IDEAOnline-Pemilik rumah adalah seorang yang memiliki minat yang tinggi terhadap kayu.
Untuk itulah, kayu cukup banyak diaplikasikan dalam desain rumahnya.
Rumah dibentuk sesuai karakter sang penghuni, adalah salah satu ciri sebuah rumah urban.
Inilah yang mendasari Dian Ariffiabto BS (Dian) bersama timnya merancang dan menentukan desain rumah yang berada di Solo bagian timur, tepatnya di kompleks Fajar Indah Solo.
Hengki, kepala keluarga, pemilik rumah ini, adalah seorang pebisnis di bidang perkayuan.
Penggunaan kayu yang bisa dibilang dominan di kediamannya, diakuinya sebagai eksperimentasi bersama sang arsitek.
Mereka sepakat melakukan percobaan dalam membuat detail-detail tertentu dalam desain arsitektur rumah ini.
Baca Juga: Urban Resort House, Penggabungan Unsur Alam dan Kehidupan Perkotaan
Material
Meski secara konstruktif, material beton dan bata masih digunakan secara umum di rumah ini, namun penggunaan kayu selain terlihat dominan juga sangat menginspirasi.
Misalnya, bagaimana kayu laminasi digunakan untuk eksterior bangunan, bahkan lisplank dan penutup pintu gerbang yang merupakan detail yang selalu terkena panas dan air hujan.
Seperti dituturkan oleh Hengki, bapak 2 orang anak, Rafa dan Gaby ini, kepuasan yang paling ia rasakan adalah ketika hasil kreasinya bersama arsitek berhasil memanfaatkan barang (red: kayu) “sisa” menjadi sesuatu yang lebih berarti.
Railing tangga contohnya. Dikisahkan oleh Hengki railing tangga ini adalah hasil pemanfaatan kayu bekas dan sisa dari proses produksi di workshop miliknya, yang diolah, dilem, dan di-finishing, dan menghasilkan sebuah material semacam balok.
Kemudian balok itu menjadi semacam “modul” yang disusun berjajar menjadi railing tangga yang unik.
Selain memanfaatkan material “sisa”, kolaborasi pemilik rumah dan arsitek juga menampilkan sebuah ide pemanfaatan material secara multifungsi.
Misalnya saja, sarangan batu hitam, salah satu jenis kayu dari Sumatera yang seharusnya dipakai sebagai material flooring, namun di rumah ini diaplikasikan sebagai panel pintu yang dikombinasikan dengan kayu jati, dan menghasilkan sebuah tampilan pintu yang unik dan menarik.
Tak berhenti di situ, beberapa parket “naik posisi” ke dinding karena digunakan sebagai pelapis dinding dan menjadi aksen yang menarik, juga dapat ditemukan di beberapa sudut rumah ini.
Baca Juga: Berlokasi di Bintaro, Begini Tips Gabungan 2 Kaveling dalam 1 Hunian
Lahan Memanjang
Lahan yang memanjang ke belakang, yaitu 10mx30m memberi tantangan bagi sang arsitek dalam pengolahan desainnya.
Tak ingin terjebak pada desain yang monoton dan menampilkan susunan ruang yang berderet ke belakang layaknya gerbong kereta, sang arsitek bersama Hengki, mencoba menampilkan olah desain yang berbeda.
Sebagai arsitek, Dian tetap mengawali perancangan dimulai dari pemahaman akan kebutuhan Hengki dan sang istri yang adalah seorang dokter, serta kedua anak mereka.
Kegiatan sehari-hari mereka direkam dengan baik dan diterjemahkan oleh Dian ke dalam pola ruang dan desain arsitektur yang sesuai, sebagai wadah kegiatan keluarga kecil ini.
Dasar yang kedua adalah, bagaimana setiap jengkal lahan dapat dimanfaatkan secara optimal.
Untuk mewujudkan ini, Dian memotret setiap aktivitas dan sirkulasi gerak yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga sang klien untuk mengatur pola sirkulasi yang tepat sehiggga hasilnya tak ada satupun ruang terbuang atau tak termanfaatkan.
Hasil dari pendalaman ini menghasilkan rincian kebutuhan sang klien untuk menggunakan secara optimal bagian rumah di lantai 1 untuk kegiatan keluarga yang dilakukan secara bersama.
Sedangkan lantai 2 menjadi ruang yang lebih privat untuk anggota keluarga.
Sang arsitek pun mewujudkannya dengan membuat ruang penerima (ruang tamu) merangkap sebagai ruang keluarga, ruang makan, dapur, dan ruang servis lainnya di bagian belakang rumah di lantai 1.
Sedangkan lantai 2 diisi dengan kamar tidur, kamar mandi, dan ruangan lain yang digunakan secara lebih privat oleh keluarga.
Baca Juga: Begini Tips Penataan Area pada Ruangan Memanjang ala @rumahsederhana_
Massa Bangunan di Tengah
Kesejukan begitu terasa ketika duduk di ruang tamu.
Hembusan angin leluasa mengalir dari kanan dan kiri ruang yang dibiarkan menjadi area “terbuka”.
Sebagai antisipasi cuaca (panas, hujan, angin), rumah berlahan memanjang yang menghadap ke utara ini, didesain khusus dengan menempatkan massa bangunan di tengah lahan.
Pengaturan massa seperti ini tetap menyisakan ruang di sisi kanan dan sisi kiri yang menempel dengan tetangga.
Ini adalah kecerdikan sang arsitek dalam menciptakan arsitektur yang merespon alam dan site yang tersedia.
Bagiamana kondisi lingkungan direspon dan potensi site seperti cahaya matahari dan udara bisa dimanfaatkan.
Sirkulasi udara dan usaha penetrasi cahaya alami menjadi pertimbangan utama.
Sebagai pemasok udara dan cahaya, kanan-kiri rumah dimanfaatkan untuk taman dan area “terbuka” yang memungkinkan masuknya cahaya matahari.
Meski ada bagian rumah yang menempel dengan dinding tetangga, tetap saja di bagian itu terdapat desain bukaan yang tetap memungkinkan udara dan cahaya masuk ke area dalam rumah.
Perancangan yang cermat dan kecerdikan sang arsitek dalam merangkum kebutuhan pemilik rumah serta mewujudkannya dalam desain yang merespon alam dan site, serta menjadikan rumah sebagai reperesantasi pemiliknya telah meningkatkan kualitas hidup penghuni rumah.
Begitulah fungsi sebuah arsitektur.
Baca Juga: Berbagi IDEA Bikin Ruang Kerja Tampil Unik dengan Rak Kayu Eksotik