Sepintas, dinding ini tampak seperti biasa saja. Seperti rumah-rumah yang menggunakan material alami, dinding ini dilapisi dengan batu alam. Eitss.. Batu alam? Tunggu dulu, ini bukan dari batu alam, namun dari potongan-potongan kayu.
Ya, berbahan dasar kayu-kayu sisa pembuangan industri, pelapis dinding tersebut tersusun selayaknya pelapis batu alam pada rumah-rumah masa kini. "Biasanya penataan seperti ini diaplikasikan pada batu alam, namun kami mencoba dari kulit kayu jati yang tidak terpakai," ujar Gerard Sahat, arsitek dari Wahana Cipta Selaras.
Pemilihan potongan kayu sebagai pelapis dinding berawal dari ketidak sengajaan. Kala itu pemilik rumah dan Gerard sedang bersama-sama mencari kayu untuk daun pintu, namun mereka melihat banyaknya limbah-limbah kayu yang tidak terpakai. Kayunya bagus dan memiliki motif yang masih alami.
"Daripada tidak terpakai, jadinya kami beli agak banyak supaya bisa diaplikasikan di rumah. Kebetulan harganya juga ekonomis," kenang Gerard. "Namun akhirnya karena kebutuhan dalam dinding rumah memang cukup banyak, kayu-kayu yang kami beli ini mencapai empat truk," lanjutnya.
Selayaknya pelapis dinding dengan batu alam, proses pemasangan dari kulit-kulit kayu ini juga harus presisi dan tidak sembarangan. Untuk mendapatkan hasil yang rapi, padat, dan bercorak, prosesnya harus satu persatu dengan ketelitian yang cukup baik. Salah satu saja bisa berdampak pada pemasangan berikutnya.
Untuk perawatannya, cukup mudah, ada dua cara. Yang pertama cukup Anda biarkan tersusun lebih dahulu baru kemudian disemprot oleh cairan pelitur kayu water-based. Yang kedua Anda dapat melapisi potongan-potongan kayu tersebut dengan pelitur terlebih dahulu, keringkan, baru disusun satu persatu.
Cara kedua lebih tahan lama, namun pekerjaannya lebih memakan waktu dan energi. Selamat berkreasi!
Foto: iDEA/Adeline Krisanti
Desain: Wahana Cipta Selaras