IDEAOnline-Beberapa pasien Covid-19 dengan kondisi parah memiliki ruam dan lesi di sekitar kaki.
Temuan terbaru menunjukkan, ruam dan lesi itu menandakan adanya pembekuan darah yang bisa memicu kondisi kesehatan yang fatal.
Dalam makalah yang terbit di jurnal JAMA Dermatology, Rabu (5/8/2020), para peneliti mengamati empat pasien Covid-19 dengan kondisi parah di New York.
Keempat pasien ini diinkubasi dan mengalami komplikasi kulit.
Semua pasien mengalami acral fixed livingo racemosa atau kulit berubah warna, kadang kulit pecah pada ekstremitas.
Selain itu, pasien juga mengalami retiform purpura, yakni lesi kulit tidak merata yang disebabkan sel darah merah bocor ke dalam kulit.
Menurut para peneliti dari New York-Presbyterian/Weill Cornell Medical College, kedua komplikasi tersebut adalah manifestasi khas dari pembekuan darah di kulit.
Kendati semua pasien menerima terapi untuk membantu mencegah penggumpalan darah, tapi penggumpalan darah di kulit terus berkembang dan dianggap memiliki emboli paru atau penyumbatan arteri di paru-paru.
Dilansir Science Alert, Sabtu (8/8/2020), para peneliti tidak dapat mengidentifikasi secara tepat kapan ruam itu pertama kali muncul.
Mereka tidak melakukan pencitraan jensi apapun untuk menghindari paparan virus SARS-CoV-2.
Meski demikian, temuan ini menjadi pelajaran pentung bagi profesional di bidang kesehatan bahwa manifestasi kulit merupakan petunjuk adanya pembekuan darah abnormal.
Kondisi ini pun dikhawatirkan dapat memicu stroke, serangan jantung, emboli paru, dan komplikasi lain yang berpotensi fatal.
Daftar manifestasi akibat virus corona SARS-CoV-2 terus bertambah.
Makalah ini jauh dari laporan pertama yang mencatat bahwa virus corona dapat menyebabkan komplikasi pada kulit pasien, seperti menimbulkan lesi ungu dan jari kaki bengkak.
Dalam grup Facebook untuk pasien dan penyintas virus corona, orang-orang melaporkan kulitnya mengalami lepuh berisi cairan, ruam di sekujur tubuh, gatal-gatal, bintik merah dan ungu, bercak kulit yang terbakar, cacar air seperti benjolan, dan banyak lagi.
Dalam beberapa kasus ini, perubahan kulit mungkin disebabkan oleh pembekuan darah di pembuluh darah kecil di kulit.
Kulit hanyalah salah satu organ yang dapat dipenuhi penggumpalan darah, satu dari beberapa gejala virus corona yang paling kurang dipahami dan berbahaya.
Namun faktanya, gumpalan darah ditemukan di hampir setiap organ otopsi pasien virus corona, kata seorang ahli patologi NYU.
Kelainan kulit adalah salah satu dari daftar cara non-pernapasan yang tampaknya terwujud dari virus corona.
Para dokter semakin memahami bahwa virus corona jauh dari hanya memengaruhi pernapasan. Sementara daftar gejala potensial dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS perlahan tumbuh, termasuk masalah seperti rambut rontok dan telinga tersumbat.
Baca Juga: Benarkah Pasien Sembuh dari Covid-19 Bisa Terinfeksi Ulang? Ini Kata WHO
Survei terbaru terhadap lebih dari 1.500 pasien menemukan ratusan pasien melaporkan komplikasi lain.
Mulai dari pusing hingga melihat kilatan cahaya, dan kenaikan berat badan hingga sensasi saraf.
"Berbagai gejala penyakit yang muncul membedakan Covid-19 dengan virus lain yang saya lihat selama 40 tahun," kata Dr Anthony Fauci, pakar penyakit menular mengatakan dalam webinar yang diselenggarakan oleh US News & World Report minggu lalu.
"Saya belum pernah melihat sesuatu yang memiliki manifestasi begitu luas, dan dampaknya berbeda pada setiap orang," katanya.
Dia mencatat bahwa hingga 40 persen tidak memiliki gejala, banyak yang memiliki gejala ringan, beberapa dirawat di rumah sakit, dan beberapa meninggal.
"Ini sangat, sangat tidak biasa," tutupnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahli Kini Tahu Alasan Perubahan Warna Kulit pada Pasien Covid-19"
#berbagiCerita