IDEAonline-Bebaskan kesan kaku dan serius pada ruang kerja dengan penambahan beragam aksesori bergaya.
Ruang kerja di rumah tergolong ruang yang membutuhkan tingkat kenyamanan tinggi.
Bagaimana tidak, Anda tentu akan menghabiskan banyak waktu di ruang kerja, untuk menyelesaikan berbagai hal penting.
Untuk membuat ruang kerja yang nyaman, Anda tak hanya membutuhkan furnitur yang lengkap tapi juga penataan yang tepat.
Penataan ruang kerja sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan karakter penggunanya, agarsuasana nyaman tercipta.
Dan meskipun fungsinya penting, bukan berarti ruang kerja harus terlihat kaku dan “serius”.
Baca Juga: Apa Ruang Kerja Nyaman Bisa Dihadirkan di Rumah? Untuk Redam Suara Letakan Benda Ini!
Baca Juga:Tips Rumah Mungil Seluas 55 Meter dengan Gaya Skandinavia, Mudah!
Melepaskan kesan kaku tersebut dapat dilakukan dengan mencoba beberapa penataan gaya.
Untuk menentukan gaya yang tepat, Anda dapat mempertimbangkan beberapa hal yang dirasa dapat menghilangkan penat ketika bekerja.
Contohnya, bila Anda terbiasa mengingat beberapa tempat berlibur untuk meringankan pikiran,Anda dapat menata ruang kerja dengan benda-benda hasil berlibur.
Ide ini bisa menjadi dasar dari penerapan gaya eklektik yang simpel. Tapi, malah bikin pusing engga yah?
Kumpulkan berbagai barang dekorasi yang selama ini telah Anda kumpulkan tiap berlibur.
Aksesori dan cinderamatayang bertema budaya akan sangat cocok untuk dipajang di meja kerja.
Tak hanya pajangan, Anda juga dapat menggunakan furnitur tradisional untuk menegaskan gaya eklektik.
Tak harus serba tradisional, gaya eklektik yang berkonsep “penggabungan gaya” membebaskan Anda untuk memadu-padankan dengan beberapa furnitur modern.
Untuk konsep warna, Anda dapat mengadaptasi warna-warna elemen alam seperti warna dari tanah, logam, dan batu.
Warnawarna netral tersebut akan lebih memikat bila Anda menambahkan turunan warna yang bersifat mengilap seperti warna perunggu, perak, dan emas.
Warna kilap juga dapat Anda hadirkan lewat penggunaan material kaca dan stainless steel.
Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 143
(*)