IDEAonline - Setelah diskusi awal, Ariko (arsitek) mempunyai tantangan sendiri ketika merancang. Rumah yang akan direnovasi berada di lahan seluas 116 m².
Lahan yang sangat terbatas untuk menampung permintaan Arwani, 1 kamar utama dan 3 kamar anak.
“Sebenarnya, membangun rumah dengan 4 kamar di atas lahan 120 m² bukan hal baru. Karena pada tahun 2009, saya pernah mendesain di lahan 160 m², untuk 3 kamar utama dengan 3 kamar mandi, 2 kamar anak dan kamar pembantu dengan kamar mandi.
Dapur kotor dapur bersih, ruang tamu ruang makan, perpustakan.
Baca Juga: Feng Shui : Lantai Teras Harus Lebih Rendah agar Jauhkan Penyakit
Semua harus tertampung dalam 2 lantai, dan akhirnya bisa,” jelas Ariko.
Problem lain yang dijumpai Ariko adalah lahan yang cukup pendek. Ia pun harus menyiasati dengan mengurangi ruang kosong yang tak berfungsi.
“Rumah tidak boleh ada negative space, tidak boleh ada ruang negatif. Contohnya ruang bawah tangga yang enggak bisa digunakan, akhirnya saya buat dengan split level.
Jadi ruang bawah tangga jadi kemewahan tersendiri,” imbuh aristek lulusan Universitas Muhamamdiyah Jakarta ini.
Dengan permainan split level, pembedaan level lantai, rumah yang dirancang 2 lantai terasa seperti 4 lantai.
Baca Juga: Menyeramkan! Ternyata Setiap Hari Kita Tidur Ditemani dengan Ini
Area kosong di bawah tangga dan bordes bisa dioptimalkan jadi ruang. “Awalnya kita berdebat tentang ruang di bawah bordes.
Karena Pak Arwani pertama kali bangun rumah, dan baru memakai arsitek, tentang skala ruang ia masih bingung. Ia bertanya, berapa tingginya? ‘2,4m’. Kok pendek banget? Plafon kan harus 3 m-4 m?,” kata Ariko menirukan Arwani.
Baca Juga: Kabar Duka Datang dari Arswendo, Intip Hunian Bak Museum Miliknya yang Kini Tinggal Kenangan
Namun, ketakutan Arwani pun sirna. Kepercayaan kepada Ariko pun terbayar, area makan yang berada di bawah bordes ternyata tetap nyaman dengan ketinggai plafon 2,4 m.
“Pas hampir selesai malah dia suka, malah akhirnya, di atas ruang makan malah dibuat gudang baru, ” imbuh Ariko.
“Pertamanya saya juga takut, tapi senang banget hasilnya. Malah dengan desain split dapat ruang gudang sama ruang jemur lagi di atas,” kata Arwani.
“Enggak menyangka kalo dengan luas rumah segini bisa dapat banyak ruangan. Banyak cahaya dan enggak terkesan sempit,” imbuh pemilik yang telah mendiami rumah semenjak 2006 ini.
Kepercayaan dan komunikasi intens antara Arwani dan Ariko pun mampu mewujudkan rumah yang diidamkan. Hunian berkualitas mampu hadir dalam keterbatasan lahan.
Terdapat taman kering yang berfungsi sebagai tempat bermain bagi ketiga anak Arwani.
Taman kering ini awalnya merupakan taman asli dengan bukaan di atap. Namun karena pertimbangan tanah taman yang membuat kotor ruangan, akhirnya taman menjadi area bermain.
Kemudian, ruang terbuka tetap dihadirkan di belakang dapur rumah. Celah taman kering menjadi jalur keluar masuk udara dan cahaya alami. Dapur pun jauh dari kesan lembap dan apek.
Ariko menyiasati ruang bordes menjadi ruang musala. Area bordes diperpanjang kemudian ditambahkan lapisan parket untuk membedakan level lantai tangga dengan musala.
Fasad bangunan
Muka bangunan berbentuk 2 buah segitiga dengan jajaran kayu merbau sebagai aksen.
Penentuan bentuk yang apik ini pun butuh beberapa kali revisi saat diskusi.
Menurut Ariko, kurang lebih 8 skema desain telah ia ajukan untuk menemukan desain yang terkini. “Tapi dulu bentuk segitiga hanya 1 dengan kanopi lurus di teras depan.
Tapi kepercayaan kepada Ariko terbayar tuntas. Bentuk jajaran kayu menjadi aksen menarik pada bidang putih muka bangunan.
Terlebih, malam hari, terdapat pendar cahaya LED di balik lisplang.
Gimana menurut kalian (*)