Alasan Vaksin Disuntikkan di Bahu Bikin Orang Masih Bisa Terinfeksi

Selasa, 26 Januari 2021 | 14:11
Kompas.com

Ilustrasi - vaksinasi Covid-19.

IDEAOnline-Menurut ahli biologi molekuler Ahmad Utomo,salah satu alasan kenapa orang yang sudah divaksin masih bisa terinfeksi Covid-19 karena injeksi diberikan di bahu.

Kendati tidak bisa mencegah infeksi, tapi vaksin bisa mencegah keparahan gejala jika penerimanya terinfeksi.

Bupati Sleman Sri Purnomo terkonfirmasi positif Covid-19 setelah pekan lalu menerima vaksin Sinovac.

Saat ini, Sri Purnomo tengah menjalani isolasi mandiri di rumah dinas.

"Hasil antigen kemarin dan hasil PCR tadi pagi itu (Bupati Sleman Sri Purnomo) positif (Covid-19)," ujar Sekda Kabupaten Sleman Harda Kiswaya, Kamis (21/1/2021).

"Injeksi di bahu itu menimbulkan antibodi IgG, bukan IgA," kata Ahmad Utomo kepada Kompas.com, Jumat (22/1/2021).

"Kalau untuk mencegah infeksi, maka (yang dibutuhkan) bukan suntikan di bahu. Tapi, inhaler untuk memicu IgA di rongga napas atas," imbuh dia.

Untuk diketahui, antibodi IgG adalah tipe antibodi yang paling umum muncul setelah injeksi bahu dan biasanya bersirkulasi di dalam pembuluh darah.

Sementara antibodi IgA adalah tipe antibodi yang disekresi dan biasanya muncul di selaput lendir seperti rongga napas atas mulut dan hidung tenggorokan.

Baca Juga: Efikasi Vaksin Sinovac 65,3 Persen, Cek Penjelasannya di Sini!

kontan.co.id
kontan.co.id

ILUSTRASI menolak vaksin corona bisa kena sanksi penjara 1 tahun dan denda Rp100 juta.

Dalam wawancara sebelumnya yang dikutip Kompas.com, Ahmad mengatakan bahwa vaksin saat ini belum atau tidak terbukti mampu mencegah infeksi.

"Artinya, virus masih bisa masuk ke rongga napas atas," jelasnya dihubungi Kamis (14/1/2021).

Sehingga, jika setelah disuntik vaksin Covid entah dosis pertama ataupun dosis kedua sekalipun, saat virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 masuk melalui saluran pernapasan, maka gejala infeksi di saluran pernapasan masih bisa terjadi.

Ahmad berkata, infeksi pada rongga atas ini sebenarnya bisa membuat seseorang terinfeksi Covid-19 tapi tidak bergejala.

"Nah, karena infeksinya di rongga atas juga, ada proteksi alamiah dari imunoglobulin tipe A (IgA). Sementara, infeksi rongga bawah proteksi butuhnya IgG," kata dia.

Hal ini menandakan bahwa setelah seseorang disuntik vaksin corona beragam jenis yang ada saat ini, itu tidak menjamin orang tersebut tidak mungkin atau terhindar dari infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Vaksin di Bahu Mencegah Keparahan

Kendati tidak bisa mencegah infeksi, tapi manfaat suntikan di bahu adalah mencegah keparahan gejala.

Seperti diketahui, gejala-gejala berat pasien terinfeksi Covid-19 cenderung banyak memengaruhi organ vital dalam tubuh pasien, terlebih terhadap orang-orang dengan penyakit komorbid seperti kardiovaskular, paru, hipertensi, diabetes dan lain sebagainya.

"Ini berlaku untuk semua vaksin yang disuntikkan ke bahu, maka sekarang ada upaya membuat vaksin Covid-19 inhaler atau tetes hidung," ujarnya.

Baca Juga: Pengalaman 5 Influencer Disuntik Vaksin Covid-19, Ada yang Takut Jarum

Kompas.com/ALWI

Ilustrasi vaksin Sinovac.

Situasi Rawan

Ahmad mengingatkan, mereka yang sudah divaksinasi berpotensi sebagai penular dan kondisi ini rawan.

Maksudnya, ketika seseorang menjadi penular virus apalagi dalam situasi masih menunggu jatah vaksinasi, periode ini bisa menciptakan jutaan orang tanpa gejala (OTG) dalam waktu singkat.

"Maka, tugas pemerintah itu mengedukasi rakyat terkait biologi pandemi dan juga biologi dari mekanisme vaksin saat ini," tegas Ahmad.

Ahmad menuturkan, logika biologi ini adalah landasan mengapa kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak 1-2 meter, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas), baik sebelum maupun sesudah vaksinasi.

Ia mengingatkan, jika masyarakat tidak menerapkan 5M maka vaksin tidak ada gunanya.

"Vaksin memberikan proteksi ekstra, bukan pengganti 5M," tegasnya.

Hingga saat ini, tidak ada satu pun bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksin dapat memutus penularan.

"Ingat lapisan keju, vaksin adalah lapis terakhir. Artinya, untuk menurunkan kasus baru ya pemerintah harus percepat testing dan tracing, 2T pertama dari 3T," kata Ahmad. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Ahli: Vaksin Covid-19 di Bahu Tak Mencegah Infeksi, tapi Keparahan

#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber kompas