IDEAonline-Beberapa waktu belakangan ini, pandemi Covid-19 kian menggila di Tanah Air.
Bagaimana tidak, kasus positif Covid-19 yang terjadi mencapai puluhan ribu setiap harinya.
Selain karena imbas dari mudik, kondisi tersebut disebut-sebut disebabkan lantaran virus corona varian delta.
Program vaksinasi sedang digalakkan oleh Pemerintah.
Apakah IDEA lovers sudah melakukan vaksinasi covid 19?
Walau begitu, masih banyak yang ketakutan karena usai menerima vaksin merasakan efek samping yang tak biasa.
Benarkah efek samping demam setelah menerima vaksin covid 19 adalah pertanda baik?
Efek Samping Demam Pertanda Baik
Mengutip Gridhealth.id, Bimo A. Tejo, Ph.D, selaku Peneliti Bioteknologi, Associate Professor Universitas Putra Malaysia menyatakan bahwa justru efek samping demam sementara setelah divaksin adalah hal yang wajar.
Sehingga masyarakat baiknya tidak perlu khawatir.
Bahkan demam setelah divaksin Covid-19 bisa jadi pertanda baik.
Sebab hal itu pertanda vaksin Covid-19 yang disuntikan mulai bekerja.
Lewat unggahan di akun Instagramnya @ba.tejo (1/7/2021), Bimo menjelaskan bahwa vaksin memicu pembentukan antibodi dan mengaktifkan sel T yang memberi tubuh kita perlindungan terhadap infeksi.
Dalam proses pembentukan kekebalan, IFN-I ikut membantu untuk mencapai kekebalan optimal.
IFN-I inilah yang membuat kita merasa tidak nyaman.
IFN-I adalah sinyal yang memerintahkan sistem imun kita untuk bereaksi jika kita kemasukan virus atau vaksin.
Tanda IF-I sedang bekerja adalah munculnya gejala mirip flu (flu-like symptomps) seperti demam, sakit kepala, dan ngilu di seluruh badan.
Gejala-gejala tersebut bisa diatasi dengan obat pereda nyeri atau demam seperti paracetamol.
Jadi efek samping demam, ngilu, pusing dan rasa tak nyaman lainnya itu dikarenakan respon kekebalan tubuh kita terhadap vaksin.
Namun respon kekebalan tubuh ini bisa berbeda setiap orangnya tergantung kondisi individu masing-masing.
Jika efek samping dirasa mengganggu, kita bisa minum obat penurun demam atau nyeri.
Kalau efek sampingnya semakin parah atau terlalu ekstrim, jangan ragu untuk segera menghubungi dokter.
Mengapa Orang Dewasa Perlu Vaksinasi?
Menurut dokter Dirga, ada tujuh poin penting mengapa orang dewasa penting melakukan vaksinsi, yakni:
1. Belum pernah divaksinasi pada saat kecil.
2. Lansia, dimana antibodi turun akibat penuaan dan perlu vaksinasi ulang.
3. Punya penyakit kronis (contoh: diabetes, sakit jantung) sehingga lebih rentan.
4. Risiko pekerjaan,contohnya tenaga kesehatan.
5. Terkait kehamilan: infeksi menyebabkan cacat janin.
6. Perilaku berisiko,contoh perokok.
7. Alasan bepergian (travelling, umroh, haji).
Dr Purnamawati Sujud, SpA(K), MMped dari Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) mengatakan, setiap tahun, dibulan April, WHO mencanangkan pekan imunisasi.
Tahun ini tema yang diambil adalah vaccine works for all. Hal ini mengingatkan bahwa imunisasi adalah hak semua orang lintas usia, sejak dari lahir, anak-aank, remaja, dewasa, dan lansia.
Walaupun, sampai sekarang tidak sedikit masyarakat yang menganggap kalau imunisasi adalah program untuk anak saja.
“Masyarakat kadang lupa anak-anak butuh orangtua yang sehat, untuk jadi sehat mencegah upaya terbaik, efektif, murah, dan hasilnya baik. Pada dewasa penting utuk imunisasi karena dengan bertambahnya usia, daya tahan tubuh menurun, dan membawa penyakit,” kata dokter Purnamawati.
Pada imunisasi anakpun, cakupan di Indonesia masih rendah.
Riset Kesehatan Dasar 2018 menyebutkan, cakupan imunisasi di Indonesia pada anak-anak hanya mencapai 53,7 persen, jumlah ini menurun sejak pandemi.
Apalagi cakupan imunisasi pada orang dewasa lebih rendah lagi.
Padahal untuk memutus rantai terjadinya penyakit infeksi, sejauh ini, vaksinasi masih jadi upaya yang efektif.
Baca Juga: Bukan Hanya Kasur, Pelapis Lantai Juga Penting untuk Menunjang Kamar Tidur, Jangan Asal Murah Yah!
Walaupun upaya preventif secara umum dengan perilaku sehat, sementara preventif spesifik dengan imunisasi.“Ada dua alasan penting imunisasi untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita,” ujar dr Purnamawati.
Pasalnya ada beberapa anak yang tidak bisa divaksinasi sehingga membutuhkan lingkungan yang mayoritas sudah menjalani imunisasi.
Misalnya anak yang menjalani transplantasi hati, tidak bisa mendapatkan vaksin, terutama vaksin ‘hidup’ seperti cacar air, BCG.
Ada jenis vaksin berdasarkan kandungannya.
Ada vaksin mati atau vaksin tidak aktif adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan pada suhu tinggi atau proses kimia, contohnya vaksin polio, vaksin DPT.
Ada juga vaksin hidup, yakni vaksin yang tetap dibiarkan hidup tapi dilemahkan, namun sudah tidak menyebabkan penyakit lagi.
Sejauh ini, ada 15 vaksin yang diberikan pada orang dewasa, diantaranya vaksin influenza, HPV, pneumonia.
Sampai saat ini, hanya vaksin TD (tetanus) yang diberikan pada ibu hamil yang ditanggung pemerintah.
Sisanya tidak ditanggung pemerintah.
Sehingga diharapkan masyarakat bisa melakukan vaksinasi secara mandiri.
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis
(*)