IDEAonline.co.id - Masyarakat tradisional tak bisa dilepaskan dari bentuk atap miring, apapun jenis material rangka dan penutup atapnya.
Bentuk atap miring dinilai sesuai dengan kondisi cuaca atau iklim.
Bentuk miring dianggap cocok untuk menyalurkan air hujan agar cepat turun.
Namun, kemajuan teknologi dan perkembangan arsitektur saat ini memunculkan material dan desain inovatif yang dapat mengakomodasi segala keterbatasan yang ada (iklim/cuaca, sempit/luasnya lahan, dan tuntutan efisiensi dalam penempatan suatu elemen bangunan).
Artinya, akan selalu ditemukan solusi.
Contoh mudahnya seperti ini.
Munculnya bentuk atap lengkung adalah sebagai solusi atas kondisi bentang yang semakin jauh.
Baca Juga: Bocor di Dinding, Wuwungan, dan Dak Beton Beda Penanganan, Simak Ini!
Bahkan, karena alasan estetika seorang arsitek dapat menerapkan bentuk ini.
Jadi, tak lagi terikat dengan lingkungan setempat.
Banyak alternatif bentuk atap dapat diciptakan.
Syaratnya, tetap setia pada konteks dan optimal dalam memanfaatkan teknologi.
Dikenal jenis atap pelana, standar, limas, perisai, kombinasi, atap datar, dan atap lengkung.
Lantas apa yang dimaksud dnegan bentuk atap standar?
Atap standar mempunyai 1 bidang atap miring yang menempel atau menumpu pada dinding tembok bangunan rumah, sehingga biasa disebut juga atap tempel.
Baca Juga: Siap Hadapi Hujan? Lindungi Rumah dari Bocor dengan Atap Tambahan Ini
Kelebihan
Dapat menjadi atap kamuflase yang seakan-akan dari tampak depan akan menyerupai atap datar.
Kekurangan
Memerlukan kemiringan yang cukup besar, sehingga perlu diperhatikan juga lebar bentang bangunan.
Semakin lebar denah bangunan, maka akan semakin besar sudut atap yang akan berpengaruh pada biaya.
Material
- Rangka atap: rangka kayu dan beton.
- Penutup atap: sirap, ilalang, atau genting tanah liat.
#BerbagiIDEA #BerbagiCerita #BisaDariRumah #GridNetwork