Micro Living Solusi Hunian bagi Milenial, Inilah Penjelasan Arsitek

Kamis, 07 Februari 2019 | 19:00
debt

Rumah kaum milenial

IDEAOnline-Hunian berkonsep miro living sudah menjadi tren di dunia terutama di daerah barat seperti Amerika dan Australia.

Di Asia seperti Jepang dan Hongkong pun konsep ini makin booming.

Di Indonesia pun konsep ini bakal makin marak diterapkan oleh sebagian besar masyarakat mengingat lahan di kota yang semakin terbatas dan harganya yang terus meningkat.

Namun meski menggunakan nama micro (yang artinya kecil), batasan ukuran untuk hunian jenis ini belum dirumuskan secara tepat.

Seperti yang disampaikan oleh desainer Interior Design Studio, Hendy Suhardi, yang berpendapat belum ada batasan pasti yang diterapkanpada hunian berkonsep micro living.

Baca Juga : Inspirasi Desain Rumah Mungil 42 m2, Berani Bermain Warna dan Furnitur

Baca Juga : Furnitur Modular, Satu Benda Ragam Gaya Cocok untuk Rumah Mungil

Ilustrasi 3D Arsitektur.com

Storage menempati di setiap sentimeter ruang yang ada.

Menurutnya, mendesain dengan multifungsi dan mendesain dengan layout yang nyaman dalam space yang kecil, itulah yang akan menjadi salah satu batasan yangg pasti diterapkan dalam micro living.

Sedangkan menurut Revina Pinky Susanti pemilik konsutan desain dari arsitektur.com, micro living itu merupakan konsep hunian yang sangat menarik, yang dibuat dengan desain yang smart.

Desain Inovatif & PintarDesain yang smart itulah yang mencipta “nilai”” sebuah rumah yang dikonsep micro living ini.

Bisa murah, sedang, atau sangat mahal tergantung dari kreativitas yang diterapkan baik pada pemilihan jenis materialnya, perencanaan bentuk dan desainnya, dan juga benaman teknologi yang diberikan di sana.

Lebih lanjut Revina mengatakan bahwa dari contoh-contoh hunian micro living di luar negeri menggunakan furnitur yang hi-technology, yang tentu saja sangat mahal.

“Kalau dihitung-hitung, kadang biayanya bisa lebih mahal dibanding kalau kita beli apartemen tipe studio tapi tidak dikonsep micro living,” tambahnya.

Apa yang disampaikan Revina ini menjawab berbagai pertanyaan kebanyakan orang bahwa karena super kecil maka hunian micro living itu membuat biaya pembuatannya murah.

Ilustrasi 3D Arsitektur.com

Ruang dan furnitur dibuat berfungsi ganda.

Di Indonesia, menurut Revina, konsep ini bisa di-adjust (disesuaikan) karakter Indonesia.

Jadi mestinya tidak melulu harus dibuat dengan teknologi tinggi.

Karenanya yang dibutuhkan adalah inovasi dan desain yang pintar saat merencanakan membuat furnitur.

Desainnya harus kompak dengan benaman teknologi yang terjangkau biayanya.

Tak sekadar kecil sehingga hanya dapat mengakomodasi fungsi ruang yang terbatas.

Hunian berkonsep micro living dirancang secara kreatif sehingga ruangannya lengkap.

Ruang yang lengkap ini pun diikuti dengan kreativitas penciptaan penyimpanan.

Intinya menurut Vina, kreativitas serta inovasi desain yang luar biasa dikerahkan untuk mewujudkan keseluruhan fungsi dalam keterbatasan ruang yang ada.

Baca Juga : 5 Cara Menata Rumah Mungil Berukuran 42 M Persegi ala Perancang Busana

Baca Juga : Terasa Lebih Luas, Contek 5 Inspirasi Desain Apartemen Tipe Studio

Bukan MembatasiKecilnya ukuran di hunian berkonsep micro living, tidak berarti juga membatasi segala-galanya bagi penghuninya.

Mau ini dan itu tidak bisa karena tidak adanya sarana atau fasilitas, misalnya.

