Nyamuk Demam Berdarah Merajalela di Musim Hujan dan Tak Mati Saat Kemarau, Ini Penjelasannya!

Minggu, 05 Juli 2020 | 09:42

Ilustrasi Proses fogging punya dampak mengerikan ketimbang nyamuk yang akan diberantas.

IDEAOnline-Demam BerdarahDengue (DBD) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh empat jenis virus dengue.

Keempat jenis virus tersebut kerap disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Tiap jenis memiliki karakteristik dan pola penyebarannya tersendiri.

Virus inilah yang dibawa oleh vektor nyamuk Aedes aegepti.

Nyamuk yang berasal dari Afrika ini sangat masif penyebarannya di negara-negara beriklim tropis.

Alasannya adalah curah hujan yang tinggi merupakan lingkungan yang sangat mendukung nyamuk tersebut untuk berkembang biak.

Meski begitu, Aedes aegepti tak hanya hidup di musim hujan.

Dr Tedjo Sasmono selaku Kepala Unit Penelitian Dengue di Eijkman Institute of Molecular Biology mengatakan bahwa vektor nyamuk tersebut selalu ada sepanjang tahun.

“Namun ketika musim hujan, populasinya akan meningkat. Ini karena genangan air merupakan habitat bagi mereka,” tutur Tedjo.

Baca Juga: Sibuk Usir Cicak? Ternyata Makhluk Ini Miliki Dampak Positif di Rumah! Ini Kata Ahli

Nyamuk Aedes Aegypti.

Hal itu berbanding terbalik dengan nyamuk rumah alias Culex sp.

Jenis nyamuk tersebut berkembangbiak pada musim panas.

“Meski begitu, saat musim kemarau Aedes aegepti tidak lantas mati. Populasinya masih ada meski jumlahnya sedikit. Ini merupakan salah satu faktor kasus DBD terus berulang,” tambah Tedjo.

Selaras dengan Tedjo, Ahli Parasitologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Saleha Sungkar DAP&E MS SpPark mengatakan bahwa kehadiran DBD memang bertepatan dengan musim hujan.

Namun, hanya pada awal dan akhir musim hujan.

“Kalau musim hujan pertengahan yang hujannya intensitas besar, nyamuknya jadi hilang,” tutur Saleha kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Hal tersebut dikarenakan pada awal dan akhir musim hujan, intensitas hujan terbilang masih rendah. Genangan air yang dihasilkan berpotensi menjadi sarang Aedes aegepti.

Tempat bertelur nyamuk tersebut juga semakin banyak.

“Kalau hujan kecil, wadah-wadah atau kontainer seperti cekungan di pohon, berbagai jenis daun misalnya daun pisang, semak belukar, talang rumah, ember, atau gelas yang tidak terpakai di tumpukan sampah berpotensi terisi air. Kemudian menggenang, nyamuk suka bersarang dan bertelur di sana,” paparnya.

Baca Juga: Waspada Penularan Penyakit oleh Nyamuk Masih Terus Terjadi Saat Ini

tribunnews

Nyamuk Aedes aegypt berkeliaran di siang hari.

Tak hanya DBD, penyakit cikungunya juga berpotensi merajalela karena virus dengue juga disebabkan oleh nyamuk Ae. Albopictus.

Negara kedua dengan Kasus DBD Terbanyak “Dari hasil penelitian, Indonesia merupakan negara kedua dengan penderita DBD terbanyak di dunia setelah Brasil,” tutur Tedjo.

Epidemi dengue di Indonesia telah dimulai pada 1968, tepatnya di Jakarta dan Surabaya.

“Dulu kasusnya masih sedikit, namun sampai sekarang kasusnya sangat meningkat. Pada tahun 1968, prevalensi pasien yang terkena DBD masih 0,05 per 100.000 jiwa. Namun pada 2016, meningkat sangat pesat menjadi 86 per 100.000 jiwa,” paparnya.

Baca Juga: 3 Jenis Nyamuk Pembawa dan Penyebar Penyakit ke Manusia yang Mematikan

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) lewat situs resminya menyebutkan bahwa DBD merupakan masalah kesehatan utama di wilayah tropis dan sub-tropis.

Sampai saat ini, sekitar 3,9 miliar orang di 128 negara di dunia berisiko terinfeksi virus dengue.

Diperkirakan, hampir 390 juta kasus infeksi DBD terjadi setiap tahun secara global.

Hal tersebut mengakibatkan hampir 500.000 orang di seluruh dunia membutuhkan perawatan setiap tahunnya, sementara 20.000 orang di antaranya meninggal dunia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul "Mengapa Nyamuk Demam Berdarah Merajalela di Musim Hujan?"

#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : kompas