Pohon Tabebuya Membawa Keindahan Sakura di Jepang ke Indonesia

Sabtu, 27 Juni 2020 | 20:34

Tebebuya bunga kuning mekar di Malang, Jawa Timur

IDEAOnline-Di tengah kegiatan berkebun yang tiba-tiba kembali semarak saat pandemi Covid-19 ini, nama pohon Tabebuya mencuri perhatian masyarakat.

Ramai dibicarakan di media sosial, dari sekadar netizen yang ingin pamer keindahan bunga Tabebuya yang ditemui di wilayah tempat tinggalnya, sampai keinginan banyak orang untuk menanam.

Maka tak ayal, banyak juga masyarakat yang mengambil hal ini sebagai peluang usaha dengan melakukan pengembangbiakan dengan pembibitan dan menjual bibit tersebut bagi yang membutuhkan.

Warna-warni bunga Tabebuya tak kalah cantik dengan Sakura-nya Jepang.

Jadi buat yang belum kesampaian pergi ke Jepang, untuk menikmati keindahan Sakura, bisa kok mendapatkan keindahan itu di Indonesia.

Dari Mana Asalnya?

Mengutip pernyataan Dr Pudji Widodo MSc yang juga dosen dan Kepala Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi UNSOED, Tabebuya (Tabebuia aurea) adalah jenis tanaman yang yang termasuk Suku Bignoniaceae berasal dari Brasil Amerika Selatan.

Tabebuya dapat tumbuh di wilayah tropis dan sub tropis, termasuk Indonesia.

Tanaman ini dapat menjadi pohon yang besar bila dibiarkan tumbuh puluhan tahun.

Tabebuya tahan terhadap kekeringan sehingga dapat tumbuh dengan baik di wilayah beriklim kering.

Baca Juga: Cantik Menghias Rumah, Anggrek Sehat Cirinya seperti Apa? Yuk Kenali!

Kompas.com

Tebebuya jadi tanaman peneduh sekaligus penghias dengan warna -warni bunganya.

Genus Tabebuia meliputi 74 species yang diakui kebenarannya, antara lain T. aurea berwarna kuning, T. rosea berwarna pink, T. pallida berwarna putih atau pink muda dan lain-lain.

Bunga Tabebuya berbentuk terompet dengan panjang 3 –11 cm, sehingga dimasukkan ke dalam Bignoniaceae.

Dilihat dari batangnya yang berwarna putih keabu-abuan, daunnya sangat indah karena berupa daun majemuk menjari berwarna hijau keabu-abuan, tebal dan kuat.

Perbedaannya dengan Pohon Sakura

Tanaman ini sering disebut sebagai tanaman Sakura, karena bunganya memiliki bentuk mirip bunga sakura.

Meski mirip, namun ternyata ada perbedaan keduanya.

Bunga-banga Tabebuya mekar bersamaan dalam jumlah besar dan lebat, lebih dominan daripada daunnya.

Jika Tabebuya dengan bunga berbentuk terompetnya dimasukkan ke dalam Bignoniaceae, maka tak demikian dengan Sakura.

Bunga sakura (Prunus serrulata) atau disebut cherry blossom yang mahkota bunganya berlepasan dan termasuk Suku Rosaceae (Mawar-mawaran), tidak berbentuk terompet.

Dibandingkan Sakura, pohon Tabebuya punya keunggulan di antaranya daunnya tidak mudah rontok dan akarnya tidak merusak rumah atau tembok walau berdekatan dengan bangunan.

Baca Juga: Hidroponik Menanam dalam Air Cocok untuk Berkebun di Rumah, Kenali 5 Cara yang Dikenal di Seluruh Dunia

Kompas.com

Bunganya yang berbentuk terompet tidak mudah rontok, akarnya kuat tak merusak bangunan.

Karakter Tabebuya seperti ini membuatnya sangat cocok sebagai tanaman peneduh jalan, rindang tanpa merusak bangunan perumahan atau pertokoan di sepanjang jalan.

Warna-warni bunganya yang indah, membuat Tabebuya selain meneduhkan juga menjadi tanaman hias yang sangat cantik di pinggir-pinggir jalan atau di halaman rumah.

Dua tahun belakangan ini Tabebuya menjadi srotan karena banyak mekar di wilayah pulau Jawa.

Kaya Manfaat

Mengutip akun Jkt-import.niagara.com, salah satu pembudidaya Tabebuya dan penjual bibitnya, ternyata, selain kelebihan di atas,Tabebuya juga kaya manfaat.

Bunga-bunga Tabebuya yang gugur bisa dikumpulkan dan menjadi pupuk organik.

Selain itu Tabebuya dipercaya dapat mengobati penyakit ringan seperti demam dan flu hingga penyakit berat seperti sipilis, malaria, infeksi menular, serta penyakit yang berhubungan dengan pencernaan.

Caranya, bunga, akar, kulit kayu, dan daun tabebuya biasanya diolah menjadi the herbal atau biasa disebut dengan taheebo.

Nah, Idea Lovers, tertarik keindahan Tabebuya juga? Yuk tanam!

Baca Juga: Warna-warni Tanaman Hias Daun Percantik Taman Ini, Indahnya!

#berbagiIDEA

Editor : Maulina Kadiranti