Cara Memilih dan Mengonsumsi Susu Ramah Ligkungan menurut Riset Ahli

Senin, 26 Oktober 2020 | 15:30
Kompas.com

Ilustrasi susu.

IDEAOnline-Memilih produk ramah lingkungan bisa sangat membingungkan dengan begitu banyak pilihan, terutama susu.

Yang mana harus dipilih, susu nabati atau susu biasa?

Haruskah kita membeli susu nabati atau produk olahan susu?

Kami mencoba membantu Anda memilih berdasarkan bukti yang kami teliti.

Sejauh ini, produk susu punya jejak lingkungan paling besar.

Dibandingkan dengan produk-produk olahan susu, semua susu nabati, baik dari kacang kedelai, kacang-kacangan atau biji-bijian, memiliki dampak sedikit bagi emisi gas rumah kaca, penggunaan air serta lahan.

Ini dijelaskan oleh semua penelitian, termasuk tinjauan sistematis.

Studi tahun 2018 memperkirakan produk olahan susu menghasilkan gas emisi rumah kaca 3 kali lebih tinggi ketimbang susu nabati.

Sebagai contoh, susu sapi memiliki potensi pemanasan global bervariasi antara 1,14 di Australia dan Selandia Baru sampai 2,50 di Afrika (dalam ukuran kilogram karbon dioksida ekuivalen per liter susu).

Sementara, potensi dari susu nabati rata-rata 0,42 untuk almond dan santan serta 0,75 untuk susu kedelai.

Lebih lanjut, produk olahan susu umumnya butuh lahan 9 kali lebih luas dibandingkan susu nabati.

Satu liter susu sapi butuh 8,9 meter persegi lahan per tahun.

Sementara, oat hanya butuh 0,8 meter persegi lahan per tahun, kacang kedelai 0,7 meter persegi lahan per tahun, dan beras 0,3 meter persegi lahan per tahun.

Susu sapi juga lebih banyak menggunakan air, yaitu 628 liter air untuk setiap liter produk olahan susu.

Bandingkan dengan almond yang hanya 371 liter air per setiap liter, 270 liter untuk beras, 48 liter untuk oat dan 28 liter untuk susu kedelai.

Baca Juga: Picu Berbagai Penyakit, Simak 4 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Mencuci Botol Susu Bayi

Kompas.com
Shutterstock

Ilustrasi susu.

Susu dari kacang-kacangan

Hampir semua kacang-kacangan dapat diolah menjadi susu.

Yang paling populer adalah almond, hazelnut, dan kelapa.

Selain membutuhkan lahan lebih sedikit, pohon mereka dapat menyerap karbon dan menghasilkan biomassa.

Meski ada perbedaan besar tergantung kondisi geografis di mana mereka berada.

Almond Negara bagian California di Amerika Serikat (AS) merupakan produsen susu almond terbesar di dunia, diikuti oleh Australia.

Dibandingkan dengan susu nabati lainnya, pemakaian air untuk almond lebih tinggi dan sangat tergantung pada irigasi air tawar.

Satu biji almond California membutuhkan 12 liter air.

Ini menimbulkan pertanyaan tentang produksi skala industri di daerah dengan sedikit air.

Namun, masalah lingkungan terbesar terkait produksi almond di AS adalah tingginya kematian lebah yang berguna untuk penyerbukan silang pohon.

Ini mungkin terjadi karena lebah terkena pestisida, termasuk glifosat, dan industri agrikultur yang intensif mengubah ekosistem alam secara drastis.

Masalah ini tidak dihadapi oleh peternak lebah di Australia karena almond ditanam dalam skala kecil dan tidak condong ke industrialisasi.

Meski demikian, kita masih membutuhkan jutaan lebah, dan kebakaran, kekeringan, banjir, dan asap serta gelombang panas mengancam kesehatan mereka.

Kelapa

Umumnya, santan memiliki catatan lingkungan yang bagus.

Pohon kelapa menggunakan sedikit air dan menyerap karbon dioksida.

Namun, produksi skala industri kelapa bisa menghancurkan habitat alam liar karena hanya tumbuh di area tropis.

Tingginya permintaan global untuk santan akan memberikan tekanan lebih pada lingkungan dan alam liar dan menimbulkan konflik.

Hazelnut Hazelnut merupakan pilihan lebih baik untuk lingkungan karena pohonnya diserbuki secara silang oleh angin yang membawa serbuk sari kering ke udara di antara tanaman, bukan lebah.

Kacang ini tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi di sekitar Laut Hitam, Eropa Selatan, dan di Amerika Utara.

Sehingga, membutuhkan sedikit air ketimbang pohon almond.

Susu hazelnut sudah tersedia secara komersial dan meski permintaan serta produksi meningkat, pemanenan tidak dilakukan dalam skala besar.

Susu dari polong-polongan

Susu kedelai sudah dikonsumsi selama ribuan tahun di Cina dan Barat, tapi susu dari rami adalah pilihan yang relatif baru.

Semua polong-polongan mengikat nitrogen.

