Ini yang Harus Dilakukan Milenial agar Nyaman di Hunian Mungilnya

Kamis, 20 Agustus 2020 | 07:00
www.home-designing.com

Ilustrasi apartemen mungil dengan konsep terbuka.

IDEAOnline-Tinggal di rumah dengan luas terbatas menuntut penghuninya untuk menyesuaikan gaya hidupnya jika ingin mendapat kenyamanan.

“Solusi desain yang pertama harus dilakukan oleh milenial itu mengubah gaya hidup atau lifestyle mereka. Itu paling pertama. Dari situ nanti akan berpengaruh ke gaya desain seperti apa untuk mencapai keinginan mereka untuk hidup nyaman,” ujar Mande Austriono Kanigoro, arsitek DFORM.

Dengan mengubah lifestyle otomatis bisa me-reduce ruangan di mana mereka nyaman dengan dunianya.

Jadi, solusinya adalah memperkecil ruangan-ruangan yang dibutuhkan, sehingga ruangan yang ada di rumah atau apartemen itu memang sesuai dengan gaya hidupnya,” tambahnya.

Ia mencontohkan soal membeli pakaian.

Ketika lemari pakaiannya sudah penuh, penghuni rumah harus segera mendonasikan pakaian lamanya.

Dengan begitu, ruang yang ada sesuai kapasitasnya, tampilan ruang tetap terjaga, dan kenyamanan hidup pun tidak terusik.

“Saya lebih mengedepankan konsep minimalism itu dipakai dulu sebelum menciptakan hunian yang berkonsep minimalis. Itu sudah keharusan. Karena akan percuma jika kita menerapkan konsep rumah minimalis tapi gaya hidupnya masih maksimalis,” tegas Mande.

Baca Juga: Hijau Penghalau Lelah di Kamar Mandi Mungil, Trik Atasi Ruang Tinggi

dok. cdn.home-designing.com
dok. cdn.home-designing.com

Ilustrasi hunian mungil.

Namun, mengubah gaya hidup bukan perkara mudah.

Mande dan sang istri mulai menerapkan gaya hidup minimalis saat menikah dan menempati rumah baru mereka sekitar 2 tahun lalu.

Mereka bertekad, barang yang “masuk” ke rumah mereka harus “dikurasi” terlebih dulu.

“Untuk hidup seperti itu memang harus ada support system. Ketika saya ingin belanja, istri akan menahan. Begitu juga sebaliknya. Jadi itu lumayan membantu. Konsep minimalism itu sebenarnya bukan hanya sekadar meminimalisir barang, tetapi juga meminimalisir pemikiran,” tambah Mande.

Arsitek muda ini mengakui bahwa mengubah gaya hidup memang butuh proses dan waktu.

Memulai perubahan ini akan lebih mudah jika ada pemicunya.

“Kalau tidak ada pemicu ya susah. Ketika memasuki rumah baru kan ya itu seperti dari nol lagi.

Nah, itu saatnya untuk memulai gaya hidup yang baru,” sarannya.

Walaupun saat ini sebagian milenial sudah menyadari pentingnya hidup lebih efisien dengan mengurangi barang, namun pola pikir YOLO kadang menjadi hambatan.

Contohnya adalah ketika mereka mendapat kepuasan dengan membeli barang dan menunjukkannya kepada orang lain.

Baca Juga: Dapur Mungil sebaiknya Pakai Warna Apa? Ketahui di Sini Jawabannya!

facilfurniture.com

Ilustrasi meja lipat mungil untuk rumah mungil.

Peran Teknologi

Gaya hidup kaum milenial tidak dapat dipisahkan dari teknologi, termasuk yang berkaitan dengan membangun, merancang, hingga tinggal di sebuah hunian.

Saat ini, begitu banyak informasi seputar desain rumah bisa didapat generasi ini melalui gadget-nya.

Ardy Hartono Kurniawan, arsitek dari Dua Studio, berpendapat, “Di era informasi dan komunikasi yang semakin maju, efeknya di dunia rancang bangun tentu positif dan negatif. Positifnya, informasi, referensi, komunikasi, menjadi sangat mudah dicari dan sangat cepat. Negatifnya, mungkin selalu ada jebakan untuk cepat tergiur pada referensi arsitektur di media, tanpa adanya riset dan studi mendalam di tiap proyek.”

Padahal, penting untuk dipahami oleh semua pemilik rumah—tidak saja generasi milenial—bahwa dalam merancang hunian yang pertama harus dilakukan adalah menentukan kebutuhan penghuninya.

Antara kebutuhan dan keinginan harus diseimbangkan.

“Peran konsultan arsitektur adalah untuk memberi masukan yang terbaik untuk masing-masing proyek, mulai dari tatanan program, fungsi, atmosfer ruang, bentuk, material, sampai diskusi seputar bujet,” ujar arsitek ini.

Baca Juga: Agar Nyaman di Apartemen Studio Kuncinya pada Pilihan Perabot dan Penataan, Ini Dia!

dezeen

Ilustrasi apartemen mungil dengan desain furnitur multifungsi.

Kebutuhan masing-masing pemilik, yang walaupun sama-sama generasi milenial, tidak serta-merta dapat disama-ratakan.

Namun ada pergeseran kebutuhan seperti yang dicontohkan Mande.

“Milenial itu kan sebelum tidur selalu main hp. Jadi solusinya, di samping tempat tidur mereka disediakan colokan. Misalnya, sekarang kan udah jarang orang nonton TV, lebih banyak (nonton) di gadget. Jadi mungkin sudah mulai mengurangi kebutuhan TV dalam kamar,” ujarnya.

Peran teknologi tak sebatas kemudahan mendapatkan referensi desain.

Diana Montje, desainer interior menambahkan, “Saat ini di pasaran terdapat beragam perangkat lunak untuk membentuk tata letak ruang, membuat alternatif rancangan, mengaplikasikan berbagai material dan warna, bahkan cahaya yang pas.”

Dengan penyajian 3D yang hasilnya mendekati kondisi riil, proses pertukaran informasi dari desainer ke klien pun jauh lebih mudah.

Baca Juga: Meja Makan Hemat Tempat di Rumah Mungil, Mending Bulat atau Kotak?

#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya