Bisa Sebabkan Kematian jika Diabaikan, Hunian Urban harus Punya Sirkulasi Udara yang Baik

Senin, 31 Januari 2022 | 14:30
FoTo adeline krisanti

Ilustrasi rumah vertingkat di kawasan urban.

IDEAOnline-Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, isu krisis iklim terus mengemuka.

Apalagi jika kita tinggal dikawasan perkotaan di mana kualitas udara di luar ruangan tidak bisa lagi diharapkan alias sangat buruk dan telah tercemar polusi.

Karenaya, tinggal di hunian hijau (green) dengan sirkulasi udara yang baik menjadi sangat penting.

Anggota Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBCI) Prasetyoadi mengatakansalah satu alasan pentingnya tinggal di hunian atau bangunan hijau bagi masyarakat perkotaan yaitu karena mereka umumnya menghabiskan hampir 85 persen hingga 90 persen waktunya di dalam ruangan.

"Manusia di kawasan urban itu menghabiskan 85 persen sampai 90 persen waktunya beraktivitas di dalam ruangan," kata Prasetyoadi atau akrab disapa Tiyok dalam diskusi virtual, Kamis (11/11/2021), seperti diberitakan oleh Kompas.com.

Tiyok menjelaskan, polusi udara bukan hal yang sepele.

Dampaknya bahkan dapat menyebabkan kematian.

Polusi udara pada dasarnya tidak hanya terjadi di luar ruangan melainkan juga di dalam ruangan.

Kualitas udara yang buruk di dalam ruangan bahkan jauh lebih berbahaya dibandingkan di luar ruangan.

Baca Juga: Kenali Manfaat Air Purifier dan Cara Kerjanya agar Efektif Pengunaannya

Baca Juga: Berkonsep Arsitektur Urban, Kepoin Desain IKN dalam Bentuk Metaverse

Orang yang tinggal di sebuah hunian dengan kualitas udara yang buruk, panas dan lembab sangat rentan terkena penyakit.

"Jadi suhu yang panas, lembap, dan sirkulasi udara yang tidak baik, apalagi di negara tropis itu menjadi sarang penyakit dan membahayakan penghuninya," ujar Tiyok.

Sebaliknya, kualitas udara yang baik, paparan pencahayaan alami yang cukup dalam sebuah hunian dapat memberikan dampak positif.

"Ruangan yang sehat itu bisa meningkatkan produktivitas seseorang yang tinggal di dalamnya. Ada riset juga yang menyebut siswa yang bersekolah di bangunan yang sehat itu 26 persen lebih mudah menangkap pelajaran dibandingkan kualitas udara yang buruk," tutur Tiyok.

Karenanya, GBCI terus mendorong agar masyarakat memahami pentingnya berada di hunian atau bangunan hijau.

Dalam hal konstruksi bangunan pun sudah saatnya menerapkan prinsip green building seperti untuk hunian, perkantoran, mal dan pusat perbelanjaan.

"Kami tentu mendorong tranformasi pembangunan berkelanjutan baik untuk hunian, gedung perkantoran, dan proyek bangunan lainnya. Selain gedungnya juga paling penting adalah bagaimana mindset penghuninya dalam memahami prinsip green building," tuntas Tiyok.

Baca Juga: Seberapa Besar Jendela Harus Dibuat, Ini Panduan Menghitungnya!

Baca Juga: Bikin Rumah Tropis jadi Sehat dengan Sirkulasi Silang, Begini Caranya!

#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis #Rumahminimalis

(*)

Editor : Johanna Erly Widyartanti