Manusia Butuh Terumbu Karang, Ini Tindakan yang Tidak Boleh Dilakukan

Rabu, 14 Oktober 2020 | 11:30
Dok. Kompas.id

Ilustrasi-Perlu waktu jutaan tahun untuk terumbu karang bisa tumbuh cantik.

IDEAOnline-Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang disebut sebagai surga dan episenter sebaran karang batu atau terumbu karang di dunia.

Indonesia terdiri lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil, dengan garis pesisir yang mencapai hampri 81.000 kilometer yang dilindungi oleh ekosistem terumbu karang, padang lamun dan ekosistem mangrove.

Ekosistem terumbu karang mengandung sumber daya alam yang dapat memberikan banyak sekali manfaat bagi kehidupan manusia.

Keberadaan ekosistem terumbu karang yang dapat menjaga sumber pangan, sumber obat-obatan, sumber bahan baku bangunan, bahan kosmetik, serta sebagai sumber mata pencaharian bagi manusia.

Mengingat betapa banyaknya manfaat utama dari terumbu karang ini untuk manusia, Biodiversity Warriors (BW) KEHATI Member, Kezia Ruth mengajak masyarakat untuk lebih sadar terhadap perilaku yang dapat mengancam kesejahteraan dan ketersediaan ekosistem terumbu karang.

"Faktanya 1 miliar manusia yang berjarak tinggal 60 kilometer dari terumbu karang, setengahnya (500 juta orang) ini menggantungkan hidupnya ke terumbu karang sebagai sumber pangan dan sebagai sumber mata pencarian," kata Kezia dalam diskusi daring bertajuk Biodiversity for Sustainable Future, Kamis (27/8/2020).

Baca Juga: Pemanasan Global Mengubah Hidup Kita, Kenali Tanda-tanda Ini

Kompas.com
Kompas.com

Ilustrasi terumbu karang yang sehat dan belum terkena dampak pemanasan global.

Oleh sebab itu, Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah menghimpun beberapa perilaku masyarakat yang harusnya dihindari karena akan berdampak pada kerusakan terumbu karang.

  • Menggunakan alat-alat tangkap ikan yang dapat merusak terumbu karang seperti bom dan potas.
  • Mendirikan bangunan yang terlalu dekat dengan garis pantai.
  • Mengeruk pantai menjadi lahan untuk pembangunan sehingga terjadi perlumpuran.
  • Mencari terumbu karang dengan sampah, tumpahan minyak, buangan industri, serta sisa-sisa pestisida dan insektisida untuk pertanian.
  • Melempar jangkar dan berjalan-jalan di atas terumbu karang.
  • Pengambilan karang berlebihan untuk diperdagangkan.
  • Penebangan hutan dan pohon-pohon di sepanjang aliran sungai yang menyebabkan pelumpuran.
  • Penambangan karang berlebihan untuk pembuatan kapur, bahan bangunan dan pondasi jalan.
Baca Juga: Jaga Ekosistem Laut dan Iklim Bumi, Sharp Rehabilitasi Terumbu Karang di Belitung

Lokasi Tanjung Kelayang, Belitung

Ilustrasi-Menipisnya terumbu karang timbulkan potensi bencana alam seperti erosi dan abrasi.

Pengaruh Perubahan Iklim

Selain, tindakan manusia secara langsung terhadap ekosistem terumbu karang di lokasinya. Kezia menegaskan, ada faktor lain yaitu perubahan iklim yang dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang.

Pada dasarnya terumbu karang akan menyerap karbon dioksida (CO2) dan ini seharusnya bagus supaya polusi udara semakin menurun.

"Tetapi itu mempengaruhi chemistry dari laut itu sendiri, ketika karbon dioksida terlalu banyak diserap ke laut itu akan mengakibatkan pengasaman," ujarnya.

Pengasaman ini akan berpengaruh terhadap terhambatnya pertumbuhan dari kalsium karbonat baik terumbu karang maupun biota-biota lain di laut yang menggunakan kalsium karbonat sebagai kerangka tubuhnya.

Begitu juga perubahan iklim ini akan mempengaruhi arus laut. Maka, penyebaran nutrisi akan tidak rata bagi di lautan.

Air laut juga bisa berubah menjadi keruh dan mengurangi cahaya kemampuan cahaya matahari menyentuh biota laut.

Perubahan iklim dapat mengubah pola badai menjadi lebih sering, peningkatan air laut dan juga suhu muka laut yang bisa menyebabkan coral beaching(pemutihan karang) atau menghilangnya alga Zooxanthellae dari tubuh karang.

Padahal, alga ini menyediakan makanan bagi terumbu karang dan terumbu karang menjadi tempat hidup bagi alga. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Manusia Butuh Terumbu Karang, Ini Tindakan yang Tidak Boleh Dilakukan

#berbagiIDEA

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : kompas