Kabar Baik di Tengah Wabah Corona, Peneliti Siapkan Aplikasi yang Bisa Deteksi Covid-19 dari Suara Batuk!

Kamis, 09 April 2020 | 11:00
Pinterest

Kabar Baik di Tengah Wabah Corona, Peneliti Siapkan Aplikasi yang Bisa Deteksi Covid-19 dari Suara Batuk!

IDEAonline-Hingga saat ini belum ditemukan obat atau vaksin khusus Covid-19.

Namunpenelitiberlomba-lomba membuat berbagai penemuan untuk membantu menangkal penyebaranvirus corona di dunia.

Seperti kabar baik ini.Ada sekelompok peneliti yang mengembangkan sebuahaplikasi untuk mendeteksi pasien yang terinfeksi virus corona.

Sekelompok peneliti dari Universitas Carneige Mellon, di Pennsylvania, AS, mengembangkan aplikasi yang diklaim bisa mendeteksi apakah seseorang terinfeksi Covid-19.

Deteksi tersebut dihasilkan dari analisis batuk dan suara menggunakan algoritma.

freepik

Kabar Baik di Tengah Wabah Corona, Peneliti Siapkan Aplikasi yang Bisa Deteksi Covid-19 dari Suara Batuk!

Benjamin Striner, mahasiswa master yang ikut dalam penelitian ini mengatakan algoritma software yang dikembangkan timnya akan sangat membantu untuk melacak penyebaran virus corona, meskipun masih harus diteliti lebih lanjut.

Striner dan tim masih terus mengumpulkan data suara untuk meningkatkan akurasi aplikasi yang saat ini diberi nama Covid Voice Detector.

Apabila telah dirilis, aplikasi ini bisa diunduh dan dipasang di smartphone atau laptop.

Baca Juga: Enggak Sabar Nungguin Film Pendek Buatan Sang Suami, Zaskia Mecca Bagikan Tips Isi Waktu Karantina #DiRumahAja

Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Intip Keseruan Penyanyi Dangdut Cantik yang Unggah Momen #DiRumahAja dengan Memasak Macaroni Schotel, 'Cuma 45 Menit'

Tanda-tanda halus lewat suara batuk Aplikasi ini akan berfungsi sebagai indikator untuk mengukur kemungkinan seseorang terinfeksi Covid-19.

Untuk mendeteksinya, aplikasi akan meminta "pasien" untuk batuk beberapa kali, kemudian mengucapkan suara vokal dan membaca alfabet.

Setelah selesai mengikuti semua tes, aplikasi akan memunculkan skor berupa garis indikator yang akan menunjukan kemungkinan seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak berdasarkan perhitungan algoritma.

Menurut profesor ilmu komputer Carneige Mellon, Rita Sigh yang terlibat dalam proyek ini, suara batuk yang dikeluarkan penderita Covid-19 berbeda dari yang bukan penderita.

"(Virus) itu menginfeksi paru-paru dengan sangat buruk sehingga mempengaruhi pola pernapasan dan parameter alat vital lain, dan penderita memiliki tanda-tanda suara yang kuat," jelas Sigh.

Sigh diketahui telah bertahun-tahun mengembangkan algoritma yang bisa mengidentifikasi micro-signatures atau tanda-tanda halus di dalam tubuh manusia yang diyakininya bisa mengungkap keadaan psikologis, fisiologi, dan data medis seseorang.

Baca Juga: Unggah Foto Rumah Mewahnya yang Bak Istana, Warganet Malah Singgung Jabatan Mulan Jameela di Kursi DPR, 'Hebat Uang Rakyat'

Baca Juga: Tetap Tegar Setelah Mengalami Keguguran Tahun Lalu, Artis Cantik Ini Move On dan Kembali Hamil, Intip Huniannya Sebelum Menikah dengan Ammar Zoni

Pengembangan aplikasi terkendala karena para peneliti mengerjakannya dari rumah masing-masing.

Sebab, sebagaimana kebanyakan kampus di dunia, University of Carnegige Mellon juga ditutup karena pandemi Covid-19.

Dari rumah masing-masing, mereka mengumpulkan data suara pasien positif Covid-19 untuk melatih algoritma.

Mereka juga dibantu oleh para peneliti dari negara lain untuk mengumpulkan data.

Tim tidak hanya mengumpukkan suara dari pasien positif Covid-19 tapi juga penderita virus lain.

Hal itu dimaksudkan agar algoritma terlatih mendeteksi suara yang disebabkan virus berbeda. Mereka juga mencari video wawancara pasien positif Covid-19 dari situs berita.

Striner mengatakan, aplikasi ini akan memberikan hasilfalse positiveketimbangfalse negative.

Baca Juga: Patuhi Himbauan #DiRumahAja, Artis Cantik yang Tengah Hamil 8 Bulan Ini Dambakan Keliling Toko Bayi, 'Si Virus Belum Mau Pergi'

Baca Juga: Berita Duka: Glenn Fredly Sempat Buka Donasi untuk Warga Rentan Corona, ‘Berharap Bisa Saling Bantu Sesama Manusia’

False positiveakan menunjukan hasil yang mungkin saja positif namun bukan berarti seseorang benar-benar terinfeksi Covid-19, sehingga harus melakukan uji laboratorium.

Sementara,false negativemungkin saja menunjukan hasil negatif, tapi bukan berarti orang tersebut benar-benar tidak terinfeksi.

Akurasi belum teruji

Untuk sekarang, masih belum bisa dipastikan seberapa akurat aplikasi ini mendeteksi infeksi Covid-19.

Baik Striner dan Sigh mengatakan, apapun hasil tes dari aplikasi tidak bisa digunakan sebagai saran medis.

"Akurasinya belum bisa diuji saat ini karena kami belum melakukan uji coba terverifikasi yang diperlukan," kata Sigh.

Aplikasi tersebut juga masih dalam tahap pengembangan dan belum mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) maupun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Tujuan utama aplikasi ini adalah untuk mengumpulkan lebih banyak data suara baik dari orang yang terinfeksi maupun sehat untuk membuat algoritma semakin cerdas mendeteksi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peneliti Siapkan Aplikasi untuk Mendeteksi Covid-19 dari Suara Batuk"

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : Kompas.com, nakita.id

Baca Lainnya