Menangkal Panas dan Cahaya, Begini Cara Kerja Secondary Skin

Selasa, 10 Maret 2020 | 09:30
Lokasi Ked. Ridwan Kamil, Cikadung, Bandung

Secondary skin pada bangunan ibarat baju pada manusia.

IDEAOnline-Secondary skin, dalam arti harafiahnya berarti kulit kedua, belakangan ini banyak diangkat oleh para arsitek pada bangunan rancangannya.

Yang cukup dikenal adalah Budi Pradono. Pada salah satu karyanya, restoran Tetaring Kayumanis di Nusa Dua, Bali, ia melapisi kulit bangunan dengan deretan bambu.

Sebut pula Ridwan Kamil.

Saat mendesain rumah pribadinya di Bandung, ia menggunakan puluhan ribu botol sebagai kulit terluar bangunannya.

Bidang yang melapisi bangunan inilah yang disebut sebagai secondary skin.

Ibarat manusia, kulit saja sebagai pelindung, tidak cukup.

Baca Juga: Manfaatkan Ruang Bawah Atap, Ini Cara Menata Attic agar Tak Panas

Baca Juga: Banyak Cahaya Bikin Rumah Panas, Lakukan 8 Trik Ini agar Tetap Sejuk

Arsitek Samuel Tsang

Kisi-kisi kayu sebagai secondary skin.

Manusia juga membutuhkan pakaian yang melindungi kulit itu sendiri, dari perubahan suhu yang lebih drastis lagi.

Dengan memiliki pelapis tambahan, kenyamanan lebih akan diperoleh, karena suhu yang dirasakan akan lebih stabil.

Secondary skin ibarat baju yang membungkus kulit manusia.

Pada bangunan di wilayah tropis, kulit kedua ini akan melindungi bangunan dari sinar matahari berlebih yang mengakibatkan panas dan silau ke dalam bangunan.

Secondary skin juga merupakan solusi yang tepat atas permasalahan bangunan tropis, karena pelapis ini tidak menghalangi masuknya udara ke dalam bangunan.

Bagaimana secondary skin dapat menangkal panas dan cahaya, namun ia tetap memastikan aliran udara masuk ke rumah?

Berbeda dari penangkal panas lainnya, secondary skin tidak dipasang menempel pada bangunan.

Baca Juga: Solusi Rumah Panas dan Pengap, Cara Mendinginkan Tanpa AC (1)

Baca Juga: Solusi Rumah Panas dan Pengap, Cara Mendinginkan Tanpa AC (2)

Antara bangunan dan kulit kedua ini disisakan jarak 40 cm–100 cm.

Pertama, panas matahari yang diterima bangunan akan diserap sebagian oleh secondary skin.

Sebagian panas tetap diteruskan ke dalam, namun karena ada jarak, panas tersebut ditangkap oleh udara yang ada di celah kosong tersebut.

Akibatnya, semakin sedikit panas yang diterima bangunan.

Kedua, celah yang ada tersebut memungkinkan jendela tetap dapat dibuka.

Dengan begitu, udara yang melalui celah kosong pada secondary skin dapat masuk ke dalam rumah.

Ketiga, secondary skin sendiri tidak masif bentuknya.

Ia memiliki lubang-lubang pada materialnya sehingga dinding seolah bernafas.

Udara tidak terjebak di balik kulit kedua tersebut.

Udara panas yang dihasilkan dapat diganti dengan udara dingin dari luar rumah.

Baca Juga: Ini Caranya Menikmati Terangnya Matahari di Rumah tapi Tak Kepanasan

Baca Juga: Atasi Panas dan Lembap, Ini Cara Bikin Ventilasi Silang yang Benar!

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti