IDEAOnline-Dua ilmuwan dari Simon Fraser University telah menemukan bukti bahwa jarak fisik (physical distancing) secara universal lebih efektif dalam mengurangi penyebaran Covid-19.
Kedua ilmuwan tersebut, Profesor Paul Tupper dan Profesor Caroline Colijn, mengembangkan suatu model untuk menguji kefektifan dari berbagai tindakan yang disarankan untuk mengurangi potensi penularan virus corona.
Di antaranya tindakan menjaga jarak fisik, memakai masker dan penerapan social bubble atau pembatasan sosial dengan sekelompok kecil orang di dalam suatu tempat atau ruangan.
Seperti dilansir dari Science Daily, Rabu (2/12/2020), para peneliti ini memperkenalkan konsep 'event R', yakni memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 dari satu orang di dalam satu acara.
Faktor-faktor yang diperhatikan di antaranya seperti intensitas penularan, durasi paparan, kedekatan individu dan tingkat kerumunan.
Selanjutnya, memeriksa metode apa yang paling efektif untuk mencegah penularan dalam setiap keadaan.
Dalam studi yang hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) pada 19 November lalu itu, peneliti memasukkan data dari laporan wabah di berbagai acara.
Yakni merujuk pada potensi terjadinya penularan seperti di acara pesta, tempat makan, klub malam, angkutan umum dan lain sebagainya.
Para peneliti mengatakan bahwa peluang seseorang terinfeksi Covid-19 sangat bergantung pada tingkat penularan dan durasi, yaitu jumlah waktu yang dihabiskan dalam suatu kondisi tertentu.
Peristiwa itu kemudian dikategorikan menjadi dua, yakni jenuh (probabilitas transmisi tinggi) atau linier (probabilitas transmisi rendah).
Misalnya, pada kondisi lingkungan dengan potensi transmisi tinggi penularan virus corona dengan kondisi penuh sesak, seperti di bar, klub malam dan perkantoran (tempat kerja).
Sedangkan pada potensi transmisi rendah yang mana memungkinkan untuk dilakukan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak atau aktivitas luar ruangan, yakni seperti di angkutan umum maupun restoran.
Baca Juga: Tetap Jaga Jarak Meski sudah Pakai Masker, Seberapa Jauh Idealnya?
Model tersebut menunjukkan bahwa menjaga jarak lebih efektif dalam mengurangi penularan Covid-19 di semua kondisi.
Sedangkan efektivitas social bubble cenderung bergantung pada kemungkinan potensi transmisi penularan tinggi atau rendah.
Artinya, dalam kondisi di mana ada potensi kerumunan dan kemungkinan penularan tinggi, maka penerapan social bubble atau pembatasan sosial perlu diperketat untuk membantu mengurangi potensi penyebaran Covid-19. Baca juga: Cegah Penularan Virus Corona,
Jaga Jarak Minimal Dua Meter
Kondisi transmisi tinggi tersebut seperti di tempat kerja dalam ruangan dengan padat karyawan, atau tempat-tempat seperti bar dan klub malam, bahkan sekolah. Intinya, dalam studi ini peneliti menemukan bahwa social bubble kurang efektif dalam kondisi dengan potensi transmisi rendah, seperti bekerja di ruang kantor atau bepergian dengan transportasi umum dengan memakai masker.
Peneliti mencatat bahwa masker maupun penghalang fisik lainnya, mungkin kurang efektif dalam kondisi transmisi tinggi penularan Covid-19.
Sebab, meski memakai masker hanya mengurangi separuh tingkat transmisi yang mungkin tidak berdampak banyak pada potensi penularan.
Virus corona SARS-CoV-2 yang mewabah dan menjadi pandemi global saat ini relatif sangat baru.
Akan tetapi ilmu pengetahuan terus berkembang, sehingga pengetahuan kita terus meningkat tentang cara efektif, baik dalam mengobati maupun mencegah penularan virus corona yang sangat menular ini.
"Akan sangat bagus untuk mulai mengumpulkan informasi dari keterpaparan dan wabah Covid-19, seperti jumlah orang, tingkat kerumunan, hingga durasi peristiwa," kata Colijn, yang merupakan Ketua Riset Kanada di Mathematics for Evolution, Infection and Public Health. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Bukti Menjaga Jarak Fisik Efektif Kurangi Penyebaran Covid-19, Studi Jelaskan
#BerbagiIDEA