IDEAonline -Kecenderungan seseorang dalam membeli hunian, tak hanya mempertimbangkan aksesibilitas, dan lokasi, melainkan juga kualitas, dan jenis hunian.
Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung memprediksi, rumah mikro yang telah populer di Jepang bakal masuk ke pasar domestik.
Baca Juga : Pramitha Rusady Akui Sempat Mati Suri saat Lahirkan Sang Anak, Intip Kamar Adrian yang Bikin Melongo!
Mahalnya harga lahan serta keterbatasan kemampuan anggaran masyarakat untuk membeli rumah, menjadi salah satu faktor pendukung.
Di samping itu, kultur masyarakat Indonesia yang masih enggan tinggal di apartemen juga ikut menjadi pendorong munculnya jenis- jenis rumah yang berbeda.
"Orang Indonesia itu kulturnya kalau enggak punya tanah, (sama saja) enggak punya properti. Itu kenapa apartemen masih tersandung-sandung, karena kulturnya masih mikir-mikir (tinggal di apartemen)," ucap Untung saat diskusi bertajuk 'Proyeksi Arah Properti 2019: Memanfaatkan Kesempatan untuk Bertahan di Tahun 2019' di Jakarta, Kamis (24/1/2019).
Rumah mikro yang akan dikembangkan, lanjut dia, memiliki luas di bawah 70 meter persegi.
Meski demikian, dari sisi kualitas masih jauh lebih baik ketimbang rumah sangat sederhana (RSS).
"Kalau kita lihat di Jepang itu banyak rumah-rumah kecil tapi secara kualitas bagus. Ini akan terjadi segera dan mulai ada beberapa developer yang masuk ke sana," sambung Untung.
Baca Juga : Punya Jawaban Bijak! Begini Tanggapan Dul Jaelani Soal Uang Jajannya dari Irwan Mussry-Maia Estianty
Jenis hunian berikutnya yakni co-living. Meski belum tentu akan segera tenar, namun untuk jangka pendek jenis hunian ini patut untuk dipertimbangkan.
"Co-living adalah kamar-kamarnya sendiri-sendiri kayak ngekos, dapurnya publik untuk barengan, tapi tetap bayar, beli," kata dia.
Di beberapa wilayah seperti Bandung dan Bali, hunian semacam ini cukup diminati, terutama oleh generasi milenial.
Bahkan, pengembangnya merupakan pebisnis individu yang berhasil mendulang tingkat tingkat okupansi hingga 90 persen.
Baca Juga : Bripda Puput Nastiti Devi Urus Surat Nikah Dengan Ahok, Lihat Perbandingan Psikologi Warna Rumah Mereka
"Orang tersebut berencana mengembangkan co-living di beberapa lokasi seperti di Jatinangor, Jakarta, bahkan segera buka di Depok," ungkap Untung.
Terakhir, dari sisi dekorasi.
Untung mengatakan, orang-orang zaman dahulu cenderung membeli rumah dengan ukuran minimum 60-80 meter persegi, bahkan lebih.
Mereka mengedepankan tampilan luar dari pada tampilan di dalamnya.
Baca Juga : Ahok Bebas Hari Ini, Begini Tampilan Fasad Rumah Masa Kecilnya yang Modern dan Asri
Sehingga, meski tampilan dalamnya cenderung berantakan, namun fasad bangunan menarik, akan dibeli.
"Lain halnya dengan di Australia.
Meski kecil, tapi dalamnya bagus.
Nah, generasi sekarang menuju ke sana.
Lebih penting itu dekorasi interior," tuntas Untung.
Baca Juga : Terjepit di antara Dua Bangunan, Vegan House Tampil dengan Fasad Jendela yang Mencolok
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tiga Jenis Hunian Bakal "Booming" Tahun Ini