Laporan Majalah IDEA Edisi 187
IDEAonline- Salah satu masalah besar dalam lingkungan kita adalah sampah.
Sampah yang menumpuk tak hanya merusak keindahan lingkungan, tetapi juga dapat menjadi sumber penyakit.
Ironisnya, penyumbang besar sampah berasal dari rumah tangga.
Baca Juga: Suhu Terlalu Tinggi Ganggu Kesehatan, Ini Cara Usir Panas dari Rumah
Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada 2011 pernah mencatat bahwa dari total sampah di Jakarta, 65% berasal dari perumahan.
Dari sekian banyak ruang di rumah, dapur menjadi ruang yang menghasilkan sampah paling banyak.
Pasalnya, di sinilah terjadinya sampah berupa sisa makanan yang tak habis dikonsumsi (food waste),
sampah bisa sisa makanan saat produksi (potongan satur atau buah yang tidak digunakan), hingga sampah plastik pembungkus makanan.
Jika diklasifikasikan, sampah dapur terbagi menjadi dua, yakni sampah organik dan sampah anorganik.
Baca Juga: Tidak Sulit, Intip Trik Merawat Anggrek agar Tumbuh Sehat dan Berbunga
Sampah organik disebut juga “sampah basah” yang dapat terurai secara alami.
Contoh sampah organik adalah sisa bahan makanan, ampas kopi, kulit telur, kulit buah, dan daun kering.
Sedangkan sampah anorganik disebut juga “sampah kering” yang sulit sekali terurai.
Contohnya berbagai pembungkus plastik, botol minum, sedotan, kaleng, dan kaca.
Sampah organik, meskipun mulai terurai, jika dibiarkan menumpuk dapat menimbulkan bau busuk di dapur dan mengundang kuman.
Lebih bahaya lagi sampah anorganik. Sampah anorganik yang tertimbun di tanah dapat menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan.
Begitu buruknya dampak dari menumpuknya sampah. Untuk menjaga lingkungan, yuk mulai kurangi produksi sampah dari rumah!
(*)