Tekan DBD hingga 77 Persen, Berapa Kebutuhan Nyamuk Ber-Wolbachia?

Minggu, 20 September 2020 | 08:00

Nyamuk Aedes Aegypti.

IDEAOnline-Bakteri Wolbachia pipientis yang dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti berhasil menekan angka kasus infeksi demam berdarah dengue ( DBD) hingga 77 persen.

Temuan ini menjadi harapan bagi upaya eliminasi DBD di Tanah Air.

Proyek World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta telah dilakukan sejak 2011.

Menurut peneliti utama WMPY, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H., Ph.D, penelitian dengan teknologi Wolbachia oleh WMP telah dilakukan di 12 negara, dengan pelepasan nyamuk yang sampai saat ini telah dilakukan di 6 negara, termasuk Indonesia.

"Di Indonesia, riset ini baru dilakukan di Yogyakarta menggunakan desain penelitian Randomized Controlled Trial yang merupakan standar ilmiah yang terbaik secara internasional," kata akademisi yang akrab disapa Uut ini yang dilansir Kompas.com.

Seperti diberitakan sebelumnya, nyamuk ber-Wolbachia awalnya hanya dilepaskan di Sleman dan Bantul, Yogyakarta dalam skala terbatas.

Kemudian pada 2017, nyamuk A. aegypti yang terinfeksi bakteri Wolbachia dilepas dalam skala besar di Yogyakarta dan Bantul.

Riset ini melibatkan 8.200 responden untuk melihat efektivitas nyamuk ber-Wolbachia.

Baca Juga: Demam Berdarah Mengancam Tapi Alergi Pestisida Pengusir Nyamuk? Pakai Tanaman Saja!

tribunnews

Nyamuk Aedes aegypt berkeliaran di siang hari.

Pelepasan nyamuk ini dilakukan secara bertahap selama delapan bulan.

Saat populasi nyamuk dengan Wolbachia sudah dianggap tinggi, tim memantau kasus DBD di area tersebut pada Februari 2019 hingga Maret 2020.

Hasilnya, selama 27 bulan riset dilakukan terjadi penurunan 77 persen kejadian dengue di wilayah yang mendapat nyamuk DBD dengan bakteri Walbachia.

Jumlah populasi nyamuk ber- Wolbachia

Lantas, berapa banyak jumlah populasi nyamuk ber-Walbachia yang dianggap tinggi hingga dianggap dapat menekan angka DBD?

Warsito Tantowijoyo, Ph.D selaku Entomology Team Leader dari WMP Yogyakarta menjelaskan, untuk menjamin agar nyamuk yang dilepaskan tersebut selanjutnya dapat berkembang biak secara berkelanjutan, maka terdapat threshold level yang menggambarkan proporsi nyamuk di habitat alam yang telah ber-Wolbachia.

"Pada masa penelitian, WMP Yogyakarta menetapkan threshold level 60 persen yang stabil selama 3 kali pengamatan secara berturutan," kata Warsito dalam jawaban tertulis yang dirilis Kompas.com.

Dia melanjutkan, setelah threshold level tersebut tercapai, tidak perlu melakukan pelepasan nyamuk lagi.

"Berdasarkan pengalaman kami, nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dapat dinyatakan established setelah 8-10 kali pelepasan, tetapi hal ini juga tergantung dari populasi nyamuk di wilayah tersebut," imbuh dia.

Baca Juga: Cara-cara Sederhana Mencegah Penularan Penyakit oleh Nyamuk di Rumah

crownpest.com
crownpest.com

Nyamuk Aedes Aegepty penyebab Deman Berdarah Dengue (DBD) menyerang siapa saja, tanpa kecuali.

Saat melakukan pelepasan di kota Yogyakarta kemarin, tim WMP Yogyakarta melakukan pelepasan hingga 16 kali.

Jumlah tersebut tergantung pada perbandingan luas daerah dan jumlah telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia yang dilepaskan.

Menurut Warsito, dalam konteks penelitian, WMP melakukan pelepasan pada jarak setiap 50 meter persegi selama 16 kali pelepasan.

Dengan setiap embernya, berisi sekitar 120 telur nyamuk.

"Secara keseluruhan, jumlah nyamuk yang kami lepaskan sekitar 10-20 persen dari jumlah nyamuk di habitat alami," ujarnya.

Dia menuturkan, dalam tahap implementasi ke daerah-daerah berikutnya, mekanisme pelepasan dapat dilakukan secara lebih efisien. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Tekan DBD hingga 77 Persen, Berapa Kebutuhan Nyamuk Ber-Wolbachia?

#berbagiidea

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : kompas