk bertahan, mengejar kesenangan dunia akan menjadi prioritas yang paling akhir," jelas Banat.

Ia mengatakan harta dunia tak akan bermanfaat secara pribadi bagi seseorang yang divonis mati dalam beberapa bulan.

Baca Juga : 3 Deretan Artis Lepas Hijab Paling Fenomenal ini Beberkan Isi Rumah yang Mewah Banget!

"Bagi saya lebih utama membuat seorang anak di Afrika tersenyum bahagia daripada memiliki mobil mewah seharga miliaran," katanya.

Setelah mengadakan perjalanan ke Afrika, Banat mendirikan yayasan sosial dengan tujuan mendirikan masjid, madrasah dan membantu para janda di benua tersebut.

Baca Juga : Recycling Reject, Furnitur yang Dibuat dari Kertas Daur Ulang, Begini Tampilannya!

Keputusan mendirikan yayasan juga dipicu ketika ia mengantarkan kawan yang meninggal dunia karena kanker.

Saat di pemakaman ia sadar bahwa setelah seseorang meninggal dunia, tak ada yang mendampingi di alam kubur.

Baca Juga : Hati-hati Tanah Longsor! Pakai Pohon Penahan Ini untuk Antisipasi

"Bahkan uang yang Anda punya, itu tidak akan Anda bawa," kata Banat.

Ia mengatakan satu-satunya yang akan dibawa adalah amal kebaikan selama di dunia.

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Harta Tak Dibawa saat Mati, Miliuner Ali Banat Sumbangkan Seluruh Kekayaannya untuk Orang Miskin

Editor : Amel

Baca Lainnya