4 Daerah yang Warganya Paling Banyak Membeli Rumah Baru dan Alasannya

Jumat, 02 Oktober 2020 | 13:00
Dok. Idea

Ilustrasi perumahan di Bogor.

IDEAOnline-Real Estate Indonesia (REI) mengungkapkan pangsa pasar pembeli rumah komersial 70 persennya masih terkonsentrasi di empat kota metropolitan.

"Untuk rumah komersial memang saat ini masih berkembang, 70 persennya di empat kota metropolitan, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan," ujar Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Kawasan DPP REI, Hari Ganie dilansir dari Antara, Jumat (2/10/2020).

"Sekitar 70 persen pangsa pasar rumah komersial terdapat di empat kota ini," kata dia lagi.

Menurut Hari, untuk 20 persen pangsa pasar rumah komersial lainnya berada di kota-kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi nasional, seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Makasar, dan Balikpapan.

Sedangkan 10 persen sisanya terkonsentrasi di kota-kota yang sumber daya alamnya relatif kuat seperti Palembang, Pontianak, dan Cirebon.

Di samping itu Wakil Ketua Umum REI tersebut juga menambahkan bahwa terkait rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah ( MBR), para pengembang yang tergabung dalam REI rata-rata membangun rumah MBR sekitar 150 ribu-200 ribu unit per tahun.

Sedangkan untuk rumah komersial rata-rata sekitar 100 ribu-150 ribu unit per tahun.

"Kalau untuk rumah MBR (subsidi) persebaran lokasinya relatif merata," kata Hari Ganie.

REI sendiri mencatat pada tahun 2019 para pengembang perumahan telah membangun rumah MBR sebanyak 177.248 unit. Dari jumlah tersebut, Jawa Barat merupakan provinsi dengan rumah MBR terbanyak yakni 34.371 unit, diikuti Sumatera Selatan sebanyak 28.752 unit, Kalimantan Barat sebanyak 11.710 unit, dan Jawa Timur sebanyak 10.198 unit.

Baca Juga: Membidik Rumah Seken, Berapa Harga yang Layak? Pakai Cara Ini!

Wartakota

Ilustrasi klaster sebuah perumahan.

Kenaikan suplai rumah Dikutip dari Kontan, Marine Novita, Country Manager Rumah.com menyatakan, di tengah penurunan indeks harga dan kenaikan suplai properti yang saat ini, konsumen bisa memanfaatkan momentum bertransaksi membeli rumah dengan menggunakan fasilitas KPR Syariah.

"Saat ini pasar properti sedang mengalami penurunan indeks harga dan kenaikan suplai sehingga berada berada pada kondisi buyers market. Oleh karenanya penyedia suplai properti melakukan koreksi harga untuk menjaga daya tarik properti dimana konsumen akan dimanjakan dengan suku bunga rendah, pilihan properti yang lebih banyak, dan daya tawar yang lebih tinggi," jelasnya dalam keterangan resminya.

Rumah.com Indonesia Property Market Index Q2 2020 menunjukkan kenaikan suplai properti hampir di semua wilayah Indonesia yang menjadi indikasi adanya optimisme dari penyedia suplai properti.

Pengembang dan penyedia suplai properti lebih optimistis dengan situasi pada Q2 2020.

Setelah pada kuartal sebelumnya menahan diri untuk meluncurkan unit-unit baru, pada kuartal ini penyedia suplai properti sudah mulai menghadirkan suplai-suplai baru. Ini terlihat dari peningkatan suplai properti pada Q2 2020 ini.

Marine menjelaskan Rumah.com Indonesia Property Market Index Suplai Q2 2020 berada pada angka 131,6 atau naik sebesar 21 persen (quarter-on-quarter) dan 46 persen (year-on-year).

Sementara Rumah.com Indonesia Property Market Index Harga Q2 2020 mencatat indeks harga berada pada angka 110,6 atau turun 1,7 persen dari kuartal sebelumnya.

Secara tahunan, indeks masih menunjukkan kenaikan sebesar 2,3 persen.

Baca Juga: Kurangi RIsiko, Ini 7 Hal Wajib Tahu saat Ingin Membeli Rumah Murah

Kompas.com/Slamet Priyatin
Kompas.com/Slamet Priyatin

Ilustrasi salah satu kawasan perumahan.

Data ini memiliki akurasi yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

Pandemi yang mulai merebak di akhir Q1 2020 membuat pengembang melakukan penyesuaian dengan menahan suplai.

Ini membuat tren suplai yang biasanya meningkat pada setiap kuartal ganjil (Q1 dan Q3) justru mengalami penurunan pada kuartal Q1 2020.

"Namun, tanda-tanda kepercayaan pengembang terhadap situasi pasar mulai terlihat sepanjang Q2 2020, di mana suplai properti nasional meningkat," sambung Marine.

Marine menjelaskan, dalam proses adaptasi kebiasaan baru berjalan cukup lancar, sejumlah pengembang tetap mampu mencatatkan keuntungan.

Bahkan beberapa dari mereka tidak ragu melakukan peluncuran proyek-proyek hunian baru.

Baca Juga: Lebih Berisiko, 5 Hal Wajib Tahu Jika Membeli Lahan untuk Investasi

Sementara dari sisi harga, penyedia suplai hunian (penjual dan pengembang) masih melakukan penyesuaian.

Penyedia suplai hunian saat ini memilih mengejar kuantitas jualan ketimbang keuntungan.

Karena itu pula, sepanjang kuartal kedua masih menjadi buyers market, seperti kuartal sebelumnya, tambahnya.

"Kuartal keempat 2020 mendatang akan menjadi periode akselerasi pasar properti nasional. Setelah beradapatasi dengan baik pada situasi pandemi di kuartal kedua, sentimen pasar properti di kuartal ketiga akan semakin optimistis," ungkap dia.

"Pulihnya pasokan hunian, baik rumah tapak maupun apartemen, menunjukkan optimisme tersebut. Selanjutnya, pada kuartal keempat, pengembang akan berani untuk mulai melakukan koreksi harga," ungkap Marine lagi. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 4 Daerah yang Warganya Paling Banyak Membeli Rumah Baru

#berbagiIDEA

Tag

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber kompas