Menilik APD Tenaga Medis untuk Penanganan Covid-19, Apa Saja Jenis dan Berapa Kebutuhannya?

Kamis, 26 Maret 2020 | 20:24
TRIBUNNEWS.COM

Penyemprotan cairan disinfekta kepada sejumlah petugas yang akan mengangkat alat kesehatan (alkes) dan obat yang dibawa dari Cina oleh Pesawat Hercules C-130 di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Senin (23/3/2020).

IDEAOnline-Virus Corona masih menyita perhatian di seluruh belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Penanganan terus menerus diupayakan lebih baik dan lebih cepat untuk mencegah makin bertambahnya korban.

Sampai Kamis (26/3/20) saat artikel ini ditulis, informasi resmi dari laman Corona.jakarta.go.id mencatat 790 kasus pasien terinfeksi, 899 pasien dalam pengawasan, dan 1.872 orang dalam pemantauan. Tercatat 31 pasien dinyatakan sembuh, sementara 58 lainnya meninggal.

Meningkatnya jumlah pasien yang terinfeksi dan masuk dalam pengawasan, disertai pula oleh meningkatnya kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis di setiap rumah sakit rujukan.

Saat ini kita sangat mengandalkan tenaga medis dalam menangani pasien.

Mereka berada dekat dengan penderita dan kesehatan mereka menjadi sangat penting dalam bertugas menangani setiap kasus yang ada.

Risiko terpapar cukup tinggi jika mereka tidak dilengkapi APD yang memadai.

Sebenarnya apa APD itu?

Baca Juga: APD Langka, Dukung Tenaga Medis Indonesia Tangani COVID-19, Sharp Donasi Masker N-95

Baca Juga: Akibat #DiRumahAja, Kamar Tidur Jadi Gampang Berantakan? Ini Triknya Agar Selalu Rapi!

ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO

Petugas medis di ruang isolasi saat simulasi Penanganan Pasien Corona di Rumah Sakit Lavalette, Malang, Jawa Timur, Jumat (13/3/2020)

Alat pelindung diri (APD) adalah perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya yang bisa menyebabkan cedera atau penyakit serius terkait pekerjaannya.

Alat pelindung diri telah didesain khusus sesuai dengan jenis pekerjaannya, misalnya APD untuk pekerja konstruksi tidak akan sama dengan APD untuk pekerja di laboratorium, pun APD untuk tenaga medis yang berhubungan langsung dengan pasien.

Lantas, APD jenis apa saja yang diperlukan oleh para tenaga medis yang menagani pasien Covid-19?

Seperti dilansir dari laman CNNIndonesia.com, dokter ahli kesehatan masyarakat Halik Malik menjelaskan ketentuan pemakaian APD bagi tenaga medis.

APD untuk tenaga kesehatan terdiri dari cover all jumpsuit yang serupa baju astronaut, penutup kepala, kacamata pelindung, masker, sarung tangan, dan sepatu.

Penggunaan APD bagi tenaga medis dilakukan sesuai petunjuk dan standar kesehatandunia dari WHO, lalu dari Kementerian Kesehatan dan juga Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Ini jadi acuan di fasilitas kesehatan dan dokter yang bertugas. Penggunaannya pun bervariasi.

Waktu penggunaan APD akan sangat bergantung dengan kondisi di lapangan, mulai dari ruangan atau lokasi saat menggunakan APD hingga tingkat keparahan pasien, penyakit, atau virus yang dihadapi.

Baca Juga: Waspada Berpergian Saat Wabah COVID-19, Lakukan 5 Tips Ini Sebelum Keluar Rumah!

KOMPAS.COM/TEUKU UMAR

Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh menyiapkan ruang khusus penangan Covid-19 (RICU) dengan fasilitas lengkap dan tenaga medis.

APD yang digunakan oleh dokter, perawat, dan orang yang mentransfer pasien juga memiliki perbedaan.

Ketentuan penggunaan APD di ruangan isolasi, ICU, IGD, atau ruang administrasi akan berbeda.

Misalnya, setelah keluar satu ruang isolasi di mana terdapat sejumlah pasien, APD harus dilepas dan diganti dengan yang baru saat masuk ke ruang isolasi lain. Hal ini bertujuan untuk melindungi tenaga medis dari virus di dalam ruangan, serta mencegah virus tersebut keluar dari ruangan. Menurut Halik, dalam menangani kasus COVID-19, para tenaga medis mesti mengganti APD setiap kali menangani pasien di ruangan yang berbeda. Kendati demikian, ada beberapa APD yang bisa digunakan berkali-kali seperti sepatu dan kacamata. Namun, APD tersebut harus dibersihkan sesuai prosedur kesehatan. Sedangkan untuk pakaian, masker, sarung tangan, dan penutup kepala digunakan sekali pakai dan harus dibuang.

Penggunaan sebuah masker bedah, misalnya, dianjurkan terbatas selama 4-6 jam.

Lebih dari itu mesti diganti. Masker juga harus diganti jika sudah basah.

Baca Juga: Awalnya Didiagnosis DBD, Artis Cantik Ini Ungkap Kini Dirinya Juga Terjangkit Covid-19, ‘Jaga Kesehatan Kalian Karena Kapasitas Tenaga Kesehatan Kini Terbatas’

Kementerian PUPR

Wisma Atlet Kemayoran, salah satu RS Darurat Covid-19 status ringan.

"Untuk masker sendiri, pemakaian terbatas 4-6 jam. Itu idealnya sudah harus diganti," ucap Halik.

Penggunaan sarung tangan mesti diganti setiap menangani pasien. Pasalnya, sarung tangan berhubungan langsung dengan pasien. Sama halnya, pakaian pelindung juga digunakan sekali pakai. Beberapa merek atau bahan tertentu memungkinkan pakaian untuk dicuci atau diberi desinfektan, tergantung spesifikasinya, jenis bahannya, ketahanannya.

Tentang jenis masker ini,Erlina Burhan, dr. Spesialis Paru RS. Persahabatan mengatakan di sebuah acara di televisi nasional (24/3/20), masker yang dibutuhkan bukanlah masker bedah namun masker N-95.

"Masker N95 adalah masker yang mampu menyaring partikel yang berukuran 5 mikron," tambahnya.

Kebutuhan APD di setiap rumah sakit tentu berbeda-beda.

Dilansir dari liputan6.com, tentang kebutuhan APD ini, Ketua Umum Pengurus Besar (PB IDI) Daeng M Faqih mengatakan bahwa APD itu hanya sekali dipakai.

Artinya , setelah dipakai, langsung dibuang dan dihancurkan.

Dalam hal ini, ketika melayani kembali pasien lain, tenaga medis mengenakan APD yang baru. Tak ayal,APD pun sangat dibutuhkan dalam jumlah besar.

"Perhitungan normalnya kalau ada tigashiftkerja, masing-masing 8 jam atau duashiftdengan pembagian masing-masing 12 jam. Nah, satushiftbisa 5-6 orang."

Hitungan prediksi APD yang dibutuhkan, lanjut Daeng, yaitu kebutuhan minimal 5-6 personel dikali jumlahshiftdikali jumlah kasus positif dikali berapa hari pasien dirawat dikali jumlah pasien yang dirawat.

Karena APD itu standarnya hanya sekali pakai, jadi pengaturanshiftkerja ini juga perlu.

Apalagi proses isolasi juga terjadi pada beberapa tenaga medis, yang menangani pasien COVID-19 di rumah sakit rujukan.

Baca Juga: Tips Cegah COVID-19 di Rumah? Buat Ventilasi yang Cukup dan Lakukan Hal Ini!

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti