Terbuat dari Kotoran Sapi dan Kontainer, Rumah Ini Malah Jadi yang Tercantik di Sekitarnya!

Sabtu, 19 Januari 2019 | 17:00
Kompas.com

Rumah beratap kontainer di Lombok

IDEAonline- Rumah cantik ternyata tak melulu terbuat dari material yang sangat mahal.

Contohnya adalah sebuah rumah unik sekaligus cantik ini.

Sebuah boks kontainer nampak tergelincir di atas rumah yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Bangunan tersebut dirancang oleh arsitek Budi Pradono. Clay House, nama bangunan tersebut, tepatnya berada di Selong Belanak, sebuah kawasan tepi pantai Lombok, di sisi timur setelah Pulau Bali.

Didirikan di atas sepasang panggung beton, memungkinkan untuk dapat melihat suasanan pepohonan di sekitar rumah.

Pemiliknnya menyebut rumah yang menghadap ke sawah serta Samudera Hindia itu sebagai "Seven Havens Residence".

Budi mengatakan, rumah tersebut akan menjadi tengara bagi daerah di sekitarnya, yang hingga kini masih belum berkembang.

"Dengan adanya lokasi ini di atas bukit, tentunya kita harus berhati-hati. Karena bangunan ini otomatis akan menjadi ikon lingkungan sekitar," kata Budi seperti dikutip dari Dezeen.

Baca Juga : Sudah Bentuk Panitia Pernikahan, Billy Syahputra Tegaskan Hubungannya dengan Hilda Sangat Serius

Kontainer setinggi 2,2 meter tersebut diletakkan di lokasi tertinggi dari rumah, dengan sudut kemiringan 60 derajat.

Hal itu digunakan untuk menciptakan langit-langit yang tinggi pada kamar tidur utama, yang dilengkapi dengan jendela besar serta pintu terbuka yang menghadap ke teras.

Ini bukan kali pertama, firma Budi Pradono Architects mengaplikasikan jilid miring.

Mereka sebelumnya juga pernah menggarap sebuah rumah bersandar (leaning residence), yang menjadi antitesis dari gaya rumah Eropa yang diaplikasikan pada sebuah kompleks perumahan di Jakarta.

Di Clay House, sebuah jendela dipasang untuk memberikan jalan masuk bagi cahaya matahari ke dalam kamar mandi.

Sementara, di bagian luarnya dicat putih untuk merefleksikan cahaya dan sekaligus meminimalisasi panas.

Boks kontainer tersebut berasal dari sebuah pelabuhan yang berada tak jauh dari lokasi.

Sebuah logo berwarna jingga "7h" masih terlihat pada boks tersebut.

Sejumlah bahan baku lokal alami digunakan di dalam proses pembangunan rumah tersebut, seperti logam cuboid serta tanah liat yang digunakan untuk bahan baku dinding.

Tanah liat tersebut diperoleh dari salah pengrajin yang berlokasi 20 kilometer dari rumah, dimana telah diolah dengan campuran pasir, semen, jerami hingga kotoran sapi.

Dinding yang dipasangi papan setebal 30 sentimeter itu, cukup membantu dalam mengurangi panas berlebih bagi daerah dengan iklim panas dan lembab.

Baca Juga : Sering Dicemooh Banyak Orang, Billy Syahputra Beberkan Alasannya Bela Hilda Mati-matian pada Nia Ramadhani!

Bambu yang diratakan dipasang sebagai bagian interior di dalam.

Tanaman itu dipanen pada saat malam hari, ketika tidak ada kegiatan fotosintesis. Sehingga, sebagian besar sari patinya masih terdapat di dalamnya.

Setelah itu, bambu tersebut diolah, termasuk di dalamnya direndam di dalam air laut selama dua bulan serta dilapis cat.

Bahan alam lainnya yang digunakan untuk melengkapi interior di dalam rumah itu seperti funitur kayu berat serta ubin batu.

Di bagian depan tempat tinggal, sebuah tangga diletakkan di antara dua dinding yang dilapisi tanaman hijau.

Sementara, area bagian bawah digunakan sebagai ruang tamu, dapur, dan ruang makan. Sejajar dengan itu, terdapat sebuah kolam renang berbentuk memanjang pada sisi halaman belakang.(*)

Tag

Editor : Pipit