IDEAOnline-Perekonomian Indonesia pada kuartal IV 2020 diprediksi masih terkontraksi.
Meski begitu, tanda-tanda perbaikan sudah mulai ditunjukkan pada periode ini.
Pengamat ekonomi Indef Bhima Yudhistira Adhinegara melalui Kompas.com, Kamis (5/11/2020) memproyeksikan perekonomian pada kuartal IV 2020 masih akan minus di kisaran 1,5 persen sampai tiga persen.
Angka tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada dua kuartal sebelumnya.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami kontraksi ekonomi hingga minus 5,32 persen pada kuartal II dan minus 3,49 persen pada kuartal III.
Proyeksi ekonom Indef tersebut diamini oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Kendati masih minus, ia mengatakan, kuartal IV 2020 menjadi masa pemulihan bagi perekonomian Indonesia yang sempat dipukul telak pada kuartal II dan berlanjut ke kuartal III, sebagaimana diberitakan Kontan.id, Minggu (8/11/2020).
Salah satu penyebab perlambatan ekonomi ini adalah penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi.
Hal ini cukup beralasan. Saat situasi ekonomi tak menentu, seperti resesi, biasanya orang akan cenderung menahan pembelanjaan untuk berjaga-jaga bila ada kebutuhan mendesak.
Akan tetapi, beberapa ekonom dan pakar keuangan justru menyarankan sebaliknya.
Menghimpun berbagai sumber, ada beberapa strategi keuangan yang perlu dilakukan saat resesi melanda.
Pertama, mengubah prioritas belanja alias terfokus hanya pada kebutuhan primer.
Artinya, pengeluaran untuk barang-barang yang bersifat keinginan atau kesenangan pribadi harus dihindari.
Kedua, mencari penghasilan tambahan.
Ketiga, tingkatkan tabungan dan investasi.
Keempat, pindahkan portofolio investasi, dari yang berisiko tinggi ke instrumen investasi dengan risiko sedang, bahkan kecil jika memungkinkan.
Baca Juga: Rumah dengan Harga di Bawah Rp1,5 Milyar, Penjualannya Melonjak 83%
Investasi properti
Sudah menjadi rahasia umum bahwa investasi merupakan strategi jitu untuk menyelamatkan finansial di tengah kedaruratan ekonomi.
Agar memberikan manfaat, pemilihan instrumen investasi harus tepat.
Dilihat dari risikonya, investasi properti terbilang minim risiko.
Hal ini dikarenakan pergerakan nilai properti yang selalu naik dari waktu ke waktu ditambah faktor kebutuhan masyarakat.
Selain itu, investasi properti bisa menjadi sumber passive income jika unit yang dibeli nantinya disewakan atau dikontrakkan.
Bahkan, pendapatan sewa bisa membantu meringankan beban cicilan bila properti dibeli secara kredit.
Bila cicilan telah selesai, pemasukan tersebut bisa dialokasikan untuk hal lain. Misalnya, untuk membeli properti baru atau sebagai “pegangan” ketika tidak memiliki active income lagi.
Berinvestasi properti makin perlu dipertimbangkan, mengingat banyak pengembang memberikan kemudahan agar produk properti yang mereka luncurkan dapat terserap pasar.
Sebut saja diskon, cashback, dan kemudahan pengurusan administrasi kredit. Karenanya, jika dana yang dimiliki memadai, tak ada salahnya untuk segera berinvestasi properti.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menakar Keuntungan Investasi Properti di Masa Resesi
#BerbagiIDEA