Hujan dan Kelembapan Pengaruhnya pada Penyebaran Virus Corona Covid-19

Selasa, 10 November 2020 | 19:52
tribunnews.com

Ilustrasi hujan di musim hujan.

IDEAOnline-Sebagian besar wilayah Indonesia sudah mulai diguyur hujan sejak akhir Oktober 2020.

Hal ini pun membuat banyak masyarakat bertanya-tanya, apakah musim penghujan dapat meningkatkan transmisi (penularan) virus corona SARS-CoV-2, penyebab Covid-19?

Pertanyaan ini muncul dari pengalaman, selama musim penghujan biasanya jumlah orang yang terserang influenza meningkat.

Apakah potensi tersebut juga terjadi pada pandemi Covid-19 ini?

dr Panji Hadisoemarto, dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Jawa Barat, menuturkan, hingga saat ini belum ada banyak informasi terkait pengaruh musim hujan dengan penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Namun dari hasil beberapa riset awal yang dilakukan di negara-negara dengan empat musim ditemukan bahwa suhu dan kelembapan yang tinggi (musim panas) berasosiasi pada menurunnya transmisi Covid-19.

"Tetapi saya enggak terlalu yakin kalau itu akan terjadi di Indonesia," kata Panji yang ditulis Kompas.com, Selasa (3/11/2020).

Panji pun mencoba melihat bagaimana penyebaran dua virus selain Covid-19 pada musim hujan di Indonesia, yakni influenza dan virus corona selain SARS-CoV-2 (batuk dan pilek).

1. Influenza

Panji berkata bahwa penularan virus influenza di negara empat musim memuncak saat musim dingin, di mana kelembapan dan suhunya rendah.

"Namun jika dilihat di Indonesia dan Thailand, influenza lebih banyak di musim hujan," paparnya.

Dari hal tersebut, banyak yang menganggap bahwa kelembapan dan suhu rendah menjadi faktor utama dalam penyebaran virus.

Baca Juga: Musim Hujan Tanaman Terserang Penyakit dan Hama? Cegah dan Atasi Yuk!

tribunnews.com

Ilustrasi hujan di musim hujan.

2. Human coronavirus yang lain

Virus corona umum yang menyebabkan common cold (batuk dan pilek) juga diketahui memiliki tren yang sama seperti influenza.

Di negara dengan empat musim, angka kasus common cold meningkat saat musim dingin.

"Sementara di negara-negara seperti Indonesia dan Thailand, sifat musimannya enggak terlalu jelas dan cenderung meningkat di musim hujan," imbuhnya.

Dari kedua virus tersebut, Panji melihat bahwa cuaca dan iklim bukan faktor independen yang sepenuhnya memengaruhi transmisi virus.

"Artinya cuaca tidak berpengaruh terhadap virus, tapi ada dampak yang tidak langsung seperti cuaca ke perilaku manusianya. Perilaku manusia inilah yang mengubah transmisi virusnya," jelas dia.

"Menurut saya belum konklusif. Sebaiknya tidak menyimpulkan atau terlalu berharap bahwa di musim hujan akan mengalami penurunan atau peningkatan kasus Covid-19. Belum tentu."

Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah berlangsung selama delapan bulan sejak pertama kali dikonfirmasi pada 2 Maret 2020.

Oleh karena itu, para ilmuwan belum dapat menentukan apakah ini penyakit musiman atau tidak karena belum semua musim dilewati.

"Jadi kita (ilmuwan) menyimpulkannya sejauh mengeksplorasi antara kelembapan dan temperatur (lingkungan) terhadap jumlah kasus Covid-19," kata Panji.

Sebagai contoh, studi terdahulu yang dilakukan di China menunjukkan bahwa semakin tinggi kelembapan dan suhu maka semakin rendah jumlah kasusnya.

Studi ini artinya hanya melihat pengaruh suhu dan kelembapan, belum melihat pengaruh musim terhadap penyebaran Covid-19.

"Jadi apakah musim hujan akan menurunkan atau meningkatkan kasus (Covid-19), saya pikir belum bisa disimpulkan ke arah sana," paparnya.

Saran untuk menghadapi pandemi Covid-19 di musim hujan masih belum berubah.

Panji mengingatkan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan dan melakukan 3M, yakni mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker.

"Walaupun kita melihat sekarang ada penurunan kasus (Covid-19), tetapi virus (SARS-CoV-2) masih ada di mana-mana. Maka kita harus tetap waspada, protokol kesehatan yang selalu kita promosikan tetap harus dilaksanakan," tutupnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Masuk Musim Hujan, Apakah Penyebaran Covid-19 Bakal Meningkat?

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : kompas