iDEAonline.co.id - Usai Pemilihan Umum 2014, bombardir investor asing diprediksi akan mewarnai ranah properti dan perekonomian di Indonesia. Salah satunya adalah China yang bakal unjuk gigi, yang disusul oleh investor dari Singapura, China (Hongkong), dan Amerika Serikat.
"Saat ini masih dalam proses negosiasi harga. Mereka akan mengakuisisi gedung-gedung perkantoran di kawasan CBD Jakarta. Gedung tersebut memiliki kinerja bagus dengan harga sewa tinggi," ujar Director Office Services Colliers Internasional Indonesia, Bagus Adikusumo, kepadaKompas.com,Senin (7/4/2014).
Langkah investor baru asal tiga negara tersebut, lanjut Bagus, mengikuti investor asing lainnya, yakni investor Jepang, Timur Tengah (Qatar, Kuwait, dan Uni Emirat Arab), Korea Selatan, dan Malaysia yang sudah lebih dulu hadir di Indonesia. Mereka datang dengan skema investasi patungan modal.
Khusus investor asal China, menurut Director Investment and Development Service Colliers International Indonesia, Steve Atherton, memang ingin menunjukkan hegemoninya pasca rekam jejak mereka di Inggris, Amerika Serikat, dan Australia.
"Investor China, baik kelembagaan maupun individu, melaluifunding institutionakan lebih memperlihatkan kekuatannya. Mereka memilih mengakuisisi lahan atau beli gedung secara langsung, tidak melalui skemajoint venture," tutur Steve.
Tak seperti investor asal Jepang yang cenderung konservatif dan dapat diprediksi, investor asal China menganggap kultur bisnis di negaranya hampir mirip dengan Indonesia. Karena itu, lanjut Steve, investor China akan menunjukkan kekuatan sejak masa pra pembangunan (membeli lahan, mengurus perizinan, dan berhubungan dengan pemerintahan), hingga properti tersebut selesai dibangun.
Steve menyebut nama pengembang raksasa China yang lebih memilih berinvestasi langsung ketimbang berkolaborasi dengan mitra lokal. Mereka antara lain adalah Wanda Group, dan Vanke Group.
"Properti yang mereka beli dan kembangkan rerata senilai 500 juta dollar AS (Rp 5,8 triliun). Dari nilai proyek sebesar itu, sejumlah 200 juta dollar AS di antaranya akan mereka pasok dalam bentuk ekuitas. Sisanya adalah pinjaman perbankan," jelas Steve.
Selain China, gelombang investor yang akan melanda sektor properti Indonesia pasca Pemilu ada sebanyak 100 investor baik kelembagaan dalam bentuk perusahaan pengembang, maupun individual dalam bentukfunding institution.
Investor tersebut berasal dari Eropa terutama Inggris, Jerman, dan Rusia, Jepang, Amerika Serikat, Singapura, dan Timur Tengah.
"Indonesia di posisi utama untuk kawasan Asia Tenggara. Menyusul berikutnya Vietnam, Myanmar, dan Laos," kata Steve.
Sumber: properti.kompas.com