Manfaat Atap Tingkat dan Menara Angin pada Rumah Tradisional Indonesia

Jumat, 09 Oktober 2020 | 07:30
Dok. Tab. Rumah

Ilustrasi atap bangunan tardisional Indonesia.

IDEAOnline-Rumah tradisional Indonesia sebenarnya adalah rumah yang dibangun dengan kearifan untuk menyesuaikan dengan kondisi iklim alaminya.

Hal ini terlihat pada bentuk atap, struktur atap yang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan genting tanah liat, sirap atau daun alang-alang.

Pada rumah tropis tradisional, atap memiliki bentuk yang miring dan kerap dibuat dengan struktur yang bertingkat-tingkat.

Antara tingkat yang satu dengan yang lain memiliki jarak yang diisi dengan kisi-kisi (jalusi atau krepyak) untuk mengalirkan udara serta mengurangi tekanan udara panas di dalam rumah.

Pola aliran udaranya adalah sebagai berikut: kisi-kisi yang berada di antara atap yang bertingkat-tingkat akan menarik udara yang dingin dari luar dan mengalirkannya ke bagian bawah atap sehingga udara di bawah atap akan selalu berganti dan udara di dalam ruangan akan menjadi sejuk.

Umumnya, kemiringan atap yang terbentuk pada rumah tropis tidak kurang dari 35°.

Baca Juga: Mengenal Plus Minus 5 Bahan Penutup Atap, Sesuaikan Bujet!

archdaily

Ilustrasi menara angin pada bangunan modern.

Bentuk atap pelana yang miring ini berguna juga untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap.

Selain itu, bukaan jendela atau jalusi yang memisahkan lapisan atap tingkat atas dan tingkat bawah, selain berfungsi sebagai sirkulasi udara juga berfungsi sebagai masuknya penyinaran alami (day lighting).

Rumah-rumah yang berada di daerah dengan iklim panas ada yang menggunakan menara angin untuk mengakali panasnya udara dalam rumah akibat kondisi lingkungannya.

Tekanan udara panas yang ada di dalam rumah akan tertarik keluar dari menara angin dan digantikan dengan udara yang segar.

Baca Juga: Siap Hadapi Hujan? Lindungi Rumah dari Bocor dengan Atap Tambahan Ini

booking.com

Ilustrasi penggunaan atap joglo.

Pergerakan udara pada menara angin ini akan mengalirkan udara dingin ke dalam ruangan.

Agar lebih optimal, menara angin dapat dibuat dengan bentuk penutup yang menghadap ke arah datangnya angin agar angin dengan lebih mudah dapat tertangkap dan mengalir ke dalam ruang di bawahnya sehingga terjadi pergerakan udara yang maksimal.

Di Indonesia, pendekatan konstruksi semacam ini juga ada, dan beberapa orang menyebutnya dengan variasi “rumah burung”.

Bentuknya adalah atap kuda-kuda kecil yang nongol dengan posisi tegak lurus dengan atap utama.

Baca Juga: Ini Cara Pasang Atap agar Bebas Masalah menurut Ahli Konstruksi

#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya