IDEAonline -Timnas U-22 Indonesia berhasil melaju ke babak final Piala AFF U-22 2019 setelah sukses menumbangkan Vietnam di partai semifinal.
Partai semifinal ini digelar pada Minggu (24/2/2019).
Anak asuh Indra Sjafri sukses melaju ke partai final setelah menang 1-0.
Gol dicetak oleh Lutfi Kamal lewat tendangan bebas pada menit ke-69.
Di partai final, Indonesia akan melawan pemenang antara tuan rumah Kamboja dan Thailand yang bermain pada Minggu (24/2/2019) malam ini.
Pada babak pertama, Indonesia kesulitan untuk menembus pertahanan Vietnam yang dihuni oleh lima bek sekaligus.
Indonesia justru tertekan dan Vietnam memperoleh kesempatan pada menit ke-19 lewat tandukan dari Tran Duc Nam.
Baca Juga : Intip Desain Sirkuit Mandalika, Lokasi Penyelenggaraan MotoGP Indonesia
Babak pertama selesai dengan skor imbang 0-0.
Seusai jeda Indonesia hampir menjebol gawang Vietnam namun berhasil digagalkan kiper.
Akhrinya, pada menit ke-69 Indonesia berhasil memecah kebuntuan lewat gol dari tendangan bebas yang diciptakan Lutfi Kamal. Indonesia unggul 1-0.
Dengan hasil itu Indonesia berhak melaju ke partai final Piala AFF U-22 2019 pada Selasa (26/2/2019) mendatang.
Pertandingan semifinal sendiri berlangsung diOlympic Stadium Phnom Penh, Kamboja.
Ada 3 fakta menarik mengenai stadion ini, apa saja? Simak ulasannya berikut!
1. Didesain oleh Arsitek Kamboja
Baca Juga : Orang yang Tidur Larut Malam dan Telat Bangun Ternyata Lebih Cerdas, Ini Alasannya
Dididik di Phnom Penh dan Paris, Vann Molyvann tidak diragukan lagisebagai arsitek paling penting di Kamboja pada abad kedua puluh.
Menjadi ArsitekKamboja di usia 30 tahun pada tahun 1957, tak lama setelah kemerdekaan Kamboja dari Perancis, ia kemudian merancang lebih dari 100 bangunan.
Menggabungkan modernisme tinggi seperti Corbusier tertentu dengan bahan dan pengetahuan lokal, ia adalah tokoh terkemuka dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Arsitektur Khmer Baru.
Salah satu mahakarya Vann Molyvann Olympic Stadium Phnom Penh, Kamboja yang selesai dibangun pada tahun 1964.
Ketika arsitek Kanada William Greaves berjalan melewati Olympic Stadium untuk pertama kalinya‚ dia hampir tidak percaya apa yang dilihatnya.
“Saya tidak datang ke Phnom Penh untuk mengharapkan‚ arsitektur canggih seperti ini ‚” katanyakepada Uncube.
Itu adalah proyek konstruksi yang hanya membutuhkan waktu dua tahun untuk berkembang dari sketsa pertama hingga selesai.
Baca Juga : Pikirkan dengan Matang, Hindari 4 Hal Ini Sebelum Renovasi Dapur
Olympic Stadium terletak dalam kompleks olahraga raksasa yang dibangun dengan standar Olimpiade dengan kecepatan tinggi untuk mengantisipasi Pertandingan Semenanjung Asia Tenggara pada tahun 1963.
Itu adalah upaya besar-besaran‚ menjadikannya semakin menakjubkan oleh kenyataan bahwa ketika konstruksi para pekerja mulai menggunakan gerobak sapi tradisional Kamboja, sebelum buldoser tersedia untuk membantu.
Namun pertandingan akhirnya digelar di Indonesia dan stadion ini baru diresmikan pada tahun 1964, tetapi masih disebut sebagai Stadion Olimpiade secara lokal.
Lebih dari 15 tahun Vann Molyvann benar-benar mengubah arsitektur di Kamboja yang memberi negara yang baru merdeka ini perubahan modern.
2. Tribun utama paling menonjol
Baca Juga : Gunakan Tato Temporer, Dapatkan Suasana Rumah yang Lebih Berwarna Kurang dari 5 Menit
Proses konstruksi yang cepat dengan sekitar 500.000 meter kubik penggalian dilakukan untuk membangun stadion ini.
Bagian yang paling menonjol pada Olympic Stadium ini adalah tribun utama.
Tribun utama adalahelemen paling khas dan multifungsi.
Struktur beton bertulang dengan atap dekoratif disatukan dengan aula dalam ruangan nasional yang dapat menampung sekitar 8.000 orang.
Kapasitas stadion itu sendiri jauh lebih besar, secara resmi yaitu 50.000 orang.
Meskipunpenontonsebesar itu adalah pemandangan langka terutama sekarang bahwa sebagian besar pertandingan liga top di Kamboja benar-benar terjadi distadion ini.
Kerumunan beberapa ratus atau ribuan sulit untuk dibandingkan dengan yang terlihat pada tahun 1965, ketika stadion menjadi tuan rumah kualifikasi Piala Dunia antara Korea Utara dan Australia.
3. Menandai perubahan besar
LapanganOlympic Stadium mengalami perubahan mendasar.
Jika dulunya lapangan memakai rumput asli, sekarang sudah berganti dengan rumput artifisial atau buatan.
Rumput jenis itu lebih sering disebut dengan lapangan sintetis. (*)