Cornice, Lis Berlekuk yang Artistik pada Bangunan Apa Perannya?

Jumat, 10 Juli 2020 | 09:00
travel.tempo.co

Cornice percanik tampilan plafon.

IDEAOnline-Orang mengenal benda berukir sepanjang pertemuan dinding dan plafon ini dengan sebutan “lis”.

Tahukah kamu ada istilah yang lebih tepat untuk menyebutnya?

Cornice. Begitu kira-kira ahli dalam dunia arsitektur memberi istilah pada lis plafon ini.

Cornice berasal dari bahasa Italia.

Kata ini adalah pengembangan dari bahasa Latin cornix dan bahasa Yunani koronis, yang berarti “mahkota” atau “objek berlekuk”.

Dalam perkembangannya, kata cornice mengalami perluasan makna dan bisa diartikan sebagai “bingkai”, “lis”, atau “tepi”.

Cornice populer pada abad ke-19 dan banyak ditemui di bangunan klasik Eropa, dengan ukiran yang memenuhi permukaannya.

Perannya adalah sebagai elemen dekoratif pada sebuah bangunan, tanpa fungsi

tertentu yang bersifat konstruktif.

Inilah juga yang membuat keberadaan cornice mulai dihilangkan dari bangunan di zaman serbaminimalis ini.

Meski begitu, tak menutup kemungkinan dekorasi ini akan menjadi populer kembali pada waktunya.

Sejarahnya yang penuh makna membuat kita tak dapat memusnahkan keberadaan ornamen yang satu ini begitu saja.

Baca Juga: Mengenal Ramp Si Penghubung Carport, Syarat Bikin agar Aman Dilintasi

Aneka ragam bentuk cornice disesuaikan dengan gaya rumah.

Berbagai Letak dan Fungsi

Dalam dunia arsitektur, cornice diartikan sebagai bentuk ukiran dekoratif yang dipasang pada bagian atas fasad bangunan.

Cornice terdiri dari ukiran atau cetakan berpola menonjol yang membentang secara horizontal sepanjang bangunan.

Selain sebagai dekorasi, cornice eksterior juga berfungsi sebagai penahan air hujan agar tidak mengenai dinding dan mengubah warna batu alam.

Bentuk yang beraneka ragam menyesuaikan dengan bentuk fasad bangunan.

Seiring perkembangannya, cornice mulai digunakan juga pada interior.

Letaknya sangat khas, yaitu di sepanjang sudut pertemuan dinding dengan plafon. Selain itu, ada pula cornice yang diletakkan pada area atas jendela atau pintu.

Pada umumnya, cornice plafon ini diwarnai senada dengan warna plafon, bukan dengan warna dinding, sehingga tampak seperti bagian dari plafon meski kenyataannya strukturnya terpasang di dinding.

Cornice plafon umumnya dibuat simpel dan tersedia dalam berbagai variasi bentuk, bergantung pada desain ruangan.

Tak hanya sebagai dekorasi pengisi area plafon, cornice plafon juga bisa difungsikan sebagai penyimpan jalur kabel lampu, sedangkan cornice jendela bisa juga difungsikan sebagai penyimpan sistem tirai agar tampak rapi dari luar.

Baca Juga: Mengenal Listello Si Pemanis Dinding Keramik, Ini Panduan Membelinya

Cornice bentuk minimalis maupun klasik tersedia di pasaran.

Perkembangan Cornice

Pada awalnya, cornice dibuat dari bahan kayu yang diukir dengan tangan.

Menggunakan berbagai alat ukir, dari pahat, palu, hingga pasak, para seniman menciptakan ornamen ini menjadi suatu karya seni yang tak ternilai harganya.

Tak heran, desain cornice juga menjadi tolok ukur kemewahan suatu bangunan.

Sayangnya, proses pembuatan ornamen istimewa ini memerlukan keahlian khusus dan waktu yang lama, sampai bulanan bahkan tahunan.

Akibatnya, lama kelamaan cornice menjadi ornamen yang sulit dibuat, baik karena kendala harga maupun tenaga kerja.

Seiring dengan revolusi industri, teknik cetakan mulai ditemukan dan dikembangkan untuk membuat berbagai produk, salah satunya cornice.

Setelah ini, cornice mulai mengalami perkembangan yang signifikan.

Beton mulai digunakan sebagai material baru untuk membuat cornice dengan teknik cetakan.

Cara ini terbukti efektif mempersingkat waktu produksi sehingga cornice mulai dapat dijadikan produk massal hingga kini.

Saat ini cornice beton cetaklah yang lebih populer dibanding cornice kayu pahat. Inovasi bentuknya terus-menerus dikembangkan mengikuti perkembangan zaman ke dalam berbagai variasi yang dapat kita lihat pada bangunan-bangunan populer masa kini.

Baca Juga: Lisplang Selain Kokoh Juga Harus Indah, Kepoin Material Ini!

#berbagiIDEA

Tag

Editor : Maulina Kadiranti