IDEAonline -Nama John Kei tengah ramai diperbincangkan usai ditangkap jajaran Polda Metro Jaya atas dugaan keterlibatannya dalam kasus penganiayaan dan keributan yang terjadi di Green Lake City, Tangerang Kota dan Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu (21/6/2020) siang.
Peristiwa keributan dan penganiayaan itu terjadi hampir bersamaan dan viral di media sosial.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, perekam video mengatakan banyak orang memakai topeng berkumpul dan memecahkan kaca mobil di kawasan Green Lake City.
Dalam video lainnya, terlihat petugas sekuriti (satpam) menutup pintu gerbang. Namun, gerbang tersebut diterobos mobil.
Sementara itu, penganiayaan menyebabkan seorang warga yang belum diketahui identitasnya tewas dibacok di Jalan Raya Kresek, Cengkareng, Jakarta Barat.
Korban pembacokan tersebut dinyatakan meninggal dunia setelah dilarikan di ke rumah sakit.
Baca Juga: Jangan Buru-buru Dibuang, Begini Cara Agar Toples Bening Kembali!
Terpidana kasus pembunuhan berencana, John Kei bebas bersyarat sejak 26 Desember 2019, atau setelah menghuni Lapas Permisan Nusakambangan sejak 2014.
"Narapidana atas nama John Refra alias John Kei telah bebas menjalani pembebasan bersyarat pada tanggal 26 Desember 2019," ujar Kabag Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan Kemkumham Ade Kusmanto dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (26/12/2019).
Bebas bersyarat tersebut berdasarkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor Pas-1502.PK.01.04.06 Tahun 2019 tertanggal 23 Desember 2019.
Sebelumnya, Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta menjatuhkan vonis 12 tahun penjara kepada John Kei pada persidangan tanggal 27 Desember 2012.
Dalam persidangan itu, majelis hakim menyatakan bahwa John Kei terbukti melakukan pembunuhan berencana terhadap Tan Harry Tantono alias Ayung yang ditemukan tewas di kamar 2701 Swiss-Belhotel, Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada tanggal 26 Januari 2012.
Baca Juga: Pikir Kembali untuk Mengusir Cicak di Rumah, Pro Kontranya Dapat Hilangkan Nyamuk!
Setelah mendapat remisi 36 bulan 30 hari, berdasarkan perhitungan, John Kei akan bebas pada 31 maret 2025.
Namun, setelah memenuhi persyaratan, John Kei diberikan program pembebasan bersyarat sejak 26 desember 2019 dan masa percobaan hingga 31 maret 2026.
Baca Juga: Bisa Buat Sendiri, Begini Cara Membuat Hand Sanitizer di Rumah, Pastikan Semua Harus Steril
Baca Juga: Mata Terasa Perih Saat Lama Berada di Kolam Renang ? Ini Faktanya!
Nama John Kei memang tak asing dalam kasus kriminalitas di Indonesia. Dirinya tercatat pernah terlibat dalam kasus pembunuhan dan dikenal sebagai mafia.
Bahkan, nama John Kei sempat disandingkan dengan mafia-mafia di Italia serta diberikan gelar "Godfather Jakarta".
Alasannya, dia mampu berbisnis layaknya mafia, tetapi jarang tersentuh aparat kepolisian. Berikut lima fakta mengenai kehidupan John Kei.
1. Pernah kerja sebagai securitydandebt colector
Sebelum John Kei terjebak di dunia kekerasan hingga menganggap membunuh adalah hal wajar, rupanya iapernah bekerjasebagai petugas keamanan.
"Saya tahun 92, saya waktu sempat menjadisecuritydi Jalan Jaksa, di salah satu hostel dan kafe, tempat bule-bule di Jakarta,"ujar John Kei dikutip dari YouTube Kick Andy, Sabtu (13/4/2019).
Tak hanya menjadi security,John Kei rupanya juga pernah menjadidebt colector.
"Kalau itu, dia (peminjam uang) harus selesaikan tanggungannya, kita datang kalau tanpa masalah berarti kita ganggu, tapi kalau dia ada masalah, dia harus selesaikan," pungkasnya.
2. Masuk perjara pertama kali tahun 1992
Sebelum John Kei terpidana kasus pembunuhan Bos Sanex Steel, Tan Harry Tantono pada 2013 lalu, ia pernah membunuh orang di tempatnya bekerjapada 12 Mei 1992.
Peristiwa itu ditengarai lantaran ada suatu kelompok berjumlah lima hingga enam orang yang menimbulkan keributan di tempat John Kei bekerja.
John Keisendiri mengaku jika awalnya tidak berniat untuk membunuh orang tersebut.
"Pada saat itu ada yang bikin ribut di tempat dan saya pisahin dan saya dipukul dari belakang," ujar John Kei.
"Saya sempat ribut dan polisi datang, menyelesaikan, masih penasaran balik ambil golok."
"Niatnya saya tidak mau bunuh dia, niatnya saya mau kasih putus saja tangannya, ternyata di luar dugaan parang pas kena leher, langsung mati."
"Yang lain lari saya kejar, saya potong kakinya, sudah (setelah memotong kaki korban) anak buah saya, saya suruhstartermotor cabut," ceritaJohn Kei.
Lantaran peristiwa tersebut, John Kei akhirnya harus bertanggung jawab atas tindakan kriminal yang telah ia buat.
"Saya buron satu minggu, tanggal 24 Mei saya menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya, itu pertama kali masuk penjara."
3. Sempathidup di kolong jembatan
Pahit dan manis kehidupan sudah dialami John Kei, sejak usia belia ia memutuskan keluar dari tanah kelahirannya di Tutrean, Pulau Kei, Maluku.
Melansir dari Kompas, John Kei merantau ke Surabaya pada tahun 1986.
John Kei yang sifatnya cuek tak malu harus hidup di kolong jembatan saat di Surabaya.
Pada saat itu lah John Kei mulai harus berjuang sendiri untuk hidup.
Setahun kemudian, John Kei datang ke Ibu Kota dan mulai memperkenalkan diri sebagai John Kei kendati nama aslinya adalah John Refra.
Pindah ke Jakarta, keahlian John Kei dalam bergaul dan memberikan pengaruh akhirnya berdampak dengan lingkungan barunya di kawasan Berlan, Jakarta Pusat.
John Kei kemudian tumbuh sebagai seorang 'yang dituakan' dan dipercaya sebagai Ketua Angkatan Muda Kei (AMKEI) sejak tahun 1998.
4. Pernah membangun gereja dan perbaiki rumah warga
Adik John Kei, Tito Kei mengatakan kakaknya telah membangun sebuah gereja dan rumah pastor di kampung halaman mereka di Pulau Kei.
"Kami mulai dari nol, tukang dan bahan semua kami bawa dari Jawa. Rencananya April 2013 akan pemberkatan gereja," ungkap Tito, Selasa (21/2/2012), dalam perbincangan dengan Kompas.com di Rumah Sakit Polri Soekanto, Jakarta.
Gereja itu dibangun John Kei selama empat tahun dimulai tahun 2007 hingga tahun 2011.
Dana pembangunan gereja didapat dari pemerintah daerah sebesar Rp 100 juta, namun pembangunan tersebut menghabiskan dana miliaran rupiah.
Hingga akhirya John Kei yang menambal semua kekurangan biaya dalam pembangunan gereja.
"Tapi gereja itu biayanya miliaran, akhirnya kakak saya yang bantu semua," jelas Tito.
Selain membangun gereja, John Kei juga memutuskan untuk membantu 20 rumah warga di Pulau Kei yang masih beratapkan jerami.
"Coba saja yang kenal dekat dia. Pasti akan bilang dia orang paling baik karena dia sangat peduli dengan adik-adik atau orang-orang susah. Orangnya dermawan," tutur Tito.
5. John Kei telah bertobat dan menjadi pendeta
John Keiyang dulu dikenal kejam dan tak kenal ampun ketika menghabisi nyawa targetnya kini berubah menjadi sosok yang lebih baik.
Perubahan itu terjadi setelah John Kei mendekam selama lima tahun di balik jeruji dengan penjagaan sangat tinggi di Nusa Kambangan.
Dalam masa tahanannya,John Keimengaku menghabiskan waktunya dengan membaca dan beribadah.
“Saya dulu tidak pernah ada waktu untuk ibadah. Tapi Nusa Kambangan membawa Tuhan hadir di diri saya,” kata John Kei dikutipNawalaksp.id dari TribunWow (15/4/2019).
John Kei pun mengaku menyesal dengan perbuatannya dan ingin menghapus masa kelamnya tersebut.
Iajuga ingin mendekatkan diri pada Tuhan dan meminta bantuan dari Tuhan agar mampu bertahan di masa hukumannya.
“Kalau saya mati, saya mau masuk surga. Bukan masuk neraka kerena bunuh diri,” katanya.
Meskipun baru menjalani lima tahun hukuman penjara, John Kei mengaku sudah banyak perubahan terjadi di dirinya.
Ia pun kini menjadi pendeta dan memberikan pencerahan bagi narapidana lainnya.
“Saya ingin menjadi manusia baru ketika saya keluar dari penjara. Saya menyerahkan hidup saya pada Tuhan,” tutupnya.
#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork
(*)
Artikel ini telah tayang di fotokita.grid.id dengan judul Mengaku Bertobat Hingga Jadi Pendeta Saat Berada di Nusakambangan, John Kei Malah Ditangkap Lagi Gegara Masalah Ini, Begini Fakta Kehidupan Mantan Pembunuh Sadis Itu