Pasca Banjir Kenali Leptospirosis dan Pencegahannya, Sanitasi Buruk Paling Berpotensi Terjangkit

Kamis, 09 Januari 2020 | 16:15
tribunnews.com

Bersih-bersih pasca banjir waspadai Leptospirosis.

IDEAOnline-Banjir yang melanda Jabodetabek pada Rabu (1/1/2020) lalu, selain menimbulkan banyak kerugian, juga berpotensi menyebarkan berbagai penyakit, salah satunya Leptospirosis.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspitadewi mengingatkan agar masyarakat waspada terjangkit Leptospirosis pasca banjir.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Liza Puspadewi meminta masyarakat untuk waspada terhadap penyakit leptospirosis pascabencana banjir. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspada Penyakit Leptospirosis Saat Banjir, Ini Gejalanya", https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/05/06121161/waspada-penyakit-leptospirosis-saat-banjir-ini-gejalanya. Penulis : Singgih WiryonoEditor : Jessi Carina
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Liza Puspadewi meminta masyarakat untuk waspada terhadap penyakit leptospirosis pascabencana banjir. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspada Penyakit Leptospirosis Saat Banjir, Ini Gejalanya", https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/05/06121161/waspada-penyakit-leptospirosis-saat-banjir-ini-gejalanya. Penulis : Singgih WiryonoEditor : Jessi Carina
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Liza Puspadewi Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspada Penyakit Leptospirosis Saat Banjir, Ini Gejalanya", https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/05/06121161/waspada-penyakit-leptospirosis-saat-banjir-ini-gejalanya. Penulis : Singgih WiryonoEditor : Jessi Carina
Leptospirosis sering juga disebut sebagai penyakit demam banjir.

Penyebabnya adalah bakteri Leptospira interrogans, bakteri yang berbentuk panjang dan spiral, yang hidup dan berkembang biak di tubuh hewan.

Hewan pengerat, seperti tikus dan tupai, adalah hewan yang paling mudah terjangkiti bakteri ini.

Baca Juga: 3 Hal Pokok Tentukan Kesehatan Rumah, Jangan Abaikan Tikus & Kecoa

Tak hanya saat musim hujan atau banjir, Leptospirosis bisa juga menginfeksi di musim kemarau, utamanya di permukiman kumuh yang memiliki saluran air dan sanitasi kurang baik.

Bakteri leptospira bisa mengendap di tanah dan bertahan sampai hitungan bulan.

Di saat banjir, bakteri yang mengendap di dalam tanah terbawa air dan menempel di lantai, dinding, perabot, dan benda-benda yang terkena banjir.

Penyebab lain kenapa di saat banjir penyakit leptospirosis lebih mudah berjangkit adalah karena ketika banjir, sarang-sarang tikus terendam.

Tikus pun akan segera mencari tempat yang aman.

Pada saat tikus-tikus ini mengungsi, kandung kemihnya yang lemah membuat urine lebih mudah berceceran di berbagai tempat.

Baca Juga: Salah Satu Solusi Cegah Banjir Bikin Resapan Air, Lakukan 4 Cara Ini!

Animal Channel

Hewan pengerat, seperti tikus dan tupai, paling mudah terjangkiti bakteri penyebab leptospirosis.

Bisa Menjangkiti Manusia

Penyakit Leptospirosis sesungguhnya tergolong zoonosis, yakni jenis penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia.

Bakteri Leeptospira yang biasanya terdapat di dalam air kencing, darah, atau jaringan hewan pengerat ini bisa ditularkan kepada manusia lewat kontak langsung dengan hewan-hewan terinfeksi atau ketika menyentuh tanah atau air, tanah basah, atau tanaman yang terkontaminasi oleh urine binatang yang terinfeksi.

Bakteri ini keluar bersama dengan urine hewan dan masuk ke tubuh manusia melalui telapak kaki, selaput lendir, mata, hidung, kulit luka atau terkena eksim, air, dan makanan.

Begitu masuk ke aliran darah, dalam 4—10 hari, bakteri ini akan menyebar ke seluruh tubuh.

Pada kasus-kasus awal mungkin dokter tidak menduga ada leptospirosis, karena penyakit ini tidak lazim dan sering dikira penyakit kuning.

Padahal, jika terlambat diobati, penyakit ini bisa merusak organ-organ, seperti ginjal, hati, dan otak.

Oleh karena itu, cegahlah sedini mungkin dan waspadai gejala yang timbul.

banjir

Baca Juga: Sertifikat Tanah Rusak karena Banjir? Ini Cara Membuat Penggantinya

Beberapa gejala dimulai dari demam menggigil, pegal linu betis dan punggung, serta nyeri kepala.

Gejala Leptospirosis

Mengetahui gejala dan cara pencegahan penyakit ini, perlu dilakukan.

Pertama, gejala dimulai dengan demam menggigil, pegal linu (terutama betis dan punggung), nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering, mual-muntah, sampai mencret-mencret.

Ini terjadi di awal masa inkubasi.

Kedua, pada stadium lanjut, akan muncul gejala seperti penyakit kuning.

Ini dikarenakan leptospira telah menyerang hati.

Gejalanya kulit dan putih mata menjadi kekuningan, mata merah layaknya sedang sakit mata, adakalanya disertai pendarahan, dan kulit pun meruam merah.

Jika diperiksa dengan stetoskop, dokter akan mendengar bunyi para-paru yang abnormal.

Ketiga, komplikasi ke seleput otak bisa menimbulkan gejala nyeri kepala, kejang-kejang, leher kaku, dan penurunan kesadaran.

Salah satu cara pencegahan yang mudah adalah saat membersihkan sisa banjir, gunakan pelindung tubuh seperti sarung tangan karet, masker dan sepatu bot.

Baca Juga: Enam Titik Pengungsian Banjir di Jakarta Dapatkan Bantuan Berstandar UNICEF untuk Anak dan Balita

Berperilaku bersih dan sehat dan menjaga kebersihan lingkungan, salah satu cara mencegah terjangkit leptospirosis.

Pencegahan

Pertama, berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan air dan lingkungan. Bersihkan sarang tikus dan genangan air

Kedua, menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.

Ketiga, mencuci tangan dan kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah melakukan aktivitas.bersih-bersih sarang tikus dan genangan air.

Keempat, hal yang sering dilalaikan padahal penting yaitu wajib memakai sepatu dan sarung tangan karet, terlebih bagi mereka kelompok pekerja yang berisiko tinggi seperti petugas kebersihan, Kelima, menggunakan disinfektan atau bahan pembersih untuk mencegah terjadinya infeksi dan membasmi kuman penyakit pasca banjir diperlukan.

Baca Juga: Empat Metode Tanggulangi Tikus, Pilih yang Paling Tepat untuk Rumahmu!

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti