Malam mulai merambat. Jendela dan pintu yang sejak senja dibuka lebar, mengalirkan harum bunga yang dibawa angin. Bunga Keladi Besar biasanya menyebarkan wangi seperti parfum, kata Hariyati Arief Rachman, si empunya taman, sambil memetik kuncup kembang.
Ia menyodorkan kuncup kembang itu. "Wangi, kan?" tanyanya. "Kalau yang ini bunga Cempaka atau Kanthil (Michelia champaka)."
Rumah yang berdiri di atas lahan 200m2 itu nyaris seluruh lahan digunakan untuk bangunan rumah berlantai dua. Yang tersisa cuma sekitar 2m dari tembok rumah ke tembok pagar. Toh, Haryati tak kehilangan akal.Ia membagi lahan sisa itu. Sekitar 80cm dari pagar tembok ditanami berbagai tumbuhan semak. Lalu, 60cm dari tembok rumah untuk tanaman merambat ke tembok. Di tengahnya, selebar 60cm, dijadikan gang untuk jalan.
Rumah di hoek itu pun seolah-olah dikepung berbagai tanaman. Pisang Kipas, Keladi Besar, Nusa Indah, Kembang Sepatu, Kamboja Kuning, menaungi tanaman kecil. Pepohonan dibiarkan menjulur ke jalanan atau menjuntai ke dalam rumah.
Adapun aneka tanaman semak ditempatkan dalam gundukan tanah sekitar 30cm lebih tinggi dari gang. Ini membuat siraman air ke pohon tidak akan berceceran ke lantai jalan. Jika ada tanaman baru, bisa ditampung dalam pot dan diletakkan berjejer di antara jalan setapak itu. Di bawah jendela panjang, ditempatkan talang air dari plastik sebagai wadah tanaman Sirih Gading.
Jalan di antara semak dibuat dengan memadukan keramik berglasir kasar warna marun dengan batu sikat. "Dulu pernah saya tanami Rumput Manila. Pernah juga saya pasang konblok. Suka-suka saja, supaya nggak bosan," kata Hariyati.Di lahan terbatas itu, Hariyati mampu menampung sedikitnya 25 jenis tanaman, yang bisa diganti-ganti tiap kali ia merasa bosan. Ia memberi pupuk kandang secara teratur, dan selalu menjaga tanaman yang tak kuat sengatan matahari dengan cara memindahkannya ke area rindang. "Merawat tanaman itu membuat kita selalu bergairah," katanya. Dari teras rumah, bau harum daun yang basah oleh siraman air hujan terasa menyegarkan.Foto: Dok.iDEA/TriLokasi: Hunian Keluarga Arief Rachman dan Hariyati, Rawamangun, Jakarta TimurSumber: iDEA Books, "Taman dan Ruang Luar"