Artinya, bakteri dalam tanaman memproduksi nitrogen untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi kebutuhan akan pupuk.

Polong-polongan juga hemat air, dibandingkan dengan almond dan produk olahan susu.

Kedelai Susu kedelai memiliki catatan lingkungan yang bagus, terkait penggunaan air, pemanasan global, dan penggunaan lahan.

AS dan Brazil merupakan pemasok terbesar kacang kedelai dan tanaman ini serba guna dalam skala komersial, dengan sebagian besar biji digunakan sebagai pakan ternak.

Tapi, sebagian besar masalah lingkungan adalah kebutuhan untuk membuka dan mengubah sebagian besar vegetasi asli untuk menanam kedelai.

Penurunan permintaan daging dan protein hewani berpotensi menurunkan produksi kedelai untuk pakan ternak dalam skala besar.

Meski demikian, kami belum melihat perubahan tersebut.

Rami

Perubahan besar terjadi dengan susu rami.

Biji rami diproses menjadi minyak dan susu, tapi tanamannya serbaguna.

Semua bagian dapat digunakan sebagai bahan bangunan, serat tekstil, pulp dan kertas atau plastik berbahan rami.

Akarnya tumbuh kuat sehingga memperbaiki struktur tanah dan mengurangi keberadaan jamur.

Tanaman ini juga tahan terhadap penyakit dan menghasilkan perlindungan, serta menekan pertumbuhan gulma.

Ini akan mengurangi kebutuhan herbisida dan pestisida.

Rami memerlukan air lebih banyak daripada kedelai, tapi lebih sedikit dari almond dan produk olahan susu.

Sebagai tanaman tertua, terutama bagi Eropa, rami masih diproduksi dalam jumlah yang sedikit.

Dari biji-bijian

Kita bisa memproduksi susu nabati hampir dari semua biji-bijian; beras dan oat adalah yang paling dikenal.

Namun, mereka membutuhkan lahan lebih besar dibanding susu dari kacang-kacangan.

Beras

Susu dari beras membutuhkan banyak air.

Produk ini juga terkait dengan tingginya emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan nabati lain karena bakteri penghasil metana berkembang di sawah.

Dalam beberapa kasus, susu beras dapat mengandung tingkat arsenik yang tinggi.

Ditambah lagi, pemberian pupuk untuk meningkatkan hasil dapat mencemari aliran air di sekitarnya.

Baca Juga: Kaleng Susu hingga Toples Bisa Dikreasikan Jadi Dekorasi Hunian, Begini Caranya!

Kompas.com
Shutterstock

Ilustrasi susu.

Oat

Susu oat semakin populer di dunia karena manfaat secara keseluruhan terhadap lingkungan.

Seperti kedelai, produksi oat dalam jumlah besar untuk pakan ternak dan berkurangnya permintaan dapat mengurangi tekanan pada tanaman ini.

Di Kanada dan AS, pengelolaan oat berbentuk monokultur skala besar.

Artinya, ia menjadi satu-satunya jenis tanaman dalam area yang sangat luas.

Praktik ini menghabiskan kesuburan tanah, membatasi keanekaragaman serangga, dan meningkatkan risiko penyakit serta infeksi hama.

Oat juga umumnya tumbuh dengan pestisida berbahan glifosat, yang berimbas kepada status ramah lingkungan karena menyebabkan tanaman resisten terhadap bahan ini, hewan, dan patogen serangga berkembang biak.

Pesan akhir: ragamkan pilihan Anda Versi organik dalam setiap susu nabati lebih baik untuk lingkungan.

Karena, mereka menggunakan, misalnya, lebih sedikit pupuk kimia, mereka bebas dari pestisida dan herbisida, serta mengurangi tekanan pada tanah.

Bahan tambahan apapun, baik itu penguat, seperti kalsium atau vitamin, perasa atau bahan tambahan, seperti gula, kopi atau cokelat, harus diperhitungkan secara terpisah.

Kemasan juga penting untuk dipertimbangkan.

Kemasan berkontribusi 45% dalam potensi pemanasan global dari susu almond dari California.

Ini penting untuk diingat bahwa menghabiskan susu lebih banyak akan meninggalkan jejak lingkungan yang besar, dan mempertanyakan etika bagaimana manusia mengeksploitasi hewan.

Jika sebagai konsumen Anda mencoba untuk mengurangi limbah lingkungan terhadap susu yang Anda minum, pesan pertama adalah Anda harus menghindari produk olahan susu dan menggantinya dengan susu nabati.

Pesan kedua, ragamkan pilihan susu nabati yang kita konsumsi.

Mengganti menjadi satu pilihan saja, meski sangat ramah lingkungan, tetap saja akan berpotensi eksploitasi berlebihan.

Dora Marinova Professor of Sustainability, Curtin University Diana Bogueva Postdoctoral Researcher, Curtin University Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Susu apa yang paling ramah lingkungan? Ini hasil riset kami" Isi di luar tanggung jawab Kompas.com. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul "Susu Apa yang Paling Ramah Lingkungan? Ini Hasil Riset Ahli"

#BerbagiIDEA

Tag

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber kompas