Petir bukanlah hal baru terutama bagi masyarakat Indonesia.Guiness Book of Recordsmencatat, Indonesia memiliki frekuensi petir terbanyak di dunia. Bogor misalnya. Kota hujan ini pernah mengalami hari guruh - hari ketika petir menyambar-nyambar - sebanyak 322 kali dalam setahun (1988).
Depok, kota di selatan Jakarta ini, juga terkenal dengan petirnya yang dahsyat. Tahun 2002, Dr. Ir. Dipl. Ing. Reynaldo Zoro, ahli proteksi petir ITB, menemukan bahwa kekuatan arus petir negatif dan positif di Depok bisa mencapai 379,2 kA dan 441 kA! Bayangkan bila sebuah petir memiliki tegangan 100 juta volt, maka daya yang dihasilkan bisa mencapai 40 terawatt (terawatt = 1012watt)! Daya sebesar itu bisa menyalakan sekitar 670 juta lampu pijar selama 1 jam! Wuih...
Petir memang mudah dijumpai di Indonesia. Pasalnya, prasyarat terjadinya petir berlimpah di negara maritim ini.
Proteksi luar-dalam
Bagi Anda yang memiliki rumah di daerah berfrekuensi petir tinggi, ada baiknya memasang sistem proteksi petir. Sistem proteksi ini dapat menghindarkan Anda dari berbagai resiko, seperti kebakaran, kerusakan bangunan, dan induksi elektromagnetis yang dapat menghancurkan alat elektronik.
Sistem proteksi tersebut bisa bertipe eksternal, bisa pula internal. Keduanya mempunyai fungsi berbeda. Yang eksternal menangkal sambaran petir langsung dan menyalurkan arus serta muatan petir itu menuju Bumi (grounding). Sedangkan yang internal akan memotong tegangansurge(paku) yang berasal dari induksi elektromagnetis sambaran petir tak langsung.
Sistem proteksi petir eksternal menggunakan sebuahair terminalyang ditancapkan di atas gedung atau bangunan. Ada dua tipeair terminalyang umum dipakai, yakni pasif (konvensional) dan aktif.Air terminalpasif biasanya berbentuk tombak atau pasak sederhana dari tembaga atau kuningan sepuh. Sifatair terminalpasif tidak menarik petir, sehingga radius tangkapnya pun hanya 3-4 m. Oleh karenanyaair terminaljenis ini perlu dipasang di beberapa titik.
Berbeda dengan yang aktif.Air terminaltipe ini akan secara aktif menarik atau memancing ion-ion yang ada di awan petir. Sudah tentu, karenaair terminalaktif memiliki radius tangkap lebih besar dengan jalurgroundingminimal dibandingkan dengan yang pasif. Untukair terminalaktif, Sentot Juliandu, pemilik PT. Denata Persada, perusahaan pemasang penangkal petir eksternal, menganjurkan agar memasanganair terminal4 m dari ketinggian tertinggi bangunan.
Jangan lupakan pula medium penghantar arus. Untuk menghantarkan arus sambaran dengan aman, diperlukan pula kabel-kabel yang cukup baik. Sentot menyarankan untuk menggunakan kabel NYA (kabel dengan inti tunggal, berlapis PVC) atau NYY (kabel dengan 3-4 inti, berlapis PVC dan lebih kuat) berdiameter 1,6 cm. Kedua jenis kabel ini memang umum digunakan karena bersifat lentur dan memiliki isolator atau pembungkus tembaga, sehingga lebih aman. Demi keamanan lebih lanjut, kabel-kabel tersebut juga bisa dimasukkan dalam pipa paralon agar terhindar dari gigitan binatang. "Beberapa tempat bahkan menggunakan kabelcoaxialuntuk menghindari lompatan api," ujar Sentot.
Sedangkan untukgrounding-nya dapat digunakan dua cara. Bagi yang menggunakan lebih dari satuair terminal(biasanya konvensional), arus listrik disalurkan menggunakan prinsip Sangkar Faraday. Kabel penghantar ditempatkan di luar struktur bangunan dan arus listrik akan dialirkan menuju beberapa tempat di tanah. Prinsip ini dapat diterapkan juga pada rangka baja, pertulangan beton, dan kerangka alumunium.
Sedangkan caragroundingkedua menggunakan prinsip jalur kabel tunggal ataufranklin cone. Dengan menggunakan hanya satu jalur kabel, arus listrik langsung dialirkan menuju tanah.Groundingini lebih simpel dibandingkan prinsip Sangkar Faraday, dan banyak digunakan untukair terminalyang aktif.
Arus yang mengalir dari sambaran petir akan bermuara pada pasak atau batang elektroda yang ditanam di dalam tanah. Menanam batang pasak juga tak boleh sembarangan. Tingkat kedalamannya bergantung pada tingkat resistensi tanah. Standar resistensi tanah yang diinginkan biasanya kurang dari 5 Ohm. Pemasang sistem proteksi akan terus menggali sampai memperoleh tingkat resistensi yang sesuai. Bila tidak juga ditemukan, maka pemasang akan menyiasati dengan membuatgroundingparalel.
Menyelamatkangadgetdari amukan Zeus
Meski penting untuk menghindari kerusakan langsung, sistem proteksi eksternal tidak selalu dibutuhkan oleh bangunan. Menurut Zoro, sebelum memasang sistem proteksi eksternal, sebaiknya dilakukan survei lokasi. Pasalnya parameter petir di setiap di Indonesia berbeda-beda. "Petir di tiap-tiap tempat berbeda gelombang dan kekuatannya. Di Riau dengan di Jawa beda," ujar pria 62 tahun itu.
Rumah atau bangunan yang berada di tengah-tengah gedung-gedung tinggi, menurut Zoro, tak memerlukan penangkal petir eksternal. Sebaliknya, ia sangat menyarankan agar setiap rumah dan bangunan, baik itu pabrik atau kantor, untuk memasangsurge arrester.Surge arresteratausurge protector, berguna untuk memotong tegangansurge(surja atau paku) yang masuk melalui induksi sambaran petir tak langsung.
Surge arresterakan membelokkan tegangansurgeyang masuk dengan menggunakanmetal oxyde varistor(MOV). MOV bekerja dengan cara mirip kapasitor nonpolar tanpa menyimpan muatan listrik. Tegangansurgeyang masuk itu akan dibelokkan dan dibuang menujugroundingmelalui salah satu katupnya. Oleh karena itu,surge arresterbiasa dipasang di panel listrik utama, atau di sebelah meter daya listrik dari PLN (di rumah).
Kalau satusurge arresterdirasakan belum cukup, dapat dipasangsurge arrestertambahan di alat-alat elektronik penting seperti komputer, TV, dan lainnya. Ada pula stop kontak yang sudah dilengkapi dengansurge arrester. Jadi tak perlu repot memasangnya.
Zoro menyarankan untuk memantau jumlah penggunaansurge arresterini, karena umurnya hanya 20 kali pemakaian. Setelah itu, ya mesti diganti dengan yang baru.
Surge arrestersudah merupakan keharusan di tiap rumah. "Daripada harus membeli perangkat elektronik baru 'kan?" ujar pria yang bercita-cita menjadi pembicara handal itu. Dengan makin banyaknyasurge arresterberedar di pasaran, harganya pun mulai bersaing.
Seperti kata Zoro, bukankah lebih baik mencegah daripada menanggulangi?
Foto: lightning-protection-institute.com
Sumber: intisari-online.com