IDEAonline- Berkat renovasi, tercipta “dialog” antarruang, baik antara ruang-ruang di dalam rumah maupun antara ruang dalam dan ruang luar.
Kantor merupakan fungsi awal bangunan hunian di wilayah Bandung ini.
Namun, seiring berjalannya waktu, pemiliknya menyadari bertambahnya kebutuhan untuk tempat tinggal.
Baca Juga: 8 Ide Desain Dapur Modern Minimalis, Nomor 8 Mengesankan!
Maka, ia pun memutuskan untuk mengembalikan fungsi bangunan ini sebagai hunian.
Sebagai tempat tinggal yang akan digunakan oleh sang anak yang sudah berkeluarga, rumah ini pun akhirnya direnovasi hampir seluruhnya.
Tidak menyisahkan bangunan lama dan menambahkan massa bangunan baru menjadi rangkaian renovasi yang dilakukan oleh Lukie Widya dari Luwist Spatial sebagai arsitek.
Baca Juga: Tak Perlu Banyak Biaya, Ini 3 Tempat Tidur Lucu Untuk 'Anabul' Kesayanganmu!
“Sisa dari bangunan lama, yaitu kantor, sudah tidak ada.
Hanya saja saya memang mempertahankan struktur dan material atap lamanya.
Dari struktur peninggalan tersebutlah, desain ulang arsitektur rumah ini berangkat.
Kemudian, saya kembangkan lagi dengan menambahkan ruang dan massa bangunan baru sesuai kebutuhan pemilik rumah,” jelas Lukie.
Berdasarkan bujet dan kebutuhan pemilik rumah, massa bangunan ini bertambah sebanyak 50 persen.
Baca Juga: Kakak Beradik Ini Makin Betah di Rumah Semenjak Rubah Suasana Kamar, Bak Terbang di Angkasa!
Baca Juga: 8 Ide Desain Dapur Modern Minimalis, Nomor 8 Mengesankan!
Yang ditambah, pertama adalah halaman samping rumah yang merupakan hasil pemugaran dari bangunan awal yang dahulunya sudah runtuh.
Lalu, di bagian belakang ditambahkan tiga ruang baru yakni kamar utama, dapur, serta halaman belakang.
Komunikasi Sebagai Fokus Fokus renovasi rumah ini adalah terjalinnya komunikasi yang baik antar manusia dan alam.
Untuk mewujudkan hal tersebut, hunian ini hanya dirancang satu lantai dan semua ruang-ruang penting— ruang keluarga, ruang makan, dan ruang santai—berada berdekatan serta tak dibatasi sekat apa pun.
Konsep open plan ini membuat hunian diharapkan menciptakan jalinan komunikasi yang baik di antara anggota keluarga.
Baca Juga: Tak Terlihat Aneh Dari Luar, Ternyata Rumah Seharga Rp 49 Miliar Ini Hanya Miliki Lebar 1,4 Meter!
Komunikasi dengan alam juga terakomodasi dengan sempurna berkat adanya taman yang mengelilingi hampir seluruh rumah ini.
Taman depan rumah ini cukup luas, ditambah halaman samping dengan pohon-pohonya yang tinggi, dan taman belakang yang bersentuhan langsung dengan kamar tidur.
Keberadaan taman ini semakin menyempurnakan cuaca Bandung yang relatif sejuk.
“Fungsi taman-taman ini untuk menyambut udara segar sekaligus vista dari Kota Bandung, agar secara psikologis, penghuni rumah merasa lebih dekat dengan alam, sehingga terjadi ‘dialog’ antara ruang dalam dengan ruang luar.
Selain itu, sekat yang tidak ada di dalam ruangan juga memungkinkan terjadinya ‘dialog’ antarruang dalam,” ungkap Lukie.
Natural dengan Unfinished Konsep hunian yang berdekatan dengan alam semakin diperkuat karena Aria danAlda—sebagai penghuni rumah baru— menerapkan gaya unfinished di beberapa sudut rumah.
Pada ruang keluarga dan ruang santai, terdapat dinding berupa batu bata yang tidak mengalami sentuhan akhir.
Baca Juga: Kakak Beradik Ini Makin Betah di Rumah Semenjak Rubah Suasana Kamar, Bak Terbang di Angkasa!
Bata dibiarkan apa adanya sehingga memperlihatkan warna merah kecokelatan khasnya.
Lain lagi dengan dinding yang berada di area foyer.
Di sini, dinding tampak lebih “kasar” berkat sentuhan semen yang tak terkena finishing cat tembok.
Baca Juga: Hasil Renovasi, Rumah Berlokasi di Ciputat Ini Miliki Gaya Skandinavia yang Berbeda!
Selain pada dinding ini, dinding fasad juga hanya berupa coran semen.
Menurut penuturan Aria dan Alda, sentuhan unfinished pada hunian ini memang menjadi permintaan khusus mereka kepada sang arsitek.
“Kita sangat suka dengan suasana alami dan natural.
Jadi selain dari taman, kita juga ingin mendapatkan sentuhan alami dari konsep unfinished ini,” ucap Alda.
Kesan alami dan dialog dengan ruang luar yang asri pun semakin terasa.
Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 177
(*)