Balkon ada karena rumah bertingkat. Fungsinya menjadi ruang tambahan mirip seperti teras di lantai dasar. Letaknya ada di depan, samping, atau belakang dari perluasan ruang keluarga maupun kamar utama. Dari balkon, Anda dapat memandang pemandangan luar ruang dengan leluasa.
Selama ini, pembuatan balkon seolah hanya mengenal pelat lantai beton. Rangkanya berisi tulangan besi, yang dicor campuran semen, pasir, dan batu kerikil. Mungkin tampilan beton sangat kokoh, namun kita perlu mengetahui pula beban beton cukup berat. Pelat lantai beton perlu disokong dengan kolom dan balok pengaku yang tebal agar rentang pelat jadi kuat dan kaku.
Cobalah kita sedikit memadang material lain, selain beton. Sebagai alternatif, ada material jejaring baja dengan struktur kantilever. Selain berkesan ringan, struktur ini cocok sebagai balkon, terlebih jika menggantung di atas taman kecil atau area void dengan ruang terbatas.
Arch. Dipl. Ing. Cosmas D. Gozali, principal architect PT Arya Cipta Graha kerap mengaplikasikan material jejaring baja pada karyanya. "Ada tiga alasan menggunakan jejaring baja. Pertama, material ini memberi efek ringan. Kedua, tembus cahaya. Dan ketiga, untuk mendapatkan kesan industrialisasi dan modernitas," jelas Cosmas.
Cosmas memberi contoh aplikasi balkon pada karya rumah W-House, di Utara Jakarta. Balkon tersebut menaungi area void tengah dan taman kecil. Hasilnya, aliran udara tetap lancar, cahaya pun masih menembus hingga lantai taman. Hal ini menjaga efek ruang di bawahnya terkesan lega dan lepas.
Menurut Cosmas, lantai balkon yang terbuat dari beton bertulang akan membuat area di bawahnya gelap. Pada lahan terbatas, tentu hal ini menjadi masalah karena aliran udara dan sinar matahari terhalang. Ruang di bawah balkon menjadi sempit dan sumpek.
Memang, material jejaring baja dengan struktur kantilever lebih banyak dikenal untuk bangunan industri, seperti pabrik, gudang pelabuhan, atau menara pemancar. Namun sebenarnya, material pabrikasi tersebut cocok pula diterapkan pada bangunan hunian. Terutama yang bergaya modern.
Struktur kantilever dan baja kanal
Selanjutnya, profil baja tadi perlu Anda hubungkan ke balok lantai. Fungsinya sebagai tumpuan struktur balkon. Batang profil tersebut disambung dan dirangkai ke tulangan balok sebelum dicor beton. Anda perlu sedikit sabar menunggu masa matang beton setelah pengecoran penuh.
Cara lain adalah batang profil langsung dipasang dinabolt ke balok yang sudah jadi. Pengikatnya menggunakan baut, tidak perlu dicor. Ini lebih praktis, dan tak perlu membobok balok lantai yang sudah ada.
Sekarang, bagaimana cara memasang jejaring baja? Anda hanya perlu merentangkan jejaring itu pada atas rangka balok profil yang sudah terpasang. Ada dua cara pengikatannya.
Pertama, tepian jejaring dilas ke rangka hollow. Saat pengelasan, Anda perlu memperhatikan jumlah titik yang bakal disambung. Yang ideal, pengelasan dilakukan pada tiap titik tepi jejaring. Jika tak memungkinkan, maksimal setiap tiga hingga lima titik. Bila lebih dari 5 titik bisa terjadi lendutan.
Cara kedua, tepian jejaring dijepit menggunakan besi pelat atau siku yang ditumpuk, kemudian dibaut. Dengan begitu jejaring mudah dilepas pasang sekiranya Anda hendak mengganti desain. Pemasangan jejaring baja harus memperhatikan jarak antarrangka besi hollow. Makin tebal panel jejaring baja, maka jarak bisa semakin jauh. Jika makin tipis, sebaiknya jarak antarhollow lebih rapat. Ini untuk menghindari terjadi lendutan pada panel jejaring baja.
Nah, sebetulnya masih banyak nilai plus dari jejaring baja ini. Pemasangan jejaring baja membuat Anda tak perlu membikin saluran air buangan pada dak beton. Dengan kata lain, Anda dapat menghemat biaya instalasi air, termasuk floor drain. Kalau Anda berani mencoba, mungkin saatnya sekarang mengaplikasikan material ini untuk renovasi rumah tinggal. Setidaknya, balkon Anda akan tampil lebih berkesan ringan dan sedap dipandang. Bahkan, mungkin, menginspirasi banyak orang.
Foto: Dok. Renovasi
(Editor: Rasantika M. Seta)