Kecilnya ukuran memang salah satu yang terkandung dalam hunian berkonsep micro living, namun tidak semua hunian yang kecil bisa disebut micro living.

Rumah kecil berkonsep micro living beda dengan RSS atau Rumah Sangat Sederhana.

Revina mengatakan, RSS karena dia luasannya kecil, ya sudah adanya segitu, sedapatnya saja ruang-ruang tersedia di sana.

Ilustrasi 3D Arsitektur.com

Satu runag 3 fungsi, ruang keluarga, ruang kerja, ruang tidur.

Namun, di micro living, mungkin ukurannya sama kecil dengan RSS, tapi di dalamnya itu fungsinya lengkap.

Rahmat Indrani, dari SPOA pun berpendapat.

Menurutnya, micro Living itu sendiri adalah bagaimana seseorang bisa nyaman secara minimun.

Tidak ada ketentuan patokan angkanya berapa.

Jadi, berpikirnya selalu antara pemilik rumah dengan dimensi arsitekturnya.

Baca Juga : Intip Ide Storage Hemat Tempat yang Cocok Untuk Hunian Berlahan Minim!

Baca Juga : Tiga Trik Jitu Menata Rumah 68 M Persegi, Kepoin Cara Sembunyikan Kulkas

Revina pun sependapat karena menurutnya tinggal di hunian berkonsep micro living ini, sebenarnya bukan berarti harus begini dan begitu sehingga banyak keterbatasan.

Namun, memang harus cermat memikirkan setiap melakukan pembelian barang. misalnya.

Storage ada, tetapi storage dibuat dengan memanfaatkan setiap centi meter lahan dan pasti ada keterbatasan muatan.

reader digest

Kamar tidur diubah jadi lemari, tetap ada batasan barang yang termuat.

“Ibaratnya beli baju satu, maka satu baju yang lama pun juga harus disingkirkan,” ujarnya.

Menyinggul soal milenial living, Revina pun berpendapat.

Milenial living itu kan lebih ke gaya hidup, desain yang keren, up to date.

Nah, kalau micro living itu lebih berpikir ke fungsi.

Jadi mau tidak mau segalanya harus memenuhi tempat yang terbatas.

Meski begitu menurut Revina, bukan berarti kita tidak bisa mengawinkan dua kebutuhan ini.

Karena jika itu terjadi, akan lebih bagus lagi.

Jadi, si konsep micro living ini kalau dimasukkan ke konsep gaya hidup milenial sangatlah bisa.

Bukan berarti harus pas—pasan, engga keren.

Baca Juga : The Millenia Tiny House, Rumah Kecil yang Cocok untuk Milenial dengan Ruang Kerja di Loteng

Baca Juga : Generasi Milenial, Inilah 4 Panduan Mudah untuk Membeli Rumah!

Dengan desain yang inovatif, kalau sudah memenuhi standar-standar micro living maka gaya bisa dimasukkan.

Sebenarnya karakter milenial itu ga mau ribet, simpel, tapi gaya pengen kelihatan, unik, mobile.

Ini ada yang bisa dipenuhi sama micro living.

Simple, selama internet kencang, misalnya, dia bisa melakukan apa saja di suatu tempat.

Micro living sudah sangat cukup karena di rumah tinggal tidur dan kegiatan lain bisa dilakukan di mana pun.

Properti Deddy Irawan Foto Tan Rahardian

Satu area untuk berbagai fungsi dan kegiatan.

Micro living akan jadi solusi bagi kaum milenial karena tetap saja akan jauh lebih ekonomis memiliki micro living daripada rumah yang besar.

Kalau pembikinannya semua minta otomatis ya pasti mahal.

Konsepnya harusnya bukan hitech tapi multifungsi.

Multifungsi itu bisa diterapkan dalam konsep hitech ataupun tidak.

Yang jelas bukan murah, tapi bisa dibuat terjangkau, disiasati dengan kreativitas desain.

“Jadi menciptakan hunian berkonsep micro living itu, sangat relatif tergantung pilihan,” ujar Revina menegaskan.

Baca Juga : Gaji Pas-pasan Tapi Ingin Miliki Rumah? Ini Dia 5 Trik Jitu Cepat Meraihnya

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya