Bukan Benda Sia-sia, di Negara Ini Sampah Disulap Jadi Pemasok Listrik Untuk Rumah dan Sekolah

Senin, 07 Januari 2019 | 13:10

Bukan Benda Sia-sia, di Negara Ini Sampah Disulap Jadi Pemasok Listrik Untuk Rumah dan Sekolah

IlustrasiTempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) (KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA)

IDEAonline - Norwegia telah lama mengolah sampah menjadi energi yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Salah satu contoh pemakaian energi adalah untuk operasional bus-bus dengan biogas dan seluruh sekolah yang menggunakan listrik.

Selain itu, energi listrik yang dihasilkan dari sampah juga sudah dialirkan ke rumah-rumah.

"Listrik ini mampu menghasilkan energi panas untuk sekitar 5.000 rumah di Oslo, terutama saat musim dingin," ujar Deputy Head of Mission, Kedutaan Norwegia Hilde Solbakken di Kompas Gramedia, Jakarta, Seninn (5/12/2016).

Di Indonesia, kata Hilde, penduduk mungkin tidak memerlukan sistem pemanasan, tetapi justru pendinginan. Namun, menurut dia, cara yang sama bisa diaplikasikan.

Baca Juga : Seluas 27 Meter Persegi, Rumah Bergaya Modern Seharga 142 Juta Ini Dibangun Kurang dari 24 Jam

Di Oslo, ada 3 instalasi besar untuk pengolahan sampah.

Pertama adalah instalasi penyortiran sampah untuk listrik. Kantong-kantong sampah disortir melalui kode warna yang telah ditetapkan.

Kemudian, sampah organik diolah dan diganti menjadi bahan bakar untuk bus.

Sebanyak 300 unit bus yang beroperasi di Oslo menggunakan biogas yang asalnya dari sampah.

"Bus ini tidak menghasilkan polusi dan tidak bising. Sisa-sisa sampah lainnya diubah menjadi energi listrik," kata Hilde.

Ia menambahkan, sistem ini tentu memerlukan dana. Ada 2 sumber dana untuk pengolahan sampah menjadi energi, yaitu rumah tangga dan peluang bisnis atau pengusaha.

Baca Juga : Hanya dengan Rp 1,4 Juta, Pengunjung Bisa Menikmati Sensasi Menginap Bersama 77 Singa, Berani Coba?

Untuk rumah tangga, ada biaya yang dibebankan. Namun biaya ini bisa dikurangi dengan menjual bubuk dan barang-barang yang didaur ulang.

Selain biaya, kata Hilde, sistem ini juga memerlukan peraturan khususnya untuk kalangan pengusaha.

Misalnya, pemerintah dapat memberlakukan insentif bagi pengusaha yang menciptakan teknologi.

"Pemerintah juga perlu menciptakan atau memberlakukan hukuman kalau mereka (pengusaha) tidak mematuhi peraturan atau usaha tidak dilakukan baik," kata Hilde.(*)

Tag

Editor : Pipit

Sumber properti.kompas.com