Cahaya Berlebih dari Lampu Picu Nyamuk Penyebab Demam Berdarah Menggigit di Malam Hari, Kok Bisa?

Selasa, 03 November 2020 | 13:30

Nyamuk Aedes aegypti.

IDEAOnline-Aedes aegypti dikenal sebagai nyamuk pembawa virus dengue yang menjadi penyebab penyakit demam berdarah.

Nyamuk ini biasanya aktif pada pagi hingga siang hari.

Namun sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Notre Dame mengungkap temuan baru.

Seperti dikutip dari Medicalxpress, Sabtu (24/10/2020) peneliti mengungkapkan, polusi cahaya yang berasal dari cahaya buatan yang berlebih dapat meningkatkan perilaku nyamuk menggigit di malam hari.

Ilmuwan Jelaskan Aktifnya nyamuk di malam hari ini membuat kekhawatiran.

Sebab hal tersebut dapat berdampak pada peningkatan penularan beberapa penyakit termasuk demam berdarah, demam kuning, chikunguya, dan zika.

"Ini berpotensi menjadi masalah yang tak boleh diabaikan. Pasalnya nyamuk telah berevolusi bersama manusia. Mereka tinggal dan berkembang biak di sekitar rumah, sehingga kemungkinan Aedes aegypti terpapar polusi cahaya sangat mungkin terjadi," ungkap Giles Duffield, profesor di Departemen Ilmu Biologi yang berafiliasi dengan Eck Institure for Global Health dan Neuroscience and Behaviour Program.

Dalam studinya, peneliti melakukan percobaan dengan membiarkan nyamuk menggigit lengan salah satu peneliti dalam kondisi terkontrol.

Mulai dari siang hingga malam hari, saat terpapar cahaya buatan.

Hasilnya, nyamuk betina memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menghisap darah pada malam hari ketika mereka terkena cahaya buatan.

Baca Juga: Prinsip Pengaplikasian Artificial Light, Satukan Fungsi dan Estetika

dok. i.pinimg.com
dok. i.pinimg.com

Ilustrasi tempat tidur berkelambu.

Penelitian yang telah dipublikasikan di The American Journal of Tropical Medicine and Hygieneini juga akan membantu ahli epidemiologi lebih memahami risiko sebenarnya dari penularan penyakit oleh nyamuk ini.

Selain itu juga temuan dapat menghasilkan lebih banyak rekomendasi penggunaan kelambu.

Biasanya kelambu digunakan pada malam hari untuk menangkal gigitan dari genus nyamuk yang berbeda, Anopheles.

Berhubung Aedes Aegypti terbukti distimulasi cahaya buatan, kelambu dapat digunakan pula untuk menghalau nyamuk tersebut.

"Dampak dari penelitian ini bisa sangat besar dan mungkin telah diabaikan.

Ahli epidemiologi mungkin bisa mempertimbangkan polusi cahaya saat memprediksi tingkat infeksi," tambah Duffield.

Lebih lanjut, ia berencana untuk bereksperimen dengan variabel tambahan cahaya buatan untuk mempelajari lebih lanjut perilaku Aedes Aegypti.

Variabel ini termasuk durasi cahaya, intensitas, warna cahaya, serta waktu menggigit.

Tim juga tertarik dengan jalur genetik molekuler yang mungkin terlibat dengan aktivitas menggigit, setelah memperhatikan bahwa tidak semua nyamuk dalam populasi yang diteliti ternyata tertarik untuk menggigit di malam hari bahkan dengan adanya cahaya buatan.

"Jadi kami pikir ada komponen genetik pada Aedes Aegypti ," kata Duffield. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Polusi Cahaya Picu Nyamuk Aedes Aegypti Aktif di Malam Hari

#berbagiIDEA

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : kompas