Ini Bedanya Penularan Virus Corona Baru melalui Udara dan Droplet

Rabu, 23 September 2020 | 12:06
Kompas.com

Ilustrasi virus corona baru penyebab Covid-19.

IDEAOnline-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui ada bukti bahwa virus corona dapat disebarkan oleh partikel-partikel kecil yang melayang di udara.

Untuk itu, harus ada pengaturan ulang protokol kesehatan di lokasi padat, ruang tertutup, dan berventilasi buruk.

Sebelumnya, penularan virus corona terjadi melalui percikan air ludah (droplet) orang yang terinfeksi Covid-19.

Lantas apa perbedaan droplet dengan airborne (udara)?

Menurut Epidemiolog Dicky Budiman penularan melalui udara (airborne) sudah diindikasi sejak awal oleh WHO.

Hanya saja pada saat itu mereka melihat potensi penularan melalui udara tidak sebesar mekanisme penularan melalui droplets dan sentuhan benda-benda tercemar (fomite).

Dia mengatakan airborne artinya, virus bisa bertahan lama di udara untuk menularkan.

Sementara itu droplets artinya, virus berada di dalam tetesan yang karena gravitasi bumi tetesannya jatuh ke bawah.

Droplets masih membutuhkan cairan tubuh manusia untuk bertahan dan menularkan.

Dicky menggambarkan airborne seperti yang terjadi pada campak.

Virus campak menyebar lewat udara dan bisa menginfeksi banyak orang.

"Airborne Covid-19 berbeda dengan airborne campak, campak sangat infeksius. Artinya penularannya tidak separah campak," ujarnya.

Infeksius tidaknya bisa dilihat dari angka reproduksi.

Pada campak angka reproduksinya di atas 8, artinya 1 orang bisa menularkan ke 8 orang.

Sementara itu pada Covid-19, angka reproduksinya secara global sekitar 4 di beberapa negara.

Oleh sebab itu, sambung Dicky, pada sebuah klaster Covid-19 di restoran misalnya, tidak semua orang ditemukan terinfeksi.

Berbeda dengan campak, jika ada yang positif, orang-orang satu ruangan akan positif semua.

Baca Juga: Cegah Penularan Covid-19, Bicaralah dengan Suara Lembut dan Pelan

Mediskus
Mediskus

Ilustrasi orang batuk, keluarkan droplet yang berpotensi tularkan Covid-19.

Pentingnya memeriksa sirkulasi udara

Pengumuman dari WHO soal airborne menurut Dicky memperkuat penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa potensi penularan indoor lebih besar daripada penularan outdoor atau di luar ruangan.

Lalu karena airborne berkaitan dengan udara, maka Dicky mengingatkan pentingnya memeriksa sirkulasi udara di tempat tinggal maupun tempat umum.

Di perkantoran misalnya, perlu diperiksa bagaimana AC-nya, apakah ada filternya, apakah mengalirkan udara dari dalam ke luar.

Jika tidak, AC perlu diganti atau jendela dibuka saja.

Demikian juga di tempat umum seperti KRL, akan lebih aman dan mengurangi risiko penularan jika jendela kereta dibuka.

Tentu dibarengi dengan membatasi jumlah penumpang (50 persen).

"Masyarakat tidak perlu panik berlebihan tapi harus membuat masyarakat lebih peduli," katanya.

Lebih dari itu, Dicky juga mengingatkan pada pemerintah agar menyesuaikan protokol untuk menyikapi penemuan dari WHO tersebut.

Sementara itu untuk menjaga tetap aman, menurut Dicky ada 3M yang harus dilakukan, yaitu: Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak.

Selain itu hindari 3R, yaitu: Ramai, Ruangan, Rapat.

Baca Juga: Virus Corona Berpotensi Menular Lewat Udara, PDPI: Waspadai Tempat-tempat Ini!

Kompas.com
SHUTTERSTOCK/Burin P

Ilustrasi penggunaan masker cegah penularan lewat airbone (udara).

Tetap Gunakan masker

Dicky menjelaskan, meski Covid-19 ditemukan dapat menyebar lewat udara atau airborne, penggunaan masker dan jaga jarak masih efektif.

Bagi masyarakat jika tidak ada masker medis, masih bisa menggunakan masker kain.

Mengenai 3 R, ramai-ruangan-rapat, masyarakat perlu menghindarinya karena 3 kondisi tersebut berpotensi menjadi tempat penularan.

Masyarakat, menurutnya perlu menghindari ruangan yang ventilasinya buruk, menghindari tempat yang diisi oleh banyak orang, dan tempat di mana banyak orang duduk atau berada berdekatan.

Senada dengan Dicky, Epidemiolog Universitas Gadjah Mada Bayu Satria Wiratama mengatakan pada penularan airborne, virus bisa bertahan di udara dalam jangka waktu lama.

"Bahayanya airborne, kita bisa tertular walaupun orangnya udah enggak ada. Kalau droplet dibutuhkan kontak langsung. Kecuali ketika batuk," ujarnya.

Sedangkan droplet cenderung jatuh ke bawah, karena biasanya menempel pada media.

Droplets berupa dahak atau cairan saluran pernapasan.

Ada juga droplets yang bisa bertahan cukup lama di udara, yang disebut aerosolisasi. Pada kondisi ini ukuran droplets sangat kecil sehingga ringan dan bisa bertahan lama di udara.

"Saat batuk ada kemungkinan terbentuk droplet yang samgat ringan dan bisa bertahan cukup lama di udara walaupun tidak selama airborne murni. Nah ini yang diduga mulai muncul di Covid-19," kata Bayu.

Dia juga mengatakan bahwa penggunaan masker dan jaga jarak masih diperlukan.

Pada masyarakat umum, sebaiknya menggunakan masker katun atau masker bedah jika ada.

Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul "Virus Corona Menular Lewat Droplet dan Airborne, Apa Bedanya?

#berbagioIDEA

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : kompas