Mengejutkan, Penelitian Membuktikan Beternak di Belakang Rumah Diwaspadai Memunculkan Wabah Penyakit

Selasa, 22 Oktober 2019 | 07:41
presence.id

Jangan Buat Kandang Ayam di Belakang Rumah, Bisa Jadi Bom Waktu!

IDEAonline-Jika IDEA Lover memiliki kecintaan untuk berternak.

Sepertinya kabar yang satu ini tentu harus disimak dengan baik-baik.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh pakar penyakit menular di Australia sontak membuat publik terkejut.

Direktur penelitian lembaga studi CSIRO di Australia, Paul De Barro, mengatakan bahwa wabah penyakit yang dibawa ayam, babi atau kambing berisiko tinggi mengancam jiwa manusia.

Baca Juga: Total Kekayaan Capai Rp20 Miliar, Tilik Isi Hunian Aktor 90an yang Kini Sibuk Sebagai Pelatih Yoga hingga Presenter

Dengan kata lain, jika memelihara atau berternak unggas dibelakang rumah bagaikan memelihara bom waktu yang bisa memicu penyebaran wabah penyakit.

Hewan peliharaan, khususnya di pinggiran kota dan kota, bisa terpapar hewan liar seperti kelelawar.

Kelelawar inilah yang membawa penyakit seperti virus Hendra atau Nipah.

"Ketika populasi urban menyebar, mereka pindah ke area hutan, area alami. Dan karena itu kita semakin dekat dekat dengan hewan liar," katanya kepada ABC.

Perubahan iklim juga dianggap sebagai faktor pemicu, di mana kita menyaksikan hewan-hewan telah mengubah perilaku mereka.

Baca Juga: Fleksibel dan Selalu Berubah, 8 Pakem Desain ini Sebenarnya Boleh Dilanggar

Misalnya di perkotaan semakin sering terlihat kelelawar terbang padahal 50 tahun lalu hal ini tidak dijumpai.

"Ketika kita mendapatkan perubahan ini, risiko penyakit dari hewan ke manusia semakin meningkat," ujar dia.

Pavlofox/Pixabay
Pavlofox/Pixabay

Ilustrasi pelihara ayam

Wabah sulit diprediksi dan dibendung

Menurut Dr de Barro, risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga bisa dialami mereka yang tinggal di perkotaan.

Misalnya di Australia ketika ada wabah flu burung, pihak berwenang sulit mendeteksi dari mana asalnya.

Sebab tidak ada pendataan kepemilikan hewan di negara itu.

Baca Juga: Jalani Hidup Tanpa Orang Tua, Adik Presenter Terkenal Kini Hidup Sukses hingga Miliki Rumah tiga Lantai, Isinya Bikin Melongo!

Hal semacam inilah yang menurut Barro membuat wabah penyakit sulit dibendung.

"Yang tidak kita ketahui adalah kapan (wabah penyakit) muncul, kita tidak tahu frekuensinya, dan kita bahkan tidak tahu skala atau konsekuensinya," katanya.

"Bisa jadi ada beberapa orang yang jadi korban atau mungkin ratusan orang meninggal."

Barro menambahkan, para ahli masih belum bisa memahami bagaimana sebuah penyakit bisa berpindah dari hewan liar ke hewan peliharaan kemudian berakhir di manusia.

Baca Juga: Bosan Furnitur Bahan Kayu & Berlapis Kain? Pakai Saja Kulit Sintetis!

"Pengawasan yang kita miliki untuk penyakit-penyakit yang disebarkan oleh hewan ke manusia belum memadai," kata Dr de Barro.

"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa, atau dalam kondisi apa, virus seperti Hendra bergerak dari kelelawar menular ke kuda lalu berakhir ke manusia. Jadi sulit untuk membuat prediksi seputar kemungkinannya," terangnya.

Survei nasional terhadap satwa liar yang terus berlangsung dan penyakit yang mereka bawa sangat penting untuk mengurangi risiko, kata Dr De Barro.

"Kami tidak benar-benar tahu penyakit apa yang ada pada burung asli, marsupial, kelelawar," katanya.

"Dan kami tidak memantau frekuensi penyakit-penyakit ini, jadi saya tidak bisa menjelaskan apakah penumpukan virus pada hewan tertentu di pinggiran kota tertentu."

Baca Juga: Tak Ada Matinya, Furnitur Metal Elegan & Kuat, Apa Saja Jenisnya?

Dr de Barro mengakui wabah jarang terjadi di Australia, tetapi dia memperingatkan bahwa peluang hal itu terjadi ada di sekitar kita.

"Di sebelah utara kita adalah 'wilayah panas' Asia, yaitu Asia Tenggara di mana sering terjadi penyebaran wabah penyakit karena ada warga hidup berdampingan dengan babi dan unggas dan hewan liar lainnya," katanya

Artikek ini telah tayang di hype.grid.id dengan judul

Bagaikan Bom Waktu, Jangan Lagi Letakkan Kandang Ayam di Belakang Rumah Bisa Picu Penyebaran Wabah Penyakit

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya