Awas Bahaya Munculnya Jenis Penyakit Baru di Balik Turunnya Jumlah Sampah Saat Pandemi Covid-19, Save Petugas Sampah dan Pemulung!

Rabu, 29 April 2020 | 06:04

Jika tak dirawat, tumpukan sampah baju bisa jadi limbah lingkungan

IDEAOnline-Masalah sampah rasanya tidak pernah berakhir, utamanya di kota-kota besar seperti Jakarta.

Sampah yang bagi sebagian orang adalah barang buangan yang tak ada artiya, bagi orang lain menjadi sumber penghasilan.

Proses daur ulang sampah yang menjadi mata pencaharian utamanya bagi masyarakat sekitar TPS (Tempat Pembuangan Sampah) pun melalui proses yang panjang.

Sementara gunungan sampah pun terus bertambah setiap harinya.

Bahkan faktanya, TPS Bantargebang terus berekspansi memperluas area penampungan di tengah terus masuknya muatan yang terus bertambah.

Bisa-bisa di tahun-tahun berikut bakal tak bisa tertampung lagi.

Di saat mengandalkan daur ulang yang prosesnya panjang ini tak lagi jadi satu-satunya andalan, maka yang diharapkan saat ini adalah kesadaran tiap pribadi untuk menguragi konsumsi sampah sedini mungkin dimulai dari diri sendiri.

Demi bumi yang lebih baik, ajakan dan himbauan ini terus digaungkan oleh pemerintah dan pemerhati lingkungan.

Hasilnya pastilah belum terlalu menggembirakan sehingga tumpukan sampah terus saja mengalami peningkatan dari hari ke hari-hari.

Baca Juga: Perangi Sampah Plastik, Aksi Hijau Anak Belasan Tahun Ini Wujudkan Program Pemkot Bogor

instagram.com/krisdayantilemos

Tumpukan sampah kali yang telah dikumpulkan.

Di tengah pandemi Covid, di mana diberlakukan physical distancing yang diikuti dengan kebijakan pembatasan keluar rumah dengan WFH dan Belajar dari rumah, ada kabar terjadi penurunan jumlah sampah.

Jangan lega dulu dengan hal ini, karena ternyata ada bahaya lain yang mengancam di balik ini semua.

Menurunnya jumlah sampah di saat pendemi ini ternyata diikuti dengan meningkatnya jenis sampah masker dan sarung tangan sekali pakai.

Menanggapi hal ini, pemerintah diminta memperhatikan atau mengimbau para petugas persampahan dan juga pemulung untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja.

Hal itu disampaikan oleh Peneliti di Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ajeng Arum Sari PhD.

"Jumlah sampah masker dan sarung tangan sekali pakai yang meningkat ini bisa menjadi sumber penyakit baru," kata Ajeng dalam diskusi online bertajuk Hari Bumi: Penanganan Sampah atau Limbah Medis Terkait, Rabu (22/4/2020).

Data Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan bahwa sejak penerapan imbauan bekerja dari rumah (WFH) akibat penyebaran virus corona yang semakin masif, jumlah sampah dari Jakarta menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS) seperti Bantargerbang dan Bekasi mengalami penurunan hingga rata-rata mencapai 620 ton per hari.

Namun, data DLH DKI Jakarta juga menyebutkan bahwa sampah masker dan sarung tangan sekali pakai mengalami peningkatan di tengah pandemi Covid-19.

Ajeng juga mengatakan bahwa meski jumlah sampah di DKI Jakarta menurun, ada kemungkinan jumlah sampah di wilayah penyangga lainnya meningkat, khususnya sampah rumah tangga.

Masker dan sarung tangan sekali pakai, misalnya.

Baca Juga: Donasi Baju Jangan Sembarang, Waspadai Limbah Pakaian yang Kotori Bumi

amazon

Tempat sampah di kabinet dapur dengan sekat portabel, memisah setiap jenis sampah.

Meski biasanya hanya digunakan di fasilitas kesehatan, saat ini masker dan sarung tangan sekali pakai banyak dipakai di tingkat rumah tangga.

Peningkatan masker dan sarung tangan sekali pakai ini menjadi risiko bagi orang-orang yang pekerjaannya berkontak langsung dengan sampah.

Pasalnya, tidak diketahui apakah sampah masker dan sarung tangan tersebut berasal dari Orang Dalam Pemantauan (ODP) ataupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP), sementara virus corona diketahui bisa menempel pada benda-benda hingga berhari-hari dan menimbulkan risiko infeksi.

Untuk diketahui, setidaknya ada sekitar 300.000 petugas persampahan dan 600.000 pemulung yang tetap bertugas mengangkut sampah di tengah pandemi corona.

Dalam persoalan ini, para petugas persampahan dan kebersihan ini menjadi orang yang rentan terinfeksi virus corona, dan seharusnya dilengkapi dengan APD.

Hal ini dianggap perlu karena, tumpukan sampah tersebut tidak diketahui apakah sampah yang akan mereka sentuh adalah bekas dari "Kalau ODP atau PDP tidak menjaga sampah tisunya atau bekas maskernya, kan kasihan pemulung atau petugas persampahan itu," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sampah Masker Meningkat, Petugas Sampah dan Pemulung Butuh APD."

Baca Juga: Mau Usir Kecoa di Rumah? Jangan Lupa Buang Sampah dengan Benar dan Tutup Kulkas, Kenapa?

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya