IDEAOnline-Kerusakan lingkungan dan krisis iklim mendorong berbagai kalangan giat menggelorakan kepedulian pada bumi.
Dua perempuan inspiratif ini di antaranya. Dr. Ira Mirawati M.Si., sang dosen TikTok, masuk dalam nominasi Best of Learning and Education di TikTok Awards Indonesia 2020 dan Christian Natalie yang akrab dengan sapaan Tia, Manajer Program Hutan Itu Indonesia (HII).
Berikut 5 ide dari Ira dan Tian yang sangat mudah dilakukan kaum muda untuk menunjukkan kepedulian pada bumi.
1. Kurangi penggunaan kertas.
Pandemi mendatangkan kebiasaan baru yang baik bagi kesehatan bumi.
Tia menyoroti, salah satunya adalah pengurangan kertas yang signifikan.
“Tugas kuliah yang dulunya dikumpulkan dalam bentukhardcopy,sekarang dikirimsoftcopysaja. Begitu juga dengan skripsi. Bayangkan, kalau satu skripsi tebalnya 250 halaman dan harus diberikan kepada 5 dosen, seorang mahasiswa akan menghabiskan hampir 3 rim kertas. Itu pun kalau skripsinya langsung jadi! Kalau ada revisi, berarti makin banyak lagi kertas yang dipakai. Bagusnya, selama pandemi jadino ngeprint ngeprint,” kata Ira, yang ingin sekali meneruskan gaya hiduppaperlessini ketika nanti kondisi sudah kembali normal.
“Kita perlu memahami betul bahwa perilaku konsumtif kita akan kertas dan tisu bisa mengancam pelestarian hutan, karena Hutan Tanaman Industri (HTI) yang bisa ditanami untuk industri kertas dan bubur kertas terus meningkat. Jika permintaan dari kita sebagai konsumen terus meningkat, berarti permintaan alih fungsi lahan hutan juga meningkat. Maka, mengurangi konsumsi kertas dan tisu berarti juga menjaga pelestarian hutan alam kita,” ujar Tian.
Baca Juga: Green Building pada Desain Rumah Pasca Pandemi, Ciptakan Hunian Ramah Penghuni dan Bumi
2. Gerakan cinta lingkungan.
Saat ini banyak muncul berbagai gerakan yang menganjurkan publik untuk mengubah gaya hidup demi melestarikan lingkungan, misalnya tidak pakai kantong plastik, serta hemat air dan listrik.
Sebagai bentuk kontribusi terhadap bumi, meski tampaknya kecil, Ira berharap generasi muda tidak apatis ataucuekterhadap ajakan atau gerakan seperti itu.
“Kalau bukan kita, lalu siapa yang bisa melakukan perubahan ini?” kata Ira.
Tian menyebutkan, dari survei yang dilakukan HII pada 2017 terungkap bahwa sebetulnya 98,3% anak muda perkotaan tahu kondisi hutan sedang tidak baik-baik saja. Pada 2020 survei Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengungkap bahwa 89% warga muda aktif merasa khawatir tentang dampak krisis iklim.
“Ini membuktikan bahwa mereka sebenarnya sudahawaresoal isu lingkungan. Hanya saja, kesadaran itu belum ditambah dengan pengetahuan yang memadai,” katanya.
Dari konten TikTok terkait kelestarian hutan yang dibuatnya, Ira juga mendapatkan gambaran bahwa pengetahuan remaja tentang perubahan iklim masih perlu ditingkatkan.
Sebagai contoh, dari komentar-komentar mengenai perubahan iklim, masih banyak yang mempersepsi bahwa perubahan iklim adalah perubahan cuaca.
Karena itu, Ira mendorong kaum muda untuk lebih banyak melakukan riset tentang isu penting tersebut dan bergabung dengan berbagai gerakan cinta lingkungan.
Baca Juga: Tidak Hanya Ramah Lingkungan, Ini Berbagai Keunggulan Furnitur Bambu
3. Kreatif bikin konten positif.
Menyadari bahwa bumi ini perlu dijaga bareng-bareng, Ira pun mengajak anak muda untuk mulai peduli dan bergerak dengan cara membuat konten yang seru.
“Kalau sudah mengakses media sosial lebih dari tiga jam sehari, sudah saatnya kita berperan jadicreator. Tidak perlu pakaigadgetyang canggih, kok. Yang penting, konsep kontennya harus dipikirkan dengan matang. Pastikan konten itu bermanfaat, bukan demi mengejar jumlahfolloweratauview. Nanti malah stres sendiri,” kata Ira, yang mendapatkan data bahwa mahasiswanyascrolldi media sosial antara enam hingga delapan jam sehari.
DiplatformTikTok, konten Ira sudah berkali-kali menunjukkan performa yang bagus dengan masuk dalam FYP (For Your Page). Apa rahasianya?
“Jangan takut punya ide yang berbeda. Konten yang datar-datar saja tidak akan dilirik orang. Gunakanhashtagyang sedangtrending, karena sangat berpengaruh di TikTok dan Instagram, contohnya #UntukmuBumiku. Ikuti pula momen peringatan hari besar, misalnya Hari Bumi, karena media sosial juga punyaconcerntentang hari-hari besar seperti itu. Jika memuat topik yang berkaitan dengan hari besar, ada kemungkinan konten kita dimunculkan ditimelineorang-orang,” kata Ira, yang menggunakan lagu-lagu yang sedang viral dalam konten TikTok-nya.
4. Memanfaatkan hasil hutan yang ramah lingkungan.
Hutan Indonesia menyimpan banyak bahan makanan dan bahan alami untuk keseharian kita.
“Misalnya, gula aren dan buah tengkawang yang bisa dijadikanbody lotion. Saat membeli hasil hutan, kita membantu meningkatkan kesejahteraan produsen, yang merupakan masyarakat di sekitar hutan. Selain itu, para produsen yang peduli akan hutannya sebagai tempat untuk mencari bahan baku produk akan menjaga hutan dengan cara tidak menebang pohon atau mengalihfungsikan hutan,” kata Tian.
Ira kecil, karena rumahnya bertetangga dengan hutan, kerap mencari berbagai hasil hutan, seperti daun pakis dan rebung untuk dijadikan sayur. Ira juga sangat terbiasa bertemu binatang-binatang hutan, seperti monyet, biawak, kijang, kancil, burung hantu, ataupun ular.
Baca Juga: Save the Children: Anak-Anak adalah Kelompok Paling Terdampak dari Krisis Iklim
5. Biasakan jalan kaki
Untuk menjangkau tempat yang jaraknya dekat, Ira lebih suka berjalan kaki, misalnya ke minimarket atau warung. Di antara rekan kerjanya pun ada budaya nebeng, agar tidak setiap orang membawa kendaraan.
Ia kerapgeregetanmelihat orang yang sedikit-sedikit mengeluarkan motor, padahal jarak yang dijangkaunya dekat saja.
“Mahasiswa saya juga lebih memilih naik ojek atauodong-odong(sebutan untuk angkot yang beroperasi di sekitar kampus).
Padahal, kalau jalan kaki hanya 10 menit dari gerbang utama. Saya dulu juga selalu jalan kaki ke kampus. Selain mengurangi polusi udara, bisa hemat juga, kan?” kata Ira, yang senang naik gunung, tapi kini tak lagi punya waktu.
Tian menambahkan, “Kendaraan umum merupakan opsi yang lebih ramah lingkungan daripada kendaraan pribadi. Sebab, bahan bakar kita masih dibuat dari fosil. Permintaan akan fosil memungkinkan terjadinya alih fungsi lahan. Hutan belantara bisa dijadikan tambang batubara. Selain itu, ketika kita mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, udara jadi lebih bersih dan udara bersih itu sangat dibutuhkan oleh kita. Dan, hutan merupakan ekosistem yang sangat mendukung terciptanya udara bersih karena bisa menyerap karbon.”
#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis #Rumahminimalis
(*)