Bakteri Kebal Antibiotik Jadi Ancaman Kesehatan di Tengah Pandemi Virus Corona

Selasa, 24 November 2020 | 18:33
kompas.com

Staphylococcus aureus, bakteri yang resisten terhadap antibiotik Methicillin

IDEAOnline-Dunia sedang berupaya menghentikan pandemi virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 35 juta orang dan menewaskan lebih dari 1 juta orang.

Namun, ancaman kesehatan lainnya juga tengah mengincar umat manusia, yakni bakteri kebal antibiotik yang tak mendapat perhatian sebesar Covid-19.

Padahal, ancaman bakteri yang resisten pada antibiotik juga sama bahayanya dalam menimbulkan penyakit yang dapat menyebar secara perlahan.

Melansir Science Alert, Selasa (6/10/2020), ahli mengingatkan bahwa bakteri juga dapat menjadi ancaman yang sama dengan Covid-19 saat ini.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ( CDC) mengungkapkan hampir 3 juta orang di Amerika setiap tahunnya mengidap infeksi bakteri yang kebal antibiotik, di mana 35.000 orang di antaranya meninggal.

Sedangkan secara global ada sekitar 700.000 orang yang meninggal akibat infeksi bakteri setiap tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memproyeksikan saat ini, ada sekitar 10 juta orang yang dapat meninggal akibat infeksi bakteri kebal antibiotik setiap tahunnya hingga 2050 mendatang.

Sebab, resep antibiotik yang berlebihan, atau penggunaan berlebihan pada ternak, serta faktor-faktor lainnya, berbagai jenis bakteri akan menjadi lebih resisten.

Termasuk jenis bakteri gonore, tuberkulosis, dan salmonella menjadi sulit untuk diobati, bahkan terkadang tidak mungkin untuk diobati.

Sedikitnya di seluruh dunia, 230.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat infeksi tuberkulosis yang kebal antibiotik.

"Kemungkinan besar infeksi bakteri akan sangat sulit diobati, bahkan bisa saja tidak mungkin bisa diobati dan itu sangat buruk," kata Sarah Fortune, profesor imunologi dan penyakit menular di Harvard University kepada Insider.

Dia menambahkan infeksi bakteri yang kebal antibiotik dan sulit diobati dapat menyebabkan banyak kerusakan.

Baca Juga: Bisakah Diterapkan di Seluruh Indonesia Penggunaan Bakteri Wolbachia untuk Tekan DBD?

kompas.com
(NIH ImagGallery/Methicillin-resistant Staph bacteria

Hasil pemindaian mikrograf elektron dari bakteri Staphylococcus aureus yang resisten antibiotik jenis methicillin (kuning) dan sel darah putih manusia yang mati (berwarna merah).

"Mereka (bakteri resisten antibiotik) dapat membunuh orang," imbuh Fortune. Steffanie Strathdee, seorang profesor kedokteran di Universitas California, San Diego, mengatakan tidak cukup jika hanya membicarakan ancaman bakteri tersebut.

"Tidak seperti Covid-19, yang muncul secara tiba-tiba dan meledak di tempat kejadian, krisis superbug terus berlanjut. Ini sudah menjadi pandemi, dan menjadi krisis global, dan semakin parah di bawah Covid-19," kata Strathdee kepada Insider.

Mantan direktur CDC dan CEO Resolve to Save Lives, Tom Frieden menambahkan pemerintah Amerika Serikat membutuhkan pendekatan yang lebih agresif dan multifaset untuk melawan bakteri ini.

Strathdee mengungkapkan saat ini sebagian besar perhatian dan sumber daya yang mestinya dicurahkan menangani ancaman bakteri resisten antibiotik, harus diarahkan untuk penanganan Covid-19.

Dalam hal ini, pandemi Covid-19 dapat semakin memperburuk masalah bakteri yang kebal antibiotik.

WHO telah menyerukan penggunaan antibiotik yang lebih hati-hati pada pasien Covid-19 untuk membantu mengekang ancaman resisten antibiotik, yakni pada Juli lalu.

Sementara berdasarkan tinjauan yang dilakukan Mei lalu terhadap sekitar 2.000 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia, 72 persen di antaranya menerima antibiotik, dan 8 persen di antaranya mendokumentasikan adanya infeksi bakteri atau jamur.

Saat bakteri menjadi lebih kebal terhadap antibiotik, maka risiko konsekuensi bencana akan semakin meningkat.

Misalnya, bakteri E.coli yang resisten antibiotik, bisa menyebabkan jutaan orang mengalami infeksi saluran kemih setiap tahun.

"Jika galur yang sangat resisten terhadap antibiotik berkembang, virus itu dapat menyebar dan membunuh banyak wanita muda," kata Lance Price, direktur pendiri Antibiotic Resistance Action Center di George Washington University.

Pandemi virus corona, imbuh Price, telah mengungkap bagaimana disfungsionalnya sistem kesehatan masyarakat telah membuat kita rentan terhadap bakteri yang kebal antibiotik yang menyebar secara perlahan.

"AS tidak siap untuk menangani pandemi bakteri kebal antibiotik, sebagaimana dibuktikan oleh ketidakmampuan dalam menangani banyak epidemi dan pandemi bakteri resisten multi-obat yang sedang mewabah bersamaan," kata Price. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Bakteri Kebal Antibiotik Jadi Ancaman Kesehatan di Tengah Pandemi Virus Corona

#BerbagiIDEA

Tag

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber kompas