Dinyatakan Negatif dari Hasil Rapid Test Tetap Harus Isolasi 14 Hari, Ini Alasannya!

Kamis, 02 April 2020 | 12:00
ANTARA FOTO

Petugas Dinas Kesehatan Kota Depok memeriksa suhu pengendra mobil saat tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 dengan sistem 'drive-thru' di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Minggu (29/3/2020). Tes dengan sistem tersebut dilakukan guna mempercepat proses pemeriksaan dan mempersempit penyebaran penularan COVID-19 di wilayah Depok dan sekitarnya.

IDEAOnline-Saat ini di beberapa daerah, secara bertahap sedang dilakukan pemeriksaan Rapid test sebagai salah satu proses penanganan virus corona di Indonesia.

Banyak orang mengira, tes ini sama dengan pemeriksaan swab tenggorokan yang selama ini dilakukan untuk mendeteksi virus, hanya saja lebih cepat dan praktis. Padahal, anggapan tersebut tidak tepat.

Erlina Burhan, dokter Spesialis Paru RS Persabatan di salah satu kesempatan mengatakan bahwa Rapid test dengan metode antibodi yang diterapkan saat ini adalah tindakan skrining atau penyaringan awal. Sementara itu untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi Covid-19, hasil pemeriksaan swab lah yang digunakan.

Seperti yang ditulis di laman Kompas.com, jenis sampel yang diambil pada pemeriksaan Rapid test menggunakan sampel darah. Sedangkan pemeriksaan swab menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung maupun tenggorokan.

Cara kerja Rapid test memeriksa virus menggunakan IgG dan IgM yang ada di dalam darah. IgG dan IgM adalah sejenis antibodi yang terbentuk di tubuh saat seseorang mengalami infeksi virus.

Jadi, jika di tubuh terjadi infeksi virus, maka jumlah IgG dan IgM di tubuh akan bertambah.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Jadi Lebih Sering Mencuci Baju? 3 Cara Bijak Cuci Baju Aman, Hemat, dan Ramah Lingkungan

DOK. Humas Pemerintah Kota Semarang.

Rapid test di RSUD KRMT Wongsonegoro, Rabu (25/3/2020).

Hasil rapid test dengan sampel darah akan memperlihatkan adanya IgG atau IgM yang terbentuk di tubuh. Jika ada, maka hasil Rapid test dinyatakan positif ada infeksi. Namun, hasil ini bukanlah diagnosis yang menggambarkan infeksi Covid-19.

Maka dari itu, orang dengan hasil rapid testnya positif, perlu menjalani pemeriksaan lanjutan, yaitu pemeriksaan swab tenggorok atau hidung. Pemeriksaan ini dinilai lebih akurat sebagai patokan diagnosis. Sebab, virus corona akan menempel di hidung atau tenggorokan bagian dalam, saat ia masuk ke tubuh.

Sampel lendir yang diambil dengan metode swab nantinya akan diperiksa menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Hasil akhir dari pemeriksaan ini, nantinya akan benar-benar memperlihatkan apabila ada virus SARS-COV2 (penyebab Covid-19) di tubuh seseorang.

Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil Rapid test hanya 10-15 menit. Sementara itu, pemeriksaan menggunakan metode PCR membutuhkan waktu beberapa jam hingga beberapa hari untuk menunjukkan hasil.

Baca Juga: Siasati Masa Pandemi Covid-19 dengan Memakai Pembersih Serbaguna dari Bahan Dapur, Apa Saja?

KOMPAS.COM/TEUKU UMAR

Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh menyiapkan ruang khusus penangan Covid-19 (RICU) dengan fasilitas lengkap dan tenaga medis.

Hasil pemeriksaan rapid test maupun PCR juga bisa keluar lebih lama dari itu, apabila kapasitas laboratorium yang digunakan untuk memeriksa sampel, sudah penuh. Sehingga, sampel yang masuk harus antre lama untuk bisa diperiksa.

Jadi salah satu kelebihan pemeriksaan rapid test adalah tes ini cepat dan mudah untuk dilakukan. Cara ini juga bisa menjadi alternatif skrining cepat untuk mendata orang-orang yang butuh pemeriksaan lanjutan.

Kekurangannya, hasil dari tes ini tidak bisa digunakan untuk mendiagnosis Covid-19. Pasien yang positif rapid test harus melalui pemeriksaan lanjutan yaitu swab. Sementara itu pasien yang negatif, idealnya mengulang rapid test 7-10 hari kemudian. Jika tidak memungkinkan untuk mengulang, maka harus tetap isolasi di rumah selama 14 hari.

Kenapa?

Karena IgG dan IgM, yaitu antibodi yang diperiksa melalui rapid test, tidak langsung terbentuk begitu seseorang terinfeksi. Dibutuhkan waktu kurang lebih 7 hari hingga antibodi tersebut terbentuk.

Jadi, kalau seseorang menjalani pemeriksaan rapid test hari ini padahal baru terpapar virus corona kemarin, maka kemungkinan besar, hasilnya akan negatif. Inilah yang dinamakan dengan false negative atau negatif palsu.

Sebaliknya, saat hasil rapid testnya positif, bisa saja ternyata false positive atau positif palsu. Sebab, IgG dan IgM akan terbentuk setiap infeksi terjadi dan bukan hanya akibat infeksi Covid-19. Jadi, jika rapid test menunjukkan hasil positif, kemungkinannya ada dua, yaitu seseorang benar terinfeksi Covid-19 atau terinfeksi virus lain, seperti demam berdarah, misalnya.

Baca Juga: Menilik APD Tenaga Medis untuk Penanganan Covid-19, Apa Saja Jenis dan Berapa Kebutuhannya?

